Wujud cinta sesungguhnya, menaikkan derajat rasa cinta kepada Maha Pencipta, bahkan malu untuk meminta meski ia berfirman "Berdoalah kepadaku Niscaya akan kukabulkan", menjadikannya berserah, menghentikan mulut ini menerornya meminta mengabulkan segala keinginan, bahkan berani marah setelah segala kebutuhan dikabulkanNYA. Bahkan berani mengatas namakan Maha Kasih, untuk melaknat makhluknya.
Mengajaknya bersekutu untuk memusuhi semua yang kita benci.
Ketika rasa memiliki kebenaran Tuhan lebih besar dari mencintai kebenaran Tuhan pun tanpa merasa bersalah melupakan segala ucapan maha kasih "Nikmat mana lagi yang engkau dustakan" yang disebut berkali-kali dalam Q.S. Ar Rahman.
Ramadan IA hadirkan, sebagai sebuah bentuk kasihNYA yang sempurna.
Dan saya hanya mencapai sebuah konklusi, bahwa Nikmat Rahmat Sang Rahman adalah romantisme sesungguhnya, segalanya terangkai dalam sebuah kata yang disebut Ramadan yang dapat dimaknai "pelebur dosa".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H