Toh...Makanan mewah itu, pantas dibanggakan.  Tidak, saya hanya bercanda, mau makanan jenis apa saja  seperti berbagai jenis bubur, pepes ubi, gomak atau combrok pun saling berbagi. Meski sering saat memberikan makanan tersebut ke tetangga mereka tengah membuat makanan yang sama. Ya saling icip saja. Meski sama jenisnya kan yang mengolahnya berbeda, yang penting saling berbagi lah.
Kadang saya sering merasa tetangga meminta bahan kepada tetangga lain hanya alasan agar dapat memberi makanan yang dibuat tidak menyinggung perasaan yang diberi. Memberi kok kuatir membuat orang tersinggung?, bukankahmemberi itu dasarnya ikhlas, mengapa harus repot dengan prasangka orang lain.
Kata Bapakku "memberi itu sebaiknya secukupnya, dan biarkan orang lain juga memberi kita. Karena pemberian dalam persaudaraan itu sifatnya saling memberi. Bukan satu pihak hanya sebagai pemberi sedangkan satu pihak lain hanya penerima.
Jika kita terlalu berlebihan memberi kepada sahabat atau tetangga ada kekhawatiran itu bukan lagi wujud kasih sayang tetapi rasa sombong kita".
Ah...Bapak,ada juga nasehat bijakmu yang dapat aku ingat dengan baik ya.
Lalu, siapa yang ingin saya jumpai saat ramadan ini?. Ah.. andai saya punya kuasa untuk dapat memastikan saya ingin berjumpa dengan siapa sesuai keinginan saya begitu saya, tak akan cukup waktu relatif yang terjadi pada diri saya di dunia fana saat ini.
Saya bukan orang yang sangat sibuk seperti yang memiliki pekerjaan super sibuk, jadi konyol jika saya beralasan tidak berjumpa dengan jiron tetangga.
Tetapi nyatanya demikian, di hari-hari biasa saya jarang berjumpa dengan tetangga saya yang meski hanya selisih beberapa rumah dari tenpat tinggal saya.
Jika pun ada senggang hanya saling  melempar senyum seolah mengucap salam dan menanyakan kabarpun  seoah tak sempat.
Bahkan beberapa hajatan yang diselenggarakan tetangga pun dilewati, hanya menitipkan tanda kasih melalui Ibu saya,seolah saya lupa bahwa mereka sengaja bertandang ke rumah, mengundang saya untuk hadir ke acara yang mereka selenggarakan.
Pilihan prioritas terkadang menjadi pilihan yang seolah-olah melupakan saudara-saudara dekat saya ini.
Saya lahir dan dibesarkan di sebuah perkampungan pinggiran kota Palembang. Ayah saya anak tunggal, sedangkan kerabat dari ibu saya mayoritas berada di kawasan seberang Ulu.