Seperti nangka, nanas, belimbing, jambu biji, pepaya mengkal dan kundur. Khusus untuk pepaya dan kundur biasanya direndam air kapur sebentar untuk mendapatkan tekstur yang crunchy. Jika sedang musim rambutan, bahkan rambutan yang telah dibuang bijinya pun diluwoh.  Mirip dengan  buah kalengan.  Jika suka ditambahkan kayu manis dan cengkih. Dulu aku kurang suka dengan bau rempah, jadi kadang ibuku mengalah, membuat luwoh tidak menggunakan kayu manis dan cengkih.Â
Cara menghidangkannya juga sangat mudah kok, cukup tambahkan air secukupnya,beri es agar makin segar. Jadilah  aneka es, es nangka, es nanas, es belimbing, es pepaya dan es bligo. Jika sedang beruntung semua ada, ya jadi es buah karena dicampur. Panganan yang paling memikat sebagai "pemecah" buka. Â
Dulu sama sekali tidak mengenal sop buah, jadi kadang minum susu terpisah dengan minum es buah. Kenapa dulu gak terpikir untuk dicampur saja ya. Daya kreatif gak nyampe situ ya.  Batas kreatif ibuku dulu luwoh hanya  menjadi topping pudding yang memang selalu jadi makanan favoritku saat kecil, apalagi sebagai takjil dan hidangan lebaran. Puding buah kaca dengan topping luwoh buah itu tampilannya sangat cantik. Siapapun yang melihat langsung ingin memotong dan menyantapnya.Â
Manfaatkan Buah Lokal, Bantu Petani Lokal
Jejeran toples besar di dapur berisi luwoh dan manisan sekarang menjadi kenangan. Bahkan keberadaan toples-toples besar yang dulu biasanya berisi luwoh, manisan atau telur asin juga diriku tidak tahu lagi dimana keberadaannya.  Banyak  alasan mengapa tidak ada lagi kebun kecil di pekarangan kami selain kemalasan penghuni rumah yang sekarang. Tetapi, kebiasaan makan buah lokal baik langsung makan ataupun olahan masih menjadi kebiasaan di keluarga kami, meski sekarang lebih banyak membeli baik pada penjaja buah, warung , kios buah ataupun pasar.  Dari dulu, keluarga kami tidak menjalankan berbuka dengan kurma.Â
Jikapun makan, hanya sesekali. Â Pilihan buah lokal yang tersedia di Palembang juga sangat banyak.. Sekarang pun buah dapat dibeli seperlunya saja. Â Untuk mengawetkan buah yang dibeli juga sudah ada kulkas, jadi tidak perlu sengaja menyimpan luwoh. Lebih memilih memakannya secara segar tanpa diolah dengan tambahan gula. Â Jikapun sesekali ingin membuat luwoh untuk es buah atau sop buah , sekarang dibuat untuk keperluan sehari saja.Â
Secukupnya, Â menghindari wasting food. Â Dulu buat banyak karena 'kan masak pake pawon kayu ya, beda dengan sekarang, menggunakan kompor gas tinggal jetet. Sayang banget kan hidupin api kalo cuma buat sedikit. Selain itu, dulu penghuni rumah ini banyak dengan masa pertumbuhan. Apapun yang terhidang akan mudah habis, beda dengan sekarang yang cenderung dihuni picky eater. Selain, panganan takjil juga sekarang mudah didapat, banyak tetangga kami yang menjual. Kebiasaan bertukar kudapan juga semakin tergeser. Hanya occasion tertentu akan berbagi makanan dengan tetangga. Â
Buah lokal paling banyak tersedia di Palembang saat ramadan adalah timun suri, buah melon dan semangka juga berasal dari daerah Sako Kenten. Pepaya banyak berasal dari Talang Jambe. Semua buah ini dimakan langsung, tidak perlu repot diolah menjadi luwoh. Terkadang, cukup tambahkan susu UHT untuk menikmatinya. Â Â
Di awal bulan ramadan lalu masih banyak duku dari berbagai kabupaten seputar Palembang. Beragam jenis pisang juga banyak tersedia.  Nanas di Sumatera Selatan terkenal manis, paling terkenal dari Prabumulih. Beberapa di lahan gambut juga banyak mengembangkan komoditas nanas yang tak kalah manis,  bahkan beberapa daerah  menjadikan olahan buah kering.  Jeruk dari Desa Siju Banyuasin yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir, meski kecil juga sangat manis. Â
Jangan tanya soal labu, begitu melimpah di Sumsel. Keluar lorong rumah saja sudah banyak yang menjual buah lokal. Dengan ketersediaan begitu banyak tidak ada alasan lagi kita lenih memilih buah impor atau olahan kalengan.  Jika bukan kita yang memanfaatkannya, siapa lagi. Karena  buah lokal kita untuk jadi komoditas  ekspor masih membutuhkan proses standasirasi yang sangat panjang. Memanfaatkan buah lokal jadi konsumsi termasuk  takjil sangat membantu pemberdayaan petani lokal.Â