Mohon tunggu...
Karomah Indah Fitria
Karomah Indah Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Ahmad Dahlan

Hobi saya cukup banyak, seperti bernyanyi, menari, maupun olahraga seperti bermain bola voli

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Identifikasi Bakteri Penghasil Metabolit Sekunder pada Tanah Kuburan

1 Juli 2022   05:02 Diperbarui: 1 Juli 2022   05:06 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu substansi yang dapat dihasilkan oleh mikroba dalam konsentrasi yang rendah dan mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroba lain, yaitu antibiotik. Mikroba dapat menghasilkan berbagai macam senyawa bioaktif metabolit sekunder, misalnya antimikroba, sehingga penelitian terkait peranan mikroba ini sangatlah menarik. Antimikroba ini kemudian kerap disebut sebagai antibiotik (Lestari, 2001). 

Menurut Suwandi (1989) menyatakan bahwa beberapa antibiotik telah dapat diproduksi dengan kombinasi sintesis mikroba dan modifikasi kimia, antara lain golongan penisilin, sefalosporin, klindamisin, dihidrostreptomisin, rifamisin, dan tetrasiklin, selain itu yang lainnya ada yang telah dibuat secara kimia penuh, misalnya pirolnitrin dan kloramfenikol.

Mikroba penghasil antibiotik dapat diperoleh melalui berbagai sumber, antara lain dari air laut, kompos, lumpur, tanah, limbah domestik, bahan makanan busuk, isi rumen, dan lain-lain. Tanah menjadi suatu habitat alami bagi mikroba dan produk-produk antimikrobanya (Dancer, 2004). 

Menurut Panagan (2011) terdapat berapa faktor yang mempengaruhi populasi mikroorganisme di dalam tanah, yaitu kelembaban, suhu, jumlah dan jenis zat hara di dalam tanah, tingkat aerasi, perlakuan yang diberikan terhadap tanah misalnya pemupukan, serta derajat keasaman. 

Salah satu tanah yang dijadikan sampel untuk diuji kandungan mikrobanya, yaitu tanah kuburan. Tanah kuburan menjadi sumber isolat dalam proses isolasi bakteri penghasil metabolit sekunder.

Tanah kuburan ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dilarutkan ke dalam 90 ml aquades steril yang sudah terdapat di dalam erlenmeyer. Erlenmeyer yang sudah terisi tanah dan aquades digojog untuk menghomogenkan tanah dan aquades. 

Suspensi tersebut kemudian diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur dan mikropipet, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diisi 9 ml aquades steril. 

Seri pengenceran ini dibuat hingga 10-2. Suspensi pada tingkat pengenceran 10-2 diambil 1 ml menggunakan pipet ukur dan mikropipet untuk ditanam ke dalam cawan petri yang sudah diisi media NA dan antijamur secara pour plate. 

Proses perataan suspensi pada media NA menggunakan drigalski. Cawan petri yang sudah ditanami suspensi kemudian diinkubasi di dalam suhu 30oC selama 24 jam.

Koloni yang terbentuk pada cawan petri setelah proses inkubasi diseleksi satu koloni untuk diamati karakteristik morfologinya, kemudian koloni yang diamati diinokulasikan ke dalam media NA yang baru. Teknik inokulasinya menggunakan metode streak kuadran. Apabila sudah siap, maka diinkubasi kembali di dalam inkubator dengan suhu 30oC selama 24 jam.

Hasil pertumbuhan koloni pada media NA yang ditanam dengan metode streak kuadran diamati dan diambil koloni yang terpisah untuk dipindahkan ke dalam media NB yang berada di tabung reaksi menggunakan ose bulat. Inkubasi tabung reaksi tersebut di dalam inkubator dengan suhu 30oC selama 24 jam. 

Hari selanjutnya, inokulan yang terdapat pada media NB diinokulasikan ke dalam cawan petri yang sudah diisi media NA dengan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada cawan petri lainnya. 

Proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan blank yang ditempatkan pada setiap sisi media. Media yang digunakan sudah dibagi menjadi 4 terlebih dahulu. 

Apabila sudah tertanam semuanya, maka dimasukkan juga antibiotik sebagai agen kontrol pada media. Antibiotik yang digunakan, yaitu ciprofloxacin. Kedua cawan petri tersebut kemudian diinkubasi selama 24 jam di dalam inkubator bersuhu 30oC.

Cawan petri yang sudah diinkubasi tersebut, kemudian diamati apakah terbentuk area bening atau tidak. Hasilnya kedua cawan petri yang ditanami bakteri dari suspensi tanah kuburan membentuk area bening dengan ukuran diameter 6 mm dan 6,5 mm, sedangkan untuk perlakuan kontrol menghasilkan area bening dengan diameter 25 mm dan 30 mm. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada tanah kuburan dapat menghasilkan metabolit sekunder. 

Berdasarkan hasil tersebut, maka perlu adanya identifikasi lebih lanjut terkait jenis bakteri penghasil metabolit sekunder yang terdapat dalam tanah kuburan tersebut karena kemungkinan bakteri yang ditumbuhkan adalah bakteri potensial penghasil antimikroba.

Sumber dokumentasi pribadi


bakteri-tanah-62be1c877062823d81329b82.jpeg
bakteri-tanah-62be1c877062823d81329b82.jpeg

Sumber dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun