Perkembangan teknologi membuka peluang bisnis bagi industri uang elektronik alias uang digital. Kondisi ini didukung dengan perubahan pola masyarakat yang mulai mengarah kepada transaksi non tunai atau cashless. Maka tak heran pasar uang elektronik menjadi lahan yang menggiurkan bagi perusahaan- perusahaan yang berkecimpung di dalamnya. Berbagai uang elektronikpun lahir meramaikan pasar ini.
Untuk merebut pasar yang ada tentu saja perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dalamnya melakukan berbagai strategi untuk mendapatkan konsumen pengguna layanan uang elektronik yang ditawarkannya. Idealnya strategi itu adalah layanan yang memberikan kemudahan bagi para pengguna dan biaya yang pastinya murah pasti akan menjadi alternatif pilihan pengguna. Namun strategi yang saat ini sangat ramai adalah strategi promosi yang seringkali disebut "Bakar Duit"
Siapa yang tak tahu maraknya promosi yang ditawarkan oleh layanan uang elektronik. Mengapa saya menggunakan layanan uang elektronik, karena memang sudah menjadi kebutuhan saat ini. Â Transaksi non tunai memudahkan sistem pembayaran dan juga kita tidak perlu membawa uang tunai di dompet ketika hendak bertransaksi. Tapi apakah memang saya dipengaruhi juga oleh promo promo-tersebut? Apakah saya termasuk salah seorang yang memanfaatkan promo promo tersebut, pastinya saya menjawab, "ya".
Pada awalnya memang karena beberapa keharusan menggunakan uang elektronik tersebut. Seperti uang elektronik berbasis chip, seperti Flash, Brizzi, Tapcash dan sebagainya adalah karena saya adalah pengguna commuter line dan busway, yang mensyaratkan pembayaran dengan tapping uang elekronik tersebut. Mau tak mau saya harus memakainya.
Begitu juga dengan uang elektronik berbasis server seperti OVO, Gopay, DANA, Link aja dan lain lain. Saya menggunakan aplikasi Gojek yang pembayarannya dengan Gopay karena saya membutuhkan transportasi on line, dan saya menggunakan aplikasi OVO karena terintegrasi dengan Grab, di mana pembayaran dengan menggunakan uang elektronik tersebut menjadi lebih murah. Bagi saya pengguna rutin transportasi on line, pastinya selisih 1000 atau 2000 lebih murah akan saya manfaatkan dibanding saya harus membayar dengan menggunakan uang tunai, lebih mahal dan seringkali juga jadi susah memikirkan uang kembalian.
Apa lagi yang membuat saya memakai e-money tersebut, Â karena ada promosi. Saya pertama kali menggunakan Gopay dan OVO, karena memang itu yang memang saya butuhkan. Kemudian menyusul Link Aja, karena beli pulsa lewat link aja karena adanya promosi cash back 10%.
Saya sebagai konsumen pun memanfaatkannya. Layanan uang elektronik  DANA termasuk yang lama saya gunakan karena tidak ada keperluan rutin di mana saya harus menggunakannya. Tapi suatu hari saya akhirnya menginstal aplikasi layanan uang elektronik  DANA, karena ketika saya mau makan di satu tempat saya melihat bahwa dengan membayar dengan uang elektronik DANA, saya akan mendapatkan cash back yang cukup menggiurkan. Tidak ada kesulitan untuk menginstal, kenapa tidak dan saya mendapatkan cash back. Lagi lagi saya memanfaatkan promosi yang ada.
Promosi yang sudah tidak asing lagi bagi kita adalah cash back. Siapa yang tidak tahu hal ini, cash back 30 %, bahkan sampai 50 % walupun ada maksimalnya. Saya yang sudah menginstal beberapa aplikasi uang elektronik berbasis server itu akan mengecek terlebih dahulu, yang mana yang memberikan cash back lebih besar. Pastinya saya akan menggunakan uang elektronik tersebut itu untuk pembayaran. Saya memanfaatkan program promosi yang sedang ada.
Pada dasarnya memang cash back tidak akan pernah kembali dalam bentuk uang tapi dalam bentuk point yang akan dimasukkan lagi ke akun kita yang mau tidak mau kita harus membeli sesuatu maka cash back itu bisa kita gunakan. Itulah cara produsen agar kita terus bertransaksi lewat aplikasi uang elektroniknya.
Terus terang saya juga pernah berpikir, promosi yang ada benar benar gila gilaan. Benar seperti yang dikatakan banyak orang "Bakar Duit" Pernah salah satu layanan uang elektronik menawarkan voucher 30.000 hanya dengan harga Rp 11 di tanggal 11 November 2019. Satu akun bisa membeli 3 voucher seharga 30.000 di berbagai merchant yang dapat kita  pilih dan 1 voucher digital seharga 11.000 yang dapat digunakan untuk membeli pulsa provider atau pulsa listrik. Artinya hanya dengan mengeluarkan uang Rp 44 kita bisa memperoleh voucher sebesar Rp 101.000. Dan ini bukan untuk pengguna baru. Coba hitung saja berapa biaya promosi yang digunakan jika ada 2000 akun yang menggunakan sepenuhnya promo ini, Rp 101.000 x 2.000 = Rp 202.000.000 untuk sekali promosi. Saya beli vouchernya walaupun pada akhirnya 1 voucher tidak jadi saya gunakan karena memang saya tidak perlu. Tapi saya sudah mendapatkan discount sebesar Rp 70.600 lewat voucher tersebut. Saya memang melakukan transaksi itu karena butuh, beli pulsa dan makan.
Setelah itu ada lagi promo makan Ayam Kung Pao di Ta Wan seharga 68.000 cash back 60.000. Benar promosi bakar uang menurut saya. Tapi lagi lagi saya memanfaatkan saja, layanan uang elektronik yang lagi bakar duit. Dalam arti saya berpikir pastilah manajemen perusahaan sudah punya perhitungan dalam melakukan promosi ini bagaimana akhirnya biaya promosi itu mendapatkan penghasilan.