Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Kaleng Ajaib

12 Mei 2020   18:54 Diperbarui: 12 Mei 2020   18:56 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diriku belajar puasa full from dawn till dark itu di usia 4 tahun. Bukan karena kesadaran keimanan yang sangat tinggi. Tahu apa anak usia 4 tahun paham kadar keimanan.  Karena punya kakak yang terpaut usia berbeda, di rumah diriku paling cepat belajar berpuasa. . Di rumah kami perbedaan usia antar saudara kandung cukup berbeda, rentang usiaku dengan diriku 16 tahun, kakak keduaku dengan diriku 10 tahun dan kakak ketiga dengan diriku 7 tahun.  

Karena suami kakak perempuanku  meninggal saat mengandung anaknya, ditambah keponakanku yang hanya bertaut usia 4 tahun lebih muda dariku. Puasa itu tak ada pilihan lain juga lebih tepatnya. Dari kecil diriku kurang suka dengan makanan dingin. Karena semua berpuasa, jika aku ingin makan, ya harus menyantap nasi dan lauk dari sahur yang kondisinya dingin. Keluarga kami belum ada magic warmer dan kompor gas saat itu. 

Daripada makan kurang nikmat karena hidangan dingin dan makan sendiri, ya mending ikut puasa aja. Lah mau sekompleks apa sih yang dipikirkan anak usia 4 tahun memutuskan ikut puasa. Diriku juga tidak menjalankan puasa "upahan", jika puasa sehari dibayar sekian. Karena saat itu tidak mengenal uang dan tidak dipernankan jajan. 

Ya gak ngerti dengan duitlah.  Saat teman-teman sekolah dulu berpuasa diupah udah malu buat protes, hi hi diriku sudah menjalankan puasa selama beberapa tahun. Jawaban Bapak juga suka ngejleb "ya kalo gak kuat. gak usah puasa. Buktiin dirmu lemah dibidang apapun". Jiahhh...puasa juga ternyata ajang pembuktian diriku tidak lemah di segala hal. Ha..ha...karena cap anak lemah itu sudah tersemat didiriku saat kecil.

Kaleng Ajaib

Biskuit dulu lebih banyak dalam kemasan kaleng. Sering jadi buah tangan yang keren banget, belum mengenal donat bermerk sebagai buah tangan waktu itu. Biasanya kalengnya di reuse kalo gak jadi pot tanaman, wadah alat jahit atau wadah untuk menyimpan benda-benda kecil agar mudah dicari. Dulu diriku punya sebuah kaleng  untuk menyimpan makanan terutama di bulan puasa. Buah hutan dan kebun yang kami temukan sambil bermain di rawa. 

Kalo biasanya kami makan bareng, karena mereka tahu diriku sedang berpuasa mereka juga menyimpan dulu. Setidaknya tidak makan dan minum depanku. Kalo mereka punya buah juga sengaja disisikan buatku. Dulu sering nanya sama popo apakah ini buah sembahyang yang langsung disahut "Ya nggaklah, itu sengaja dibelikan buat dimakan bukan buat sesaji". 

Masuk kaleng lagi deh, ha ha dapat mencicipi 5 biji buah anggur saja masa itu seperti dapat bumi separuh, apalagi kalo dikasih roti  sosis dan keju , waah...rasa mau teriak. Sosis pada masa itu benda langka yang biasanya hanya terlihat di majalah. Diriku biasanya dapat itu dari Ayi Alan yang memang pekerjaannya di kota. Kalo gajian sering beliin makanan-makanan langka, . Ha ha lebay sih dibilang langka, lah itu dari daulu banyak dijual di Pasar Palembang, hanya bukan jangkauan anak kampung saja. 

Kalo main ke tetangga juga seringkali ditawari makanan yang dibuatkan. Jika pada tetangga Tionghoa  diriku mengakui puasa. Justru di tetangga Jawa Muslim aku tidak mengaku. Ra ilok mengaku-ngaku puasa, karena puasa pada dasarnya ibadah rahasia. Saat ditawari makanan yang biasanya terbuat dari olahan umbi-umbian diriku tak menolak tetapi tidak juga memakan, biasanya akan dibungkuskan untuk dibawa pulang, yang biasanya kumasukkan ke kotak ajaib itu lagi. 

Di kampung kami saat diriku kecil banyak tumbuh subur berbagai jenis umbi-umbian,  sebelum lahan telah berganti menjadi komplek perumahan. Ubi kayu (singkong), Ubi Selo (Ketela Rambat), Uwi, Kirut (Garut) yang direbus saja dijadikan panganan sarapan ataupun kudapan sore anak-anak kampung. Singkong juga sering diolah jadi berbagai panganan mulai dari getuk, pepes, gomak dan panjang lagi. ada juga yang membuatnya menjadi opak. 

Suatu hari pernah diajak jajan dengan tetangga, jajanan paling menggiurkan saat itu sederhana saja kemplang tunu yang disiram dengan saus cabe. Kemplang adalah makanan sejenis kerupuk campuran tapioka dengan ikan yang dikukus, dikeringkan dengan cara dijemur  lalu dipanggang hingga mengembang dan crunchy. Makanan jenis ini adalah jajanan lokal favorit di Palembang. Harganya murah, karena memang bukan  terbuat dari ikan kualitas super. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun