Di padang Savana yang tersebut, masalah utama yang dihadapi adalah moda transportasi. Tidak ada bus nyaman, hanya mobil truk terbuka, itu pun ditumpangi bersama dengan hewan ternak. Marlina yang ditolak untuk naik mobil truk itu akhirnya membajaknya memaksa sang sopir mengantarnya ke kantor polisi, dan penumpang lain turun karna takut, tetapi Novi tetap memaksa ikut.
Di tengah jalan ada Mama dan Ian, yang juga memaksa ikut. Sang sopir sudah memaki-maki mama  agar tidak ikut, tetapi si Mama tetap memaksa dengan omelan panjang ala emak-emak, selesai sudah segala negosiasi kalau berdebatdengan emak-emak. Mama bisa ikut, alasannya ia harus hadir di acara pernikahan keponakannya, jangan sampai terlambat karena ia harus membawa 2 ekor kuda sebagai belis bagi sang calon pengantin, karena kalau dia tidak hadir artinya keluarga besarnya ingkar janji dari kesepakatan memberi belis 15 ekor kuda menjadi 13 ekor saja, bisa mati pengantin laki-laki dan panjang lagi omelannya.
Sebuah Ironi sekali adegan sederhana ini, dua perempuan tersiksa karena hubungan perkawinan mereka, sementara mama tersebut berjuang untuk menjadikan seorang perempuan masuk ke klan dia dengan membayar belis yang tinggi. Bayangkan 15 ekor kuda loh.
Seperti biasanya, mama-mama akan sangat peduli dengan perempuan hamil. Ia bertanya soal kehamilan Novi dan nasehatnya dengan dialek yang kental menjadi jokes segar, tonton saja sendiri, akan seru kalau nontonnya dengan rombongan emak-emak, dan hampir menyemburkan minum saya ketika Mama lancar sekali menceritakan bagaimana ia "memaksa" papa Ian untuk "main" dengan dia agar persalinannya lancar, sampai Papa Ian lemas, tetapi sebelum ayam berkokok Ian lahir, obrolan erotis ini menjadikan mereka sangat akrab, bahkan Novi dengan lancarnya ia curcol soal mertuanya. Serasa ditampar, memang kalo emak-emak ngobrol kelancaran suka buka rahasia sendiri ya, hayo hati-hati soal ini.
Singkat cerita, dua anak buah Markus yang belum terbunuh mengejar Marlina. Kehadiran mereka dibarengi dengan adegan yang  seolah mengingatkan persoalan perempuan,  sanitasi. Digambarkan Novi dan Marlina buang air di tengah padang, dan tanpa cebok, tapi anggapp saja ini risiko perjalanan jauh ya.
Marlina sempat melarikan diri dengan menunggang kuda, menunjukkan kegagahan perempuan Sumba. Menuju kantor polisi yang digambarkan dalam film ini ya....ya.....lihat sendiri aja deh. Bagian ini aku lewati saja. Â
Mama, Ian dan Novi yang menjadi sandera, sang sopir mobil sudah mati. Ketika Umbu menelpon Novi,Frans (salah satu perampok) mengangkat telpon dengan jahat memfitnah Novi mengatakan ia laki-lakinya Novi. Ketika ada kesempatan Ian merampas kendaraan dan melarikan diri bersama Mama dan Novi,  meski Frans dengan motornya dapat menyusul Novi ke Kodi. Ia sengaja membiarkan Umbu yang marah-marah, menuduh Novi  berselingkuh dan meninggalkannya begitu saja setelah mendorong tubuh Novi hingga terjatuh ke tanah.Â
Novi dan anaknya begitu kuat, terbanting seperti itu tidak mencederainya. Setelah Umbu meninggalkan Novi, Frans mendekati Novi dan kebetulan Marlina menelpon Novi, ia memaksa novi menjadi tawanannya, agar Marlina bersedia mengembalikan kepala Markus. Novi dan Frans kembali ke rumah Marlina, menunggu Marlina. Marlina datang membawa kepala Markus yang langsung diserahkan kepada Frans yang menyatukan kepala Markus dengan tubuhnya.
Meski dalam suasana mengerikan seperti itu, Frans tetap mengucapkan terima kasih saat Marlina menyerahkan kepala Markus. Â Jadi perampok boleh, sikap santun harus tetap dijaga.
Ketika Marlina dan Novi hendak pergi, dan dengan cara yang santun pula ia pamit. Frans tidak mengizinkan, ia ingin perempuan hamil memasak untuknya dan sang pembunuh menemaninya. Ketika Novi memasak, Frans memperkosa Marlina dan sama dengan yang diucapkan Markus "kamu suka kan?", sebuah kalimat paling menyakitkan yang didengar oleh korban perkosaan. Novi mengambil parang dan membunuh Frans.
Selesai? belum, Novi mengalami pecah ketuban, dengan kondisi seadaan ya Marlina kembali menunjukkan ketangguhannya membantu Novi melahirkan. Pasca Novi melahirkan, mereka pergi meninggalkan tempat itu, dengan menggunakan motor trail milik Frans.Wow, Marlina serba bisa, bukan hanya jago menunggang kuuda, mengendari motor trail pun ia jago. Aku susah mengkritik, kan tidak diceritakan bagaimana latar belakang Marlina sebelum menikah.