Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Sweet Suicide"

2 Oktober 2018   15:33 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:17 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  "Aku tidak mau berpisah lagi"rengek Rasti  dengan nada manja. "Iya, akupun demikian, tetapi tampaknya bukan alam  ini yang akan menyatukan kita", sahut Delia sambil membelai rambut Rasti  yang tergerai panjang.

 "Benar sayang, kita berdua melakukan  bunuh diri. Tanpa luka tanpa darah"usul Rasti, "agar seluruh dunia  mencatat kisah kita sebagai kisah cinta sesungguhnya, ini bukti "sambung  Rasti.

 Rastiti menuliskan sebuah kata dengan hand lettering pada  kertas merah jambu "Ingin aku mati di pembaringan dalam pelukan yang  terkasih" bersama meminum obat anti mabok dan anti alergi lalu  membungkus kepala mereka dengan sebuah kantong.  Mereka masih ingin  tampil cantik dengan suicide mereka.

 Saat Delia mulai terlelap,  ia merasakan sesak lalu panas luar biasa, awalnya tercekat di  tenggorokan, lalu sampai ke wajah dan semakin terasa nyeri di dadanya.  Ia tak kuasa menahannya, tetapi matanya enggan terbuka hingga ia  teringat pada dua anaknya yang membuat ia segera terbangun. 

  Dengan terburu-buru ia melarikan diri dari tempat itu, tangisan  putra-putrinya seolah terngiang di telinganya begitu saja dan memberi ia  kekuatan untuk mengendarai mobilnya di tengah pekatnya malam.

##############

  "Ia begitu cantik" ucap Adaro "selamat jalan sahabat terkasih, perkenalkan ini Delia"sambung Adaro saat berada di depan peti.

 "Ia begitu sempurna, tetapi ia begitu cinta dengan kekasihnya yang  telah meninggalkannya begitu saja, ini percobaan bunuh dirinya yang ke  sekian Ma, saat ini ia tengah masa terapi. Aku tidak menyangka ia tetap  memilih jalan ini"ungkap Adaro dengan berurai air mata.
"Selamat  jalan kekasih, terima kasih memberi tahuku bahwa cinta itu nyata, bahwa  cinta itu sempurna hanya saja dunia menganggap sebaliknya"bisik Delia  dalam hati menatap tubuh kaku dalam peti itu.

 Palembang, 02102018

Kompal
Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun