Tahun 2020 Masehi ini Ar Rahman memberi kita sebuah pembelajaran penting mengenai kebersihan melalui tingkat kemampuan mutasi makhluk zarrah, corona. Dunia kesehatan dengan kecanggihan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan dengan berbagai penelitian terhenyak dengan kehadiran covid 19.Â
Pemerintah yang berwenang di setiap negara sepakat untuk melakukan puasa bersama dengan berbagai skema physical distancing, apapun penyebutannya.Â
Puasa dari aktifitas yang terburu-buru lintas batas wilayah dan negara, dengan stay at home. Cukup diam di rumah untuk mencegah penularan covid 19. Lebih lanjut edukasi awareness tentang peningkatan pola hidup hygine juga menjadi upaya utama dalam pencegahannya. Â Kebijakan physical distancing ini jelas memberi efek domino di berbagai bidang, termasuk pada politik hingga stabilitas ekonomi.Â
Setelah 3 bulan kebijakan ini dijalankan yang melumpuhkan sendi-sendi kehidupan belum ada tanda-tanda covid 19 ini akan berlalu. Aneka tudingan hingga teori konsiprasi pun berkembang, semakin membebani jiwa warga dunia. Persoalan ini menjadi persoalan dunia, karena seluruh dunia merasakannya.Â
Semakin parah ketika penduduk negara perkembang masih belum terbiasa dengan pola hidup yang bersih, terasa sangat membebani. Â Padahal kunci utama pencegahan covid 19 adalah jaga kebersihan.
 Kebersihan Bagian Dari Iman
Rasullulah Muhammad SAW pernah bersabda "Kebersihan bagian daripada Iman". Â Menjaga kebersihan adalah salah satu bentuk keimanan kita akan Al Quddus (Maha Suci). Â
Karena Allah sangat mencintai kebersihan. Pelajaran pertama fiqh yang didapat oleh muslim adalah At-Taharah (Bersuci). Jika kita lupa, coba deh buka buku Pendidikan Agama Islam anak, adek, kemenakan atau tetangga yang masih sekolah di SD kelas 1. Sebelum mereka belajar tata cara ibadah, terlebih dahulu memahami apa itu bersuci.Â
Karena keadaan suci adalah syarat mutlak sebelum menjalankan ibadah, terutama shalat. Sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam QS Al-Maidah ayat: 6 Â "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur".
Kebersihan Fisik (Lahiriah) dan Jiwa (Bathinia) dan Harta
Dalam pelajaran At Tahara diingatkan bahwa ada 2 macam kebersihan, yakni kebersihan diri. Tata cara bersuci dalam syariah sangat detail. Kesucian yang harus dijaga bukan hanya tubuh, tetapi juga pakaian, rumah, tempat sekitar, dan benda-benda yang dipergunkanan hingga makana dan minuman wajib jauh dari segala bentuk najis dan kotoran. Â
Sedangkan bersih hati artinya membersihkan diri dari segala kemaksiatan yang dapat mengotori hati termasuk kemalasan, kemarahan, kerakusan, iri hati, nafsu birahi tak terkendali, keserahan, dan kesombongan. Menjauhdari diri dari segala perbuatan yang dilarang Allah sebagai wujud ketaqwaan. Satu hal yang sering terlupa adalah kebersihan harta, dengan mengeluarkan sebagian harta kita untuk membantu sesama.
Bersih-bersih Sambut Lebaran
Pandemi covid 19 ini memunculkan new normal, Â jika selama ini orang-orang yang selalu cuci tangan, rajin membersihkan peralatannya, selalu menggunkan masker saat keluar rumah dianggap OCD.Â
Sekarang hal itu malah menjadi anjuran. Salah satu teladan rasulullah dalam menjaga kebersihan adalah menjaga wudhu. Terlihat sepele mungkin menjaga wudhu, padahal menjaga wudhu itu butuh kekonsitensian. Bukan hanya karena buang angin dan buang air saja ia perlu menjaga wudhunya.Â
Memastikan tempatnya jauh dari najis, termasuk tidak bersentuhan kulit dengan yang bukan muhrim. Saat ini, kebiasaan menjaga wudhu itu hampir sama dengan protocol kesehatan pencehanan covid 19. Â
Jika selama ini, mungkin daiantara kita (termasuk saya) semangat membersihan rumah sebersih-bersihnya karena menyambut tamu, sanak keluarga yang hendak sanjo lebaran.Â
Kali ini tujuannya jauh lebih mulia, melakukan pembersihan rumah untuk menghindari corona betah berada di rumah, agar badai ini segera berlalu.Â
Demikian juga kebersihan makanan. Penyiapan makanan mulai dari piranti yang akan dipergunakan hingga bahan makanan harus terjaga higinitasnya. Karena asupan nutrisi adalah faktor utama menguatkan daya tahan tubuh mencegah covid 19 ini menyerang organ-organ vital kita. Â Karena aktifitas utama kita sekarang justru berada di rumah.Â
Penggunaan disinfektan di rumah sudah menjadi kebiasaan, selayaknya kita memastikan tidak ada kotoran/najis di rumah kita. PSBB Palembang tampaknya menjadikan kita mendapatkan pengalaman sanjo online. Kue-kue hidangan lebaran juga kan bisa dinikmati bersama anggota keluarga dengan lebih akrab.
Allah Ar Rahim merahmati kita dengan bulan ramadan, bulan untuk menempa diri meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah kita.Â
Bukan hanya untuk mendapatkan reward berupa pahala. tetapi lebih jauh sebagai  wujud syukur dan ikhlas cinta kita kepadaNYA. Pola puasa ini juga cara Allah mengajarkan kepada kita untuk menahan segala bentuk hawa nafsu dan penyakit hati.Â
Puasa bukan hanya menahan lapar tetapi melatih kita untuk menjaga hawa nafsu kerakusan makan dan minum, rasa lapar yang mendera juga memunculkan rasa malas, sesuatu yang harus dilawan bahkan dengan memperbanyak ibadah di 2/3 malam.Â
Kemarahan tidak membatalkan puasa, tetapi membuat puasa seharian penuh hanya menjadi sia-sia, puasa mengajarkan kita akan rasa syukur diberi rezeki setiap hari hingga menjauhkan kita dari rasa iri hati dan keserakahan, puasa ibadah rahasia yang tidak dapat disombongkan dan mendapat pujian. Puasa juga menahan syahwat bahkan kepada pasangan yang telah halal, mengingatkan kita jauh dari zina. Â
Penyakit hati terbesar adalah sulit memaafkan, padahal Allah saja Maha Pengampun, mengapa manusia sulit memaafkan. Sulit memaafkan bukan hanya menjadi penyakit hati tetapi dapat mengganggu kesehatan mental.Â
Memunculkan luka batin yang tak selesai yang memunculkan trauma mendalam. Sebelum penyakit batin ini makin parah dan kita butuh bimbingan psikolog untuk proses healingnya, jauh lebih baik memulai dari dini mempersiapkan diri memaafkan, dimulai dari memaafkan diri sendiri, orang terdekat yang dikasihi, orang yang pernah dibenci siapapun orangnya, apapun dan kapanpun kejadiannya. Â
Bukan hanya mulut yang berucap tetapi batinmu yang mengikhlaskan, agar di hari nan fitri nanti kita benar-benar mampu menjadi insan yang telah siap kembali fitri dan  jika suatu hari nanti berpulang benar-benar telah siap sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT dalam Firmannya  QS As-Syu'ara: 88- 89; "Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah SWT dengan hati yang bersih.Â
"Menjaga kebersihan batin dan kesehatan jiwa juga sangat penting dalam menghadapi covid 19 ini, karena jika kesehatan mental kita terganggu otomatis imunitas fisik kita juga akan turun. Pada dasarnya Puasa untuk Hidupkan Rasa Bahagia.
 Tak kalah penting adalah bersih harta dengan infak, zakat dan sadaqah.  Allah Maha Kaya selalu memberikan rezeki kepada umatNYA, sebagaimana FirmanNYA  dalam QS. An-Najm : 48 "dan Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.". Bahkan jika seseorang memiliki makanan pokok yang cukup untuknya semalam saja, maka ia wajib mengeluarkan zakat fitrah.Â
Zakat fitrah itu hanya semud makanan pokok untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan. Hanya setahun sekali. 8 penerima zakat yang seringkali sangat berada dekat dengan kita tetapi tidak kita sadari.Â
Zakat fitrah sesungguhnya hanya sebuah trigger agar kita lebih peka dan welas asih kepada orang-orang yang berhak menerima zakat di sekitar kita. Salah satu penyakit hati yang sulit terbuang adalah kikir. Â
Merasa sangat sayang jika mengeluarkan harta untuk sedaqah dan infak, bahkan untuk berzakat yang hanya 2.5 % pertahun dengan kadar harta tertentu pun masih saja mencari celah justifikasi untuk tidak mengeluarkannya. Terlupa bahwa rezeki kita berasal dari Sang Maha Pemurah ini termasuk titipan kepada orang-orang yang membutuhkan, anak yatim, fakir miskin.Â
Terlebih di masa pandemi covid 19 ini semakin banyak keluarga Indonesia yang terimbas ekonominya. Mengapa kita harus iri dengan jika mereka dibantu pemerintah dengan bantuan sosial tunai dan dana desa, lalu mendapaat zakat pula. kok lebih banyak yang menrima zakat ketimbang yang mengeluarkan zakat.Â
Hitung-hitungan dengan Maha Pemberi Rezeki tidak seperti itu, kawan. Jika kita mengeluarkan sedikit saja bagian harta kita bukan berarti kita lebih tinggi derajatnya.
Justru mereka yang kita bantulah yang menaikkan derajat kita. Sedikit harta kita, mendekatkan hubungan sosial (silaturahim) kita meski saat ini jarak fisik kita berbatas dalam menghadapi covid 19 ini, terlebih akan segera diberlakukan PSBB Palembang.
Sambut lebaran idul fitri dengan bersih diri, bersih lingkungan dan bersih jiwa. Salam kompal, tetap bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H