Karena ia memang agak jengah melihat orang-orang yang makan nasi, saos dan remah berhamburan di meja yang memang tidak lebar kemudian ditinggal begitu saja.
Makanya ia berusaha keras jaga image, jangan sampai seperti mereka. Meski kadang sering ada pandangan aneh ke dia. Menumpuk wadah makan di tray dan meletakkannya di wadah tray.
Agak berbeda jika di rumah makan lain, ia hanya akan ikut menumpukkan piring. Sepele memang, tetapi hal sederhana ini saya harapkan dapat menjadi fondasi karakternya, sesederhana membiasakan 3 kata ajaib, maaf,tolong dan terima kasih.
Sekedar menumpuk wadah makanan pun tidak akan memberatkan jika hal ini menjadi kebiasaan. Melatih jiwanya agar lebih mandiri, bersedia menyenangkan orang lain meski sederhana. Meja fastfood seringkali terbatas, jika kita membereskan bekas makan kita. Petugas yang membersihkan akan lebih cepat, meja kita pun dapat dipakai oleh customer lain.
Kalo masih berat ya anggap aja sedekah, jadi ikhlas untuk melatih berbuat baik, berbuat baik pada diri  sendiri. Balasan segera kok, senyuman manis pelayannya itu loh, jauh berbeda.Â
Apalagi jika itu tempat langganan yang tahu kebiasaan kita. Mereka akan menunjukkan sikap yang jauh lebih  menghargai, bagaimana bentuknya? Ya dicoba dulu, agar tahu bagaimana rasanya. Kalo gak terjadi, ya balik lagi hitung-hitung sedekah tanpa modal.
![Logo Kompal](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/03/kompal-20180919-093043-5bdd799caeebe15cdc773aa4.jpg?t=o&v=555)