Karena itu Mak mengajak Hans untuk ikut kerja dengan mereka. Uda Parmanto merasa jengah dengan kehadiran pemuda Papua ini. Ia tidak dapat mempercayai sepenuhnya, kecemburuannya menyebabkan ia gelap mata.Â
Ia justru meninggalkan Mak dan Lapau Takana Juo dengan menjadi chef di sebuah resto Minang mewah  yang baru berdiri , berada tepat di depan lapau Takana Juo. Hans sudah mengusulkan jika Lapau Takana Juo mau maju, harus menghadirkan gulai kepala kakap yang pernah ia makan.Â
Mak sangat keberatan, ternyata Mak hanya masak masakan itu setahun sekali, di hari ulangtahun anaknya yang meninggal sebagai wujud takziahnya. Namun Hans yang gigih mampu meyakinkan  Mak, jika sebelumnya ia diajarkan resep masakan Padang akhirnya Mak memberikan resep rahasianya itu, bahkan Uda Parmanto pun tidak pernah tahu resep itu.Â
Lapau kembali berjaya dengan menu andalan gulai kepala ikan kakap, resto tempat Uda Parmanto bekerja kembali sepi.
Lah kok aku jadi ingat dengan seleraku sendiri yak ....He..he... memang tidak dapat dipungkiri sih, beberapa resto kecil justru highly recommended. Â Di Palembang saja buat orang-orang tertentu aku memang mengajak mereka makan di RM Minang yang kecil saja, karena ada menu khas yang belum tentu di resto ternama lebih atau bahkan sama enaknya.
 Soal akting luar biasa, Ade Irawan dengan logat Minangnya sih tidak dapat dibantah lagi akting natiralnya. Pemeran pendukung juga tampil dengan luar biasa, meski menggunakan logat dan bahasa Minang tetapi yang menonton terasa indah sajo di telinga bahasa tu yo. Angle pengambilan gambar masakan, termasuk suara racikan  dan asapnya yang mengepul saja bikin ngiler. Seolah kita telah dapat mengira-ngira aromanya.
Bahkan putraku yang menonton saja baper tiba-tiba ia mewek "Inget Yai, Kita udah gak bisa lagi makan bareng Yai di RM Padang atau tempat makan lain". Sebenernya Yainya (Ayahku) udah pergi lebih dari 2 tahun lalu dan sebelumnya juga udah sakit.Kami jalan-jalan makan bersama terakhir hampir 4 tahun lalu. Masakan Padang memang menyatukan selera kami yang biasanya berbeda-beda.
Sepanjang nonton film kami banyak ketawa dan ngobrol tentang khasanah kuliner terlezat Nusantara ini.
"Eh.. Nda, kapan-kapan buat papeda kuah kuning yang kayak dimasak si Hans ya"katanya. Ia sangat terpikat kala melihat Mak menikmati papeda yang dimasak oleh Hans.
Film ini memang bertema besar kuliner, tetapi menyelipkan pesan moral yang luar biasa. Rasa solidaritas yang tinggiatas dasar kemanusiaan yang memperat hubungan Hans dan Mak yang berbeda suku dan agama. Bahkan Hans si papua menjadi handal meracik masakan khas Padang yangoOrang Padangnya sendiri belum tentu bisa.
Dendam pribadi pun dapat luntur kala jiwa solidaritas yang tinggi, rasa tepa selira, turut merasakan. Uda Parmanto begitu tahu Mak sakit dan perlu dirawat di rumah sakit yang ditemani Uda Natsir sengaja datang membantu Hans yang sempat putus asa karena kebingungan, ada pesanan dari resepsi pernikahan yang harus ia selesaikan hari itu.Â