Mohon tunggu...
Karomah
Karomah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Haru di Balik Cincin Baru

3 Januari 2018   20:33 Diperbarui: 3 Januari 2018   20:46 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun itu adalah cincin emas sederhana yang diberikan oleh ibu saya sekitar satu tahun yang lalu. Cincin itu diberikannya sebagai tanda terima kasihnya kepada saya, karena saya selalu ada untuknya ketika beliau sakit, selalu merawatnya ketika beliau di rumah sakit.

Tepat dua tahun lalu beliau terkena serangan penyakit stroke, dan itu membuat saya menangis semalaman. Bahkan beliau berada di ruang ICU selama empat hari tanpa sadarkan diri. 

Setiap hari ketika saya pergi ke rumah sakit, air mata selalu jatuh mengingat ibu. Ibu yang selalu menenangkan saya ketika sedih, kini digantikan oleh kakak saya yang selalu menenangkan saya setiap kali saya masuk ruang ICU.

Hingga empat hari kemudian beliau akhirnya dipindahkan ke runag perawatan. Ada rasa lega yang saya rasakan kala itu, namun sedih masih mendominasi perasaan ini kala melihat ibu yang tak seperti dulu. 

Tubuh bagian kanannya belum bisa digerakkan sama sekali, makanpun harus ada yang menyuapi. Sepuluh hari kemudian ibu saya dibawa pulang ke rumah, meski keadaannya belum sembuh total.

Sebelum sampai di rumah, saya sangat bersemangat untuk membersihkan kamar ibu, menatanya sedemikian rupa agar terlihat menarik. Setiap malam saya tidur bersama ibu saya, menjaganya ketika beliau mengingingkan sesuatu. 

Setiap subuh menjelang, saya selalu membersihkan badannya dengan air hangat. Paginya saya menyuapinya sarapan, dan membantunya minum obat.

Tiga hari sekali ibu harus melakukan terapi tradisional. Terapi itu berlangsung hingga beberapa bulan, dan membuahkan hasil. Sekitar setengah tahun kemudian ibu saya sudah mulai bisa berjalan sendiri, meskipun tangan bagian kanannya masih terasa lemah untuk digerakkan. Perubahan demi perubahan yang ibu rasakan membuat saya semakin bersemangat untuk senantiasa menjaganya, agar beliau cepat pulih.

Hingga pada akhirnya, satu tahun yang lalu ketika saya hendak berbelanja ke pasar, ibu memberikan saya beberapa lembar uang, pikir saya untuk uang belanja namun mengapa sebanyak ini, toh saya juga sudah diberi uang belanja oleh kakak saya, seolah menjawab rasa penasaran saya ibupun bilang" Terima kasih karena sudah mau merawat ibu, saat ibu sakit, terima kasih sudah menjaga ibu dengan baik, belilah sebuah cincin dengan uang ini, sebagai tanda rasa terima kasih ibu kepadamu selama ini". 

Mendengar hal itu sayapun tak tahan menahan air mata saya, seketika itupun air mata saya jatuh tak terbendung saya langsung memeluknya erat. Bukan ini yang saya inginkan dari merawat ibu selama beliau sakit. 

Saya hanya ingin balas jasa kepada beliau, karena sudah melahirkan saya, merawat saya, memberi kasih sayang yang tulus terhadap saya. Saya hanya ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi ibu seperti beliau, dengan cara merawat beliau, dikala beliau sakit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun