Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Werewolf Hago Representasi Demokrasi Kita?

7 November 2018   11:15 Diperbarui: 7 November 2018   12:56 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya kalo PW (Penerawangnya) dan Pj (Penjaga)nya pinter Nda, tahu  tugas mereka. Lah ini sudah dibunuh baru chat "kok kill gue, gue PW, lah kita  warga jadinya saling bunuh karena tanpa klu (clue maksudnya ya Oom dan Tante).

Melihat si Bujang main werewolf fi Hago kok aku langsung terasosiasi dengan situasi politikdi negeriku yang semakin menyebalkan, sudah persis kayak permainan werewolf di Hago. Game ini hanya tata caranya saja yang diikuti, esensi permainan sesungguhnya menjadi jauh lebih berkurang, yakni diskusi dan interaksi antar warga membahas isu yang dilempar kepada mereka.

Jika permainan offline dengan kartu dapat melihat gesture, dengan aplikasi tentu saja ini sulit, terlebih waktu diskusi permainan sangat dibatasi.

Ketika warga "hanya" bertugas untuk voting agar tidak salah pilih, tentu membutuhkan informasi akurat dari Penerawang, yang kadang lebih sering terbunuh sia-sia sebelum mampu memberi petunjuk karena penyihir lebih gemar menebar racun daripada menyelamatkan pembawa berita kebenaran.

Lebih menyakitkan lagi kala permainan penyihir salah meracuni, meracuni pemburu dan pemburu menembak warga. Tim Orang baik kalah telak, bahkan werewolf belum bersusah payah.

Permainan sederhana ini seolah representasi situasi demokrasi yang katanya hanya sebagai alat untuk mencapai kemakmuran rakyat, bahwa demokrasi bukan tujuan. Apa iya? Kok makin pesimis ya saya.  

Karena demi demokrasi politisi berkejaran dengan rating sinetron , mereka melempar drama, kisah yang seolah terbalut berita meski tanpa validasi, membuat emak macam saya yang civic educationnya entahm sulit membedakan mana yang memang data tervalidasi atau hanya dibuat untuk menciptakan keresahan, sehingga menciptakan kelompok "gue gak ikut-ikutan" alias ngaku golput , kemudian warga lain  memilih warga untuk digantung dan membebaskan werewolf.

Bagaimana saya mampu memberikan civic education sederhana bagi putra saya, jika yang sekolah jauh-jauh pun, yang seharusnya menjadi bijak bestari malah saling lempar tuduhan bahwa ini hoax, semua saling baper untuk hal-hal yang bagi warga sebenarnya remeh temeh, tetapi menguras energi dalam otak karena terlalu berseliweran dengan cepat melalui media sosial.

Jika pemainan werewolf di Hago, salah gantung warga dapat diulang lagi, tetapi dalam proses demokrasi, jalannya negara menjadi pertaruhan.    

 Ketika warga "hanya" bertugas untuk voting agar tidak salah pilih, tentu membutuhkan informasi akurat dari Penerawang, yang kadang lebih sering terbunuh sia-sia sebelum mampu memberi petunjuk karena penyihir lebih gemar menebar racun daripada menyelamatkan pembawa berita kebenaran.

Lebih menyakitkan lagi kala permainan penyihir salah meracuni, meracuni pemburu dan pemburu menembak warga. Tim Orang baik kalah telak, bahkan werewolf belum bersusah payah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun