Biasanya hujan turun  malu-malu di bulan juni, apalagi pertengahan bulan juni. Tetapi tidak pagi ini saat terbangun di waktu subuh jumaat mubarak bibir ini diperkenankan megucapkan "Allahumma shoyyban nafi'an". Teriring takbir, tasbih dan tahmid masih dikumandangkan mengagungkan nama-NYA merayakan kemenangan berperang melalwan hawa nafsu selama 29 hari  di bulan ramadan yang serasa begitu singkat dengan kesyahduhan malamnya.
Sebuah nikmat yang sangat patut disyukuri pula ketika semalam memutuskan tidak ada perbedaan penentuan 1 syawal 1439 H yang jatuh pada hari jumat bertepatan dengan 15 Juni 2018 Masehi.
Hujan merupakan sebuah nikmat yang juga wajib disyukuri, setidaknya sebuah pertanda untuk beberapa hari kegelisahan akan turunnya kabut asap di Palembang akan semakin menjauh. Meski memang telah banyak upaya untuk mencegah kebakaran di hutan dan lahan, terutama lahan gambut di Sumatera Selatan.
Shalat Idul Fitri pun ditemani dengan setia oleh rinai hujan yang masih enggan berhenti, mendinginkan udara Palembang yang telah beberapa hari ini begitu panas. Membawa kesejukan dalam merayakan kemenangan yang dibalut dengan sukacita untuk menghilangkan segala dendam, segala prasangka untuk membersihkan hati dengan saling mendoakan dan saling memaafkan.
Usai shalai Idulfitri di masjid, terlihat wajah-wajah gembira melewati jalan-jalan yang tergenang dan macet, menunjukkan rona mensyukuri atas kesempatan mengunjungi sanak saudara.
Sepanjang jalan, spanduk dan baliho terpasang wajah-wajah ceria mengucapkan selamat idul fitri dan memohon maaf. Bukan hanya mereka yang bertanding untuk perhelatan yang diadakan secara serentak di beberapa daerah di Indonesia pada tanggal 27 juni mendatang, bahkan wajah-wajah yang memang sudah lama berada di Senayan ataupun gedung perwakilan rakyat di propinsi dan kota pun memasang senyumnya yang begitu lebar menyambut kegembiraan lebaran ini ataupun yang baru berkeinginan untuk duduk di sana.
Begitu besar perhatian mereka terhadap perayaan umat muslim seluruh dunia ini, semoga kepedulian ini pun benar-benar mereka tunjukkan bukan hanya melalui berlembar-lembar spanduk digital printing berbahan flexy yang terpampang sepanjang jalan, yang tidak sempat saya lihat apakah tanda retribusinya dibayar atau tidak.Â
Puluhan mungkin ratusan meter spanduk digital printing berbahan flexy ini menambah beban lingkungan dalam penggunaan sampah plastik pasca lebaran. Semoga di masa mendatang,perhatian merekapun ke arah genangan di jalan-jalan dan masuk-masukperumahan warga karena tata kelola hutan dan lahan di Palembang dan Sumatera Selatan.
Di hari fitri dengan suasana sejuk pasca hujan ini pun tetap panas di media sosial, hanya karena perdebatan mengenai penggunaan jalan tol. Tampaknya dahsyatnya semangat kedamaian 1 syawal yang jatuh di hari jumat pada subuh hari hujan deras di medio juni tidak mampu mendinginkan situasi perbedaan pandangan politik dan dukung mendukung semata.
Eh... tapi hari ini kan lebaran 'kan?, maka lebaranlah.
Lebarkan hatimu agar lebih lapang, ketika silaturahim diisi dengan pembicaraan kearah politik dukung-mendukung dengan analisis lorong dengan wacana absurd itu dengan pembicara yang berlakon sebagai penguasa pengetahuan, nikmatilah. Nikmatilah hidangan yang didepan kita yang disediakan penuh perjuangan.
Banyak kue kering dalam toples yang dapat menemanimu saat mendengarkannya dengan seksama dalam tempo cukup lama itu, tidak usah dijawab, tidak santun, karena juga mulutmu sedang sibuk dengan mengunyah, jika perlu cari kacang goreng atau kuaci, yang memerlukan waktu kunyah yang lebih lama,cukupangguk-anggukan kepala,mereka tidak akan verifikasi apakah kamu mengangguk tanda setuju atau mengantuk karena bosan.
Ditanya kapan nikah? kapan selesai sekolah? Sudah kerja belum? Kapan punya anak lagi? kapan keliling dunia lagi? kapan punya pulau pribadi lagi? kapan akuisisi Burj Khalifah?.
Lebaranlah, buat pemikiranmu lebih lebar, mereka itu "cuma anggota keluarga" yang berusaha care, bukan bermaksud julit kok, ya jikalau nyeyes (istilah Palembang :padanan kata nyinyir) sedikit biasalah, membalasnya dengan berdebat atau membuat mereka sakit hati, tanyakan pada diri kita sendiri "apa nggak sayang perjuangan ibadah 29 hari itu? yang dimulai dari sahurnya , bahkan ada yang sampai menjalankan sahur on the road, tetap beraktifitas, dengan tetap menjaga agar tidak batal hingga buka puasa.
Banyak aneka pempek yang menemanimu saat angguk-angguk menyetujui segala saran mereka, mengajari kita bagaimana bergaul lebih luas. Bagaimana bekerja yang baik bagaimana berinvestasi atau justru berdivestasi, ya kita pahamlah level mereka juga bagaimana, setidaknya kita membantu mereka untuk melancarkan kemampuan halu-nya, setidaknya "kecikebalak" (mengecilkan masalah) meski risikonya "besakke duso" (membesarkan dosa) sedikit tidak apalah, yang pentingkan menyenangkan hati mereka dan menjaga tali silaturahmi keluarga dan tetangga.
Jika pempek habis, aneka lapis palembang yang manis-manis itu kan bisa membantu mendengarkan kenyenyesan mereka yang memang pahit. Biasa aja, kita cuma perlu lebaran aja. Lebarkan sudut pandangmu dalam memahami situasi lawan bicara kita, hatters pasti berlalu kok.
Setelah semua itu paling penting, siapkan baju lebaran (lebih lebar), kadang pelampisan tidak cukup makanan kecil, lepat dengan malbi daging sapi, ketupat dengan opor ayam ataupun pindang ayam kampung plus sambal nanas ati ampela,kadang ada gulai itik pedas dan rendang diembat juga.
Situasi demikian seringkali memaksa kita untuk mengunyah aneka makanan berat baik dari porsi maupun kalori ini sebagai pelarian, ketika makhluk-makhluk nyenyes ini membentuk kolaborasi, Pilihan kita untuk mengalah berefek kita di-bully rame-rame saat saat lebaran. Memastikan wajah kita tetap senyum lebar dengan hati dongkol itu sangat butuh energi.
Tetapi efek gurihnya santan,lemak dari jeroan,ayam, itik, daging sapi itu menyebabkan timbunaan lemak pada tubuh, menyebabkan jarum jam bergeser semakin kekanan, karena itu butuh baju lebaran, agar tidak begah saat memakainya.
Apapun pengalaman lebaranmu hari ini, karena saya sudah sungkem dengan keluarga besar hari ini terutama kepada kedua ibu saya, plus membagi angpao pada seluruh keponakan berbagi sedikit rezeki THR.
Saya ucapkan mohon maaf lahir batin jika ada interaksi saya yang melukai perasaan. Saya yakin seluruh kompasianer merayakan lebaran baik yang mudik ataupun tidak , Â semakin (me)lebar(k)an hati dan pikiran.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H