Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lestari Hutan, Bukan "Cawa" bagi Warga URL dan IRL

7 April 2019   00:54 Diperbarui: 7 April 2019   02:13 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Amanda (Dok.WAG Foresttalk)

Upaya-upaya tersebut dapat berupa penggunaan energi terbarukan,  meminimalisisr penggunaan kantong plastik, memajukan teknologi kendaraan listrik, termasuk peralihan global ke pola makan yang mengurangi daging dan menambah buah-buahan dan sayur-sayuran.

Berdasarkan Oxford Study di tahun 2015, perubahan pola konsumsi ini dapat menyelamatkan 8 juta hidup manusia pada tahun 2050 serta menghemat biaya kesehatan dan kerusakan iklim sebesar US $ 1,5  trilyun.

Perubahan pola makan untuk mengurangi emisi GRK (Dok.YDS)
Perubahan pola makan untuk mengurangi emisi GRK (Dok.YDS)
Deforestasi dan Cadangan Karbon

Ibu Atiek Widayanti (Dok.WAG Foresttalk)
Ibu Atiek Widayanti (Dok.WAG Foresttalk)
Isu mengenai emisi GRK semakin mengemuka terkait dengan pertemuan G-20 di Pittsburg, Amerika Serikat pada bulan september 2009, serta pada Conference Of the Parties (COP) 15 di Kopenhagen, Denmark pada bulan Desember 2009, Pemerintah Indonesia melalui Presiden Republik Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 % dengan upaya sendiri.

Jika dibandingkan dengan garis dasar pada Bussiness as usual dan sebesar 41 % apabila ada dukungan internasional. Komitmen ini berlanjut dengan penyerahan dokumen Intended Nationally Determined Contribution (INDC), yang menyatakan Indonesia akan tetap berkomitmen dalam penurunan emisi sebesar 29 % hingga tahun 2030.

Tentulah upaya ini memerlukan kontribusi semua pihak yang dipaparkan langsung oleh Ibu Atiek Widayanti dari Tropenbos. Beliau menjabarkan mengenai dampak deforestasi, degradasi dan konversi hutan termasuk di lahan gambut memberi dampak yang sangat mengerikan pada ada penurunan penyerapan karbon.

Langkah-langkah ini dapat semakin paripurna dengan combining antara kearifan tradisional dan kemajuan teknologi dalam mencari solusi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim ini, terutama pada pengelolan hutan dan lanskap yang berkelanjutan sebagai penyumbang emisi GRK terbesar.

Ia memberikan contoh bagaimana pengurangan karbon jika cadangan karbon di hutan bernilai sebear 200 ton C, sedangkan di semak hanya senilai 15 ton C/ha artinya jika terjadi perubahan hutan menjadi semak artinya 185 ton Karbon per hektar yang berkurang, bayangkan jika 10 Ha, artinya 1.850 ton Karbon yang hilang.

Konversi karbon menjadi CO2 adalah 1 ton karbon sebanding dengan 3,67 ton CO2, jadi jika 10 hektar saja yang berubah dari hutan menjadi semak terjadi emisi karbon sebesar 1.850 Ton x3,67 sebanding dengan 6.800 ton CO2.

Kembali pikiran saya melayang saat ketika saya bandingkan dari data dari Kementrian Kehutanan, dalam Penghitungan deforestasi Indonesia 2009-2011 yang diterbitkan oleh Direktorat Inventariasi dan Pemantauan Sumberdaya hutan, Dirjen Planologi Kehutanan, Kementrian Kehutanan (2012), bahwa pada  periode 1985-1997 saja pengurangan luas hutan di Indonesia sebesar 22,46 juta hektar.

Jjika dirata-ratakan  sebesar 1,87 juta Hektar/Tahun, dan semakin mengerikan melihat data di tahun 1997-2000 menjadi 2,84 juta hektar per tahun, sedangkan  berdasarkan data SPOT vegetation di periode 2000-2005 rata-rata 1,08 juta hektar per tahun. Saya tidak mampu membayangkan begitu besarnya emisi karbon yang diakibatkan oleh deforestasi hanya berdasarkan angka resmi itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun