Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Dilema Psikologis Siswa dalam Pemilihan Prodi di SNBP

3 Februari 2025   15:14 Diperbarui: 3 Februari 2025   20:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dilema pilihan program studi di SNBP (Sumber: Freepik)

Dina:
"Iya, aku juga lagi pusing mikir pilihan yang realistis dan aman. Takut nggak diterima..."

Alya:
"Rasanya stress banget. Mungkin aku pilih yang lebih gampang, tapi takut nyesel nggak ikut yang aku suka."

Rian:
"Semua serba nggak pasti. Tapi ya, kita harus seimbangin minat dan peluang. Semoga usaha kita nggak sia-sia."

Dari dialog tersebut, kita bisa melihat bahwa dalam memilih prodi di SNBP, rekam jejak alumni, tingkat persaingan, dan prospek karier menjadi pertimbangan penting. Meskipun minat pribadi sangat menentukan, daya saing dan peluang untuk sukses di prodi yang dipilih juga tak kalah krusial. Siswa harus bisa mengeksplorasi potensi diri mereka, sambil bersikap realistis tentang tantangan yang ada.

Menghadapi Tekanan Ekspektasi Keluarga

Gambar: Dilema pilihan program studi di SNBP (Sumber: Freepik)
Gambar: Dilema pilihan program studi di SNBP (Sumber: Freepik)

Banyak siswa merasa tertekan oleh ekspektasi orang tua yang menginginkan mereka memilih prodi yang dianggap "prestisius" atau memiliki jaminan finansial, seperti Kedokteran, Teknik, atau Ekonomi. Tekanan ini bisa membuat siswa merasa cemas dan takut mengecewakan orang tua, meskipun mereka tahu minat mereka berada di bidang yang berbeda.

Cara Mengatasinya:

  • Komunikasi terbuka dengan orang tua: Siswa harus mencoba berbicara dengan orang tua secara jujur mengenai minat mereka, dan menjelaskan alasan mengapa mereka tertarik pada prodi tersebut. Orang tua mungkin tidak sepenuhnya mengerti, tetapi dengan penjelasan yang baik, mereka bisa lebih mendukung.
  • Mencari solusi tengah: Jika ada perbedaan antara minat siswa dan ekspektasi orang tua, siswa bisa mencari prodi yang masih relevan dengan harapan orang tua tetapi juga sesuai dengan passion mereka. Misalnya, jika orang tua menginginkan prodi yang berhubungan dengan sains atau kesehatan, siswa bisa mempertimbangkan Psikologi atau Bioteknologi, yang masih berhubungan dengan minat mereka.
  • Dukungan emosional: Menghadapi tekanan semacam ini memang berat, tetapi penting bagi siswa untuk mencari dukungan dari teman, konselor, atau orang yang memahami mereka. Mendapatkan perspektif dari luar bisa membantu mengurangi kecemasan.

2. Mengatasi Dilema antara Minat dan Kemampuan

Sering kali, siswa merasa terjebak antara memilih prodi yang mereka minati, seperti seni atau Psikologi, dan memilih prodi yang lebih "aman" berdasarkan nilai akademik mereka, seperti Kedokteran atau Teknik. Ketika kemampuan akademik tidak sejalan dengan minat, ini bisa menambah stres dan kebingungan.

Cara Mengatasinya:

  • Evaluasi potensi dan minat: Siswa harus secara realistis mengevaluasi kemampuan mereka di bidang tertentu. Terkadang, minat bisa berkembang seiring waktu, dan keterampilan akademik dapat diperbaiki dengan usaha. Konselor pendidikan bisa membantu siswa menemukan cara untuk meningkatkan kinerja akademik mereka.
  • Cari prodi yang mengakomodasi kedua hal tersebut: Siswa bisa mencari pilihan prodi yang seimbang antara minat dan kemampuan akademik. Misalnya, prodi yang memiliki mata kuliah atau fokus yang sesuai dengan minat tetapi tetap dapat diterima berdasarkan nilai rapor yang ada.
  • Manajemen stres: Mengelola stres sangat penting dalam menghadapi dilema ini. Teknik relaksasi seperti meditasi, olahraga, atau berbicara dengan seseorang yang dipercaya dapat membantu siswa mengurangi kecemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun