Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Jalanan Macet Lokasi Favorit buat Ngabuburit

24 Mei 2018   22:43 Diperbarui: 25 Mei 2018   11:29 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadan adalah romantisme sang Maha Kasih menjadi tulisan saya kemarin. 

Melalui ramadan pula IA melukiskan keindahan pada segala sesuatu yang seringkali dipandang sepele oleh manusia menjadi hal yang penting, diperhatikan secara detail, bahkan dinanti.

Pergantiam hari dengan terbenamnya matahari di ufuk barat menjadi aebuah keindahan tersendiri bagi yang menjalankan puasa. Bahkan disambit penuh suka cita, dengan detail pun semburat senja diperhatikan hingga detail.

Padahal di hari biasa perpindahan waktu ini menjadi hal yang biasa saja baik dalam pandangan ataupun dalam rasa.

Tak sedikit yang memanfatkan waktu menanti kembalinya sang surya di peraduan dari ashar sampai magrib di tempat-tempat favorit.

Suara-suara para penceramah mengingatkan bahwa menjelang senja adalah salah satu waktu terbaik memunajatkan doa, ketika para malaikat menyampaikan catatan amal harian kita.

Ah....hidup itu harus seimbang kawan. Jangan paksa pemikiranmu hanya gara-gara ramadan sehingga semua hidupmu hanya untuk ibadah.

Menikmati keindahan alam, sebagai wujud syukur dan mengagumi karyanya dan segala nikmatnya dengan jalan-jalan sore kan ibadah juga.

Ah..tidak ada salahnya sih, istilah jamaknya "ngabuburit" yang sering bikin orang tua-tua di Palembang keki "apo dak ado istilah lain?bulan puaso nyebut kato dak sopan" gitu deh omelan orang tua-tua kalau ada anak muda yang pamitan untuk jalan-jalan sore menunggu waktu berbuka, pilihan utamanya sih pusat perbelanjaan. 

Buat jalan saja, bukan buat belanja dan numpang ngadem di cuaca Palembang yang panas.

Pusat perbelanjaan menjadi pilihan karena mau jalan kemana lagi di kawasan Kenten yang tengah sibuk membangun, jarak 3 KM saja bisa hitungan jam.

Jadi kalau sekarang dimana lokasi ngabuburit favorit saat ini? ya di Jalan dimana makin sore makin macet. 

Apalagi jika ada sedikit urusan ke kawasan seberang ulu, benar-benar dapat habiskan waktu sampe magrib, bahkan bisa-bisa malah magrib di jalan. (Lah...kok malah curcol).

Jalanan dengan kemacetan lalu lintas yang semrawut pun benar-benar menjadi lokasi favorit untuk anten-anten nunggu buko dengan cara yang positif.

Buktinya beberapa komunitas memanfaatkan waktu menunggu waktu berbuka dengan berbagi ta'jil.

Mau mangkel sih, karna jalanan jadi macet. Ya...tapi kan anggap saja ajang istighfar, masa' orang mau berbuat baik kok dihalangi.

Apalagi yang mengadakan ibu-ibu seragam pink. Jadi pahamlah soal aturan lalu lintas.

Ini kan soal ibadah, sedikit mengganggu lalu lintas kan tak masalah. Setahun sekali juga, sambil agak-agak goncang otak nih "apa kabar larangan memberi uang pengemis di jalan, tapi bagi-bagi ta'jil rame-rame malah jadi trend, bahkan (uhuk) oleh penegak hukum.

Hmm... bukan nyinyir sih, tapi berbagi ta'jil di kawasan macet tampaknya jadi lokasi instagramable, saat berbagi paling banyak yang foto-foto asik.

Efeknya..yang mau lewat makin banyak istighfar aja.

Buat yang sama-sama punya lokasi ngabuburit favorit di jalanan dengan lalu lintas yang padat merayap. Selamat menikmati kenikmatan selalu beristighfar, ingat...segala ibadah di bulan ramadan itu pahalanya berlipat ganda loh.

Jadi yang masih bingung mencari lokasi favorit buat ngabuburit? Ayo dicoba ngabuburit dengan jalan-jalan di lokasi macet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun