[caption id="attachment_180377" align="alignleft" width="300" caption="Robert Sinuhaji (facebook.com)"][/caption]
Serangan lalat buah saat ini tengah menggila di tanah karo yang merupakan sentra jeruk berastagi atau yang lebih dikenal masyarakat luas dengan sebutan jeruk medan.
Dahsyatnya serangan hama yang oleh petani jeruk disebut citcit itu bahkan bisa menggagalkan panen. Padahal sebagaian besar masyarakat di Tanah Karo menyandarkan hidup dari tanaman tersebut.
Tapi tak semuanya langsung menyerah begitu saja. Beberapa di antaranya justru mencoba mempelajari karakter hama tersebut sehingga bisa menemukan formulasi untuk mengatasinya. Salah satu di antaranya adalah Robert Sinuhaji.
Robert berkisah, dia memiliki ladang yang ditanami sekitar 4.000 pohon jeruk. Dari jumlah tersebut, 800 di antaranya sudah mulai berbuah. Di tengah serangan lalat buah yang menggila, Robert tetap optimistis. Dia mengaku punya kiat khusus untuk mengatasi hama yang sangat meresahkan peani tersebut.
"Aku belajar dari orang-orang yang sukses mengatasi citcit," ujar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.
Sampai saat ini, katanya, dibanding dengan jeruk karo pada umumnya, hama yang menyerang ladangnya juah lebih sedikit. Kalau dihitung rata-ratanya, dalam satu pohon, paling hanya sekitar lima buah saja yang jatuh karena serangan lalat buah.
Hal itu bisa terjadi karena dia membuat perlakuan khusus terhadap tanaman jeruknya. Menurunya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memerangi serangan citcit tersebut.
Pertama, tanaman jeruk disemprot menggunakan pestisida baunya menyengat misalnya saja yan mengandung bahan aktif asefat. Semprotan pestisida yang mengandung asefat itu efektif mengusir lalat buah karena sepertinya hama tersebut tidak menyukainya.
"Pengalaman ini saya pelajari saat berkunjung ke ladang jeruk teman saya di Kutarakyat. Cukup mengejutkan, ternyata ladangnya bersih dari buah jeruk yang berjatuhan yang diakibatkan serangan lalat buah," ungkap bapak dua anak ini.
Upaya lain yang bisa dilakukan menurutnya adalah denan menggunakan perekat. Sayangnya, yang datang itu bukan lalat betina melainkan jantan. Ada juga beberapa petani yan menggunakan lem tikus campur bensin untuk menjebak lalat betina.
Tapi menurutnya, sebaiknya perangkap itu diletakkan di luar kebun. Setelah diolesi di wadah sepert botol plastik, bisa diliat berapa banyak lalat betina yang datang.
"Ada juga petani yang ladangnya terbebas dari lalat buah menggunakan kapur barus. Segenggam kapur barus yang digiling halus tambah kapur ajaib per drum ternyata efektif juga," tegas pengusaha yang hobi berpetualang ini.
Robert mengaku tak pernah lelah berupaya membasmi lalat buah tersebut. Salah satu upaya yang dilakukannya saat ini adalah mengendalikan citcit dengan memanfaatkan kelemaan-kelemahan serangga tersebut.
Dalam suatu ceramah di gereja, katanya, ada yang mengusulkan menggunakan madu. Beberapa kelemahan penghasil madu seperti tawon tawon adalah asap dan suara bising.
Beberapa petani jeruk kadang membuat asap di beberapa titik tertentu di kebunnya. Hal itu terutama dilakukan menjelang panen raya. "Coba kita perhatikan, bukankah bentuk lalat buah mirip sekali dgn tawon? Saya pikir, jangan-jangan hewan-hewan itu masih dalam satu klen," katanya.
Bagaimana dengan suara bising? Robert masih mengupayakan riset kecil-kecilan misalnya saja memasang lagu-lagu di ladang. Tentu saja itu tujuannya adalah agar hama-hama penyerang itu terganggu dan tidak datang lagi. "Suara bising mungkin perlu dibuat terutama menjelang panen raya," pungkas pemilik rumah buku tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H