"Itu parkir liar, tidak ada yang bertanggungjawab, sama saja ngasih preman"gitu deh komen orang-orang.
Lalu dengan kondisi susah payah rela bayar 10 ribu buat parkir 4 jam lebih berapa menit (dihitung 5 jam), gak boleh merasa dipalakin gitu. Saya hanya bingung buat menjelaskan kepada putra saya, mengapa pilihan kami jatuh ke tempat parkir resmi dalam kompleks. Kok jadinya seolah  memberitahu dia bahwa menjadi patuh aturan itu lebih repot dan lebih mahal, ya ditambah sedikit dungu.
Saya tidak protes, toh soal ini sempat heboh kan dimana-mana toh?. Tidak selesai juga. Jangan kayak orang susah lah bayar parkir 10 ribu aja rempong, makan ratusan ribu diem aja. Gak kuat expense ke mall ya ja gan ke mall lah, meski menghibur diri ke mall adalah hak segala bangsa.
Saya hanya berceloteh soal dungunya saya menerima kondisi sistem parkir ini, sudah ada jalan praktis, milih yang rempong dan mahal salah siapa coba?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H