Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lestari Hutan Dimulai dari Piringmu

7 April 2019   10:37 Diperbarui: 8 April 2019   16:01 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mini Workshop Eco Printing (Dok. Deddy Huang)

Apa sih yang terlintas di benakmu jika mendengar kata perubahan iklim, emisi gas rumah kaca, mitigasi, pengelolaan hutan lestari dan eco lifestyle?. Boleh jadi ribuan peta konsep dengan berbagai kerangka teori yang rumit langsung silih berganti muncul pada memorimu atau justru kata bodo'amat yang tertanam di benakmu. 

Demikianlah yang sempat terlintas di benak saya saat mengikuti forestalk Menuju Kelola Hutan Lestari pada hari sabtu tanggal23 Maret 2019 yang lalu, keseruannya dapat dibaca di :

Lestari Hutan, bukan "Cawa" bagi Warga di URL dan IRL

Hubungan ibu dengan lingkungan sekitar sesungguhnya suatu nilai universal, salah satunya dengan metafora alam sebagai "mother of nature", hal ini juga berlaku di Indonesia dengan metafora "Ibu Pertiwi". Pun sejak zaman nenek moyang, pengetahuan pengelolaan alam termasuk pengelolaan hutan lebih banyak dikuasai dan diwariskan secara turun temurun melalui Ibu.

Tidak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi hingga saat   ini  di era disrupsi teknologi 4.0 telah mengubah lanskap, yang juga mengubah budaya dan cara pandang manusia terhadap alam. Saat ini alam untuk dieksploitasi secara massif untuk keperluan industri dan dinilai dengan uang.

Impian teknologi akan lebih mempermudah hidup seperti yang kita jalani adalah impian semua ibu di masa lalu. Namun, kepraktisan ini dibayar dengan harga yang sangat tinggi berupa keberlanjutan lingkungan. Termasuk efek penggunaan plastik yang sangat masif membutuhan upaya prevensi yang massif pula bukan sekedar reduce, reuse, recycle , replace seperti selalu ingat (remember) membawa kantong belanja yang lebih ramah lingkungan saat belanja di warung atau pasar.

Kantong Belanja dari Purun (Dok.Pribadi)
Kantong Belanja dari Purun (Dok.Pribadi)
Dengan berkurangnya daya dukung lingkungan dengan berbagai efeknya pada perubahan iklim menjadikan manusia kembali menggali nilai-nilai kearifan lokal untuk hidup yang lebih ramah lingkungan sebagai upaya mitigasi dan adaptasi manusia.

Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah sedikit mengubah gaya hidup untuk lebih eco friendly dengan memanfaatkan produk-produk kehutanan non kayu yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar hutan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak produk yang ditawarkan baik dari  binaan perusahaan swasta seperti produk-produk dari berbagai Desa Makmur Peduli Api, produk-produk BUMDes dan kemitraan dari berbagai KPH di Sumsel, ataupun produk-produk binaan perguruan tinggi dan pemerintah/pemerintah daerah  serta masyarakat sipil bahkan usaha mandiri dari masyarakat itu sendiri. Hanya memang perlu sedikit usaha lebih untuk mengaksesnya.

Baca :Ngemil Produk Rawang, ikut Kontribusi Selamatkan Gambut Sumsel

Persoalan utama bagi para penggerak ekonomi kehutanan semacam ini adalah pemasaran. Meski potensi pangsa pasar mereka cukup luas  tetapi menjualkan produk mereka bukan persoalan yang mudah di tengah melawan persaingan produk industri masal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun