Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Siraman Rohani dari Calon Penghuni Neraka

17 Mei 2020   19:00 Diperbarui: 17 Mei 2020   18:57 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat gak sih saat kecil dulu ada komik yang menggambarkan bagaimana neraka?. Api menyala-nyala, lidah terjulur dipotong, tubuh dirantai dan tercabik, dan puluhan visual mengerikan yang masih tersimpan rapi di laci memori. Saat mendengar tausiyah, ceramah ataupun kajian berapa persen yang memberi ancaman neraka terlebih kepada kaum perempuan. Jika gambaran syurga akan sangat indah dengan suguhan kepuasan laki-laki, justru neraka selalu dinyatakan akan lebih banyak dihuni kaum perempuan. Neraka, bukan konsep yang dimonopoli oleh Islam dan agama samawi/Abrahamik. Konsep ini hampir dikenal oleh seluruh agama. Termasuk yang percaya reinkarnasi.   Neraka adalah tempat penghukuman, pensucian sebagai wujud pertanggung jawaban perbuatan selama di dunia. Hanya saja konsep agama Abrahamik bahwa surga dan neraka adalah hari akhir yang tak terbatas, ancaman berada di neraka selama-lamanya tentu sangat mengerikan. 

Sejak kecil, bahkan saat mengajipun teror tentang ancaman neraka bagi para pendosa selalu dilekatkan di kepala. Mengalahkan konsep bismillhi ar-ramni ar-rami yang dibaca pada setiap surat Quran yang dibaca, bahkan untuk memulai segala perbuatan membaca  bismillhi ar-ramni ar-rami. Sebuah konsep yang menegaskan bagaimana sifat Allah sesungguhnya. 

Entah mengapa penguatan ajaran dengan konsep punish and reward, bukan pada menguatkan nilai keikhlasan dalam beribadah lebih dipilih sejak pendidikan dasar. Manusia telah bertanggung jawab atas perbuatannya di dunia bahkan sejak di alam barzah. Saat ditanya Malaikat Munkar dan Nakir, hanya 7 langkah orang yang menguburkannya meninggalkan kubur.  Siksa kubur akan dijalankan hingga hari kiamat tiba, tetapi jika manusia mukmin yang bertaqwa tidak akan mendapat siksa kubur, ia hanya akan terlelap nyenyak dan saat hari kebangkitan ia akan terbangun seperti malam pertama. Yaelah, sampe sekarang gak ngerti juga dengan padanan kata malam pertama untuk menggambarkan bagaimana nyaman dan nyenyaknya tidur. Berapa persen sih perempuan langsung menikmati malam pertamanya hingga dapat tidur dengan sangat lelap.

Konsep neraka dan syurga juga yang semakin diteriakan untuk orang-orang satu agama, tetapi beda pemahaman. Ancaman neraka jahanam bagi para musyrik dan pelaku sihir, termasuk kepada orang-orang yang dituduh sebagai pelaku bid'ah. Seolah memberi batas pembenar kepada kaum tertentu.  Dengan pasukan yang lebih militan dari penggemar Korean idol.  Beragama seolah menjadi sangat mengerikan dengan glorifikasinya, anehnya orang yang mengaku tidak beragama dan tidak ber-Tuhan pun terkadang ikut glorifikasi keatheisannya. Jika berbeda dengan pemikiran maka akan menjadi salah. Diri menjadi orang yang sulit memahami sebagai menjalankan kebenaran atau merasa benar.  Terlebih kemajuan teknologi juga memudahkan kita untuk mendapat tausiyah.memperoleh pemahaman secara instan. Tidak sedikit muncul dai selebritis yang bermunculan, pun tidak pula sedikit tausiyah dadakan dari teman-teman melalui media sosial.  Sesuatu yang didengar berulang, tanpa pemahaman yang mumpuni membuat sebagian kita seolah sangat paham hingga tahap ma'rifat. Bahkan berani mencela para ulama yangberbeda pandangan dengan yang kita terima selama ini sebagai antek-antek kafir, wahabi, apapun lah yang sengaja ingin menguba tatanan dunia. Teori konspirasi berbungkus siraman rohani dengan potongan-potongan video entah darimana saja lebih cepat viral. Pemakluman "ah, itu hanya sarana. Sepanjang niatnya baik tidak apa-apa meskipun hoax. Antum fikir Ibu Hawa punya buah dada kenapa? Kemakan hoaksnya iblis, Cuy".

Penampilan dengan jubah putih bersorban, tetapi menebar kebencian, seolah menyiram air aki  pada pohon jiwaku. Ahay, dasar jiwa musafirnya masih kenceng aja keles, jadi gagap paham yang dimaksud. Bisa jadi sih,tapi saat ini jiwa kerdil diriku masih butuh kasih sayang dan kedamaian. Karena kunci utama surga itu kedamaian bukan. 

Sungguh mengejutkan justru nasehat spiritual  tentang ketaqwaan itu sering berasal dari orang-orang yang mengaku tidak paham agama, bahkan mengaku dari calon penghuni neraka. 

Mengingatkan fitrah kita bahwa kita membawa Nur dari Alllah, bahwa Allah itu selalu dekat, saat kita susah cukup bermunajat karena Ia selalu berjanji akan mengabulkan segala doa dan perotolonganNYA selalu dekat.  Sering saya mengumpat, justru mendapat pencerahan semacam itu dari Mbah-mbah pembuat sapu blarak kelapa. Membaca bismillhi ar-ramni ar-rami saja kadang perlu diluruskan, menjadikan diri ini sombong seolah lebih pantas di surga dibanding beliau yang tak dapat menyebut AsmaNYa dengan benar. Dalam celotehannya bahkan beliau mampu menjelaskan Ar Ghafur ayat 60 dan Al Baqarah  ayat 214 dengan begitu dalam. Tanpa bahasa jargon berapi-api ataupun pengucapan potongan ayat tersebut secara tartil.  Mendapat pencerahan betapa mengerikannya dosa pemakan harta anak yatim justru dari tukang parkir. Tanpa membacakan surat Annisa  menjelaskan secara gamblang  bahwa dosa sosial itu bukan karena ancaman neraka di hari akhir nanti. Tetapi menciptakan neraka dengan rezeki yang sempit.

Kalimat mereka selalu bermula "Jangan dengarkan kami yang calon penghuni neraka ini, tidak bermaksud mengajari orang yang sudah cerdik pandai", tetapi nasehat mereka yang seringkali berbentuk omelan justru siraman rohani pada jiwa-jiwa yang gersang. Mereka menunjukkan cintanya kepada Allah boleh jadi dengan cara yang berbeda, cara yang mungkin tidak pernah kita ketahui dalam fiqh yang pernah kita pelajari. Sekonsisten apa kita menjalankan fiqh berdasarkan mazhab terntentu sih?.  Boleh jadi cara mereka salah, tetapi menyatakan mereka salah dan memberi ancaman neraka akan wujud cinta mereka kepada Tuhannya sepertinya bukan tugas kita. Manusia diturunkan ke muka bumi itu untuk menjadi khalifah. menjalankan yang benar, bukan merasa benar. 

Kebenaran dalam taqwa itu memang sulit mencari kemutlakannya. Tak ada kapasitas saya juga mengenai hal ini. Apalagi mengklaim orang salah dalam menjalankan ibadah sebagai wujud taqwahnya, saat menunjuk sering terlupa bahwa 3 jari mengarah ke kita dan jempol yang jadi bola liar, dimana kesombongan kita merasa benar juga seolah berhak menjadi wakil Tuhan di muka bumi.

Selamat menjalankan puasa,Dunia. Salam kompal selalu. Tetap Bahagia

Kompal Kompak
Kompal Kompak
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun