Surya menatap kosong pada perempuan di ujung lorong itu, ingin Surya memanggilnya. Ah tidak , jika ia tahu Surya ada di sini, Surya tak mungkin hanya sanggup untuk menyebut namanya. Surya ingin memeluknya sekuat mungkin, melepaskan sagala rasa yang ada di dalam dada ini bertahun lamanya.
Setiap hari Surya melewati lorong ini, bersama seorang anak kecil berambut ikal dengan bola mata coklat, sorot matanya teduh dengn tawa renyah. Sudah seminggu ini Surya memperhatikan perilakunya yang cenderung nakal. Ia usil dan senang memecah suasana bermain di taman bermain itu dengan tangisan yang pecah dari teman-teman bermainnya.
Surya tidak salah mengenalinya, Pusphyta Ratna Dewi. Perempuan yang pernah ia puja 7 tahun yang lalu. Entah berapa lembar surat pada kertas berwarna pink kutuliskan mengenai rasanya dalam balutan puisi, puluhan kotak coklat, ratusan, gelang benang diuntai untuknya, sebagai bukti cinta Surya pada perempuan pujaanku itu.
"Arka, jangan usil dong" tegurnya dengan suara renyah, masih seindah dulu. Suara lembutnya itu tetap Surya ingat yang menenangkanku saat Surya kehilangan rasa, ketika tubuhnya menagih barang yang dalam keniscayaannya menghidupkan Surya kembali.
Surya menatapnya dan sungguh ini penyesalanku hari ini dan nanti, Surya menatap ibu dan anak itu. Kekuatan cahaya kasih mereka dengan pancarannya yang menenangkan itu membuat Surya terpana. Secara tiba-tiba perempuan itu  melihat ke arah Surya, lalu  dengan keras menarik anak yang dipanggilnya Arka itu, merengkuhnya kuat-kuat meski anak itu memberontak.
"Kita pulang sayang, kita pulang" ajaknya dengan nada memaksa. "Tidak mau Mama, arka mau main, Arka mau main" rengeknya.
Entah, ini ke berapa kali Surya harus merasakan pahit ini, Surya tidak berani maju, bahkan mengeluarkan suara.
Seminggu Surya menatap mereka sia-sia hanya karena kecerobohanku memandang mereka lekat-lekat pagi itu.
"Ayo, Arka"seretnya dengan keras dan berlari.
Batin Surya teriris, Surya ingin menangis sejadi-jadinya. Dee yang ia kenal sangat lembut menyapa dengan ramah itu dapat bertindak sekasar itu dengan anak kecil, anaknya sendiri.
"Dee, Aku hanya ingin mengucapkan, Aku tidak dapat hidup tanpamu, biarkan Aku menempati secuil saja ruang dalam jiwamu, secuil saja"Surya meraung dalam batinnya.
Tetapi ia tidak sudi, ia selalu pergi berlari menjauh sejauh-jauhnya setiap Surya bertemu dengannya.
Dee, perempuan yang melarikan diri begitu saja, tepat 3 bulan setelah kelahiran Arkadeva, putra mereka . Â Dalam benak Surya , seharusnya mereka masih menikmati manisnya menjadi orang tua bukan, Surya menuduh bahwa Dewi sungguh egois hanya ingin menjadikan Arka miliknya seorang.
Dewi tak habis pikir, telah bertahun-tahun ia melarikan diri, pergi dari satu kota ke kota lain hanya ingin melarikan diri dari Surya Kencana, laki-laki yang telah memperkosanya 7 tahun lalu. Pemberitaan mengenai malam laknat itu bahkan sempat menjadi headline di media lokal, beberapa lembaga bantuan hukum dan lembaga sosial menjadi pendampinnya saat itu. Mereka membela harga diri seorang anak SMA berusia 15 tahun yang diperkosa oleh Surya Kencana, putra seorang pejabat penting daerah.
Tetapi berakhir ketika diketahui akibat perbuatan itu Dewi hamil, tak ada dokter yang berani mengaborsi janin itu. Bahkan dukungan yang selama ini dengan tagar #StandForDee lenyap, sebuah teori bahwa korban pemerkosaan tidak mungkin hamil pun mengemuka. Menjadikan dalih bahwa hubungan ini suka sama suka.
Orang tua Dee memilih untuk menerima tawaran pernikahan oleh Surya Kencana, meski Dee menolak mentah-mentah.
Selama pernikahan itu Dee mengurung diri dalam kamar mewah di kompleks perumahan elit di daerahnya. Merasakan perkosaan berkali-kali, tetapi kala itu ia tidak dapat mengadu, karena hal itu telah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri.
Hingga ia mencari jalan untuk belenggu itu dengan melarikan diri, berkat bantuan jejaring salah satu lembaga sosial yang membantunya.
Matahari selalu terbit dari timur dan terbenam di barat, beredar sebagaimana kehendakNYA, sepanjang belum terjadi anomali terhadap peristiwa itu, Surya berjanji untuk akan selalu mengejar Arka demi pengSuryaan akan harkatnya sebagai manusia yang punya cinta kasih dan meminta sebutan "Ayah" dari sang putra.
Surya dan Arka adalah matahari bagi Dewi, hanya di suasana yang berbeda. Arka adalah matahari yang menjadi sumber kehidupan baginya, satu-satunya alasan ia tidak ingin mengakhiri hidupnya, sebaliknya Surya adalah matahari yang bersinar terik di padang pasir tanpa air yang membuat Dewi tersiksa dalam hidupnya hingga ia harus menjauhkan keduanya, tak boleh ada dua matahari di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H