Ketika aku kecil aku pernah punya tokoh superhero idola yang telah terbenam dalam kotak memoriku sekian lama, hingga di hari rabu lalu saat menonton Spiderman Far From Home, saya terpaksa duduk manis membaca post credit tittle satu per satu untuk membunuh rasa bosan.
Karena film ini memang harus menonton adegan post credit agar tidak misu-misu dengan alur cerita dan clue yang absurd.
Memang dalam film ini ada menyebut star wars, tetapi sempat bingung saat di post credit tittle menyebutkan karakter He Man milik mattel. Kami berdua sama-sama merasa missed di adegan mana figurin He Man ada?.
He Man bagi kami berdua menyimpan kenangan masa  kecil saat chanel tv hanya ada TVRI, diputar sore ba'da ashar sebelum magrib. Tak ada pilihan hiburan lain kecuali menonton tv.
Karakter He Man sebagai makhluk (dia setengah manusia, emaknya orang Bumi , Bapaknya orang Planet Eternia.Musuh utamanya Greyskull.
He  Man itu keabsudan pertama belajar subjek Bahasa Inggris karena kata He memang telah me refer kata laki-laki, Man makin menunjukkan maskulinitas dengan kostum cuma kancut.
Begitupun tokoh cewek-cewek yang ada di He Man rata-rata berbikini ria. Belum ada aturan kepornoan kartun di media televisi. Kita nonton aja, dan syukurlah tidak tumbuh menjadi rapper barbar saat dewasa.
Keunikan He Man justru pesan moral yang selalu diocehinnya saat seri hampir kelar.
Meskipun makhluk paling kuat sejagat raya ia tidak pernah membunuh makhluk hidup, meskipun penjahatnya. Paling banter ia akan melampar ke sungai ataupun semak-semak.
Ia hanya bersikap lethal pada robot-robot ciptaan musuhnya, yang jelas bukan makhluk hidup.
He Man itu hanya satu dari sekian superhero yang jadi idola karena tidak ada pilihan lain kala itu
Psikolog anak dan ilmu parenting belum menjadi pengawas tayangan televisi. Kadang saat ini seolah cenderung phobia terhadap pakaian yang terbuka, kekerasan, darah dan kecenderungan orientasi seksual.