“Urgensi UN 2025 Diganti TKA, Kenapa Dipercepat? Yuk, Pahami!”
Oleh Karnita
"Perubahan adalah hukum kehidupan. Dan mereka yang hanya melihat ke masa lalu atau masa kini pasti akan melewatkan masa depan." — John F. Kennedy
Nah, kalau kamu pernah merasakan ketegangan menjelang Ujian Nasional (UN) dulu, pasti tahu betapa besar tekanan yang datang bersama ujian itu. Tapi tunggu dulu, ada kabar baru nih! UN 2025 akan diganti nama menjadi Tes Kompetensi Akademik (TKA) dan… bakal dilaksanakan lebih cepat! Kenapa? Apa yang membuat keputusan ini mendesak untuk dilakukan? Yuk, kita simak lebih dalam.
UN Diganti TKA
Keputusan untuk mengganti nama UN menjadi TKA sebenarnya bertujuan untuk mengurangi beban psikologis yang sudah melekat pada istilah “Ujian Nasional.” UN selama ini dianggap sebagai ujian penentu nasib yang menakutkan bagi banyak siswa. Tapi ada satu hal yang perlu digarisbawahi: perubahan nama saja, meski penting, belum tentu menyelesaikan masalah besar yang ada. Nah, yang lebih menarik lagi, pelaksanaan TKA ini malah dipercepat, dari biasanya bulan April 2026 (semester genap), menjadi November 2025 (semester ganjil). Kenapa? Kemendikdasmen beralasan bahwa ini untuk memberi waktu persiapan yang lebih baik bagi siswa dan agar hasil ujian bisa lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan perguruan tinggi.
Ujian Itu Bukan Sekadar Stigma, Tapi Sistem yang Butuh Perubahan
Meskipun penggantian nama ke TKA diharapkan bisa mengurangi stigma terhadap ujian, kita tetap harus berpikir lebih jauh. Ujian yang dijalankan dengan sistem yang sama tidak akan banyak mengubah kondisi pendidikan kita. "Perubahan kecil tanpa dasar yang kuat hanya akan menghasilkan perubahan yang semu," kata Mansur Sipinathe dari FSGI. Mengganti nama itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita menilai kemampuan siswa secara menyeluruh. Kalau cuma mengubah nama, bisa jadi itu cuma perubahan kosmetik tanpa substansi yang benar-benar memperbaiki sistem pendidikan kita.
Kenapa TKA Harus Lebih Cepat?
Jadi, kenapa pelaksanaan TKA harus dipercepat? Salah satu alasan adalah untuk menyesuaikan dengan kalender akademik yang ada, agar siswa bisa memanfaatkan waktu untuk memilih jalur karir atau perguruan tinggi yang lebih sesuai dengan hasil ujian mereka. Di sisi lain, pemindahan ujian ke November dianggap lebih realistis dan memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mempersiapkan diri, terutama di tengah banyaknya perubahan kurikulum. Tapi, kalau ujian cepat dilakukan, apakah itu berarti siswa akan dihadapkan pada persiapan yang terburu-buru? Belum tentu! Asalkan ada persiapan matang dari berbagai pihak, perubahan waktu ini justru bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki sistem ujian yang ada.
Ganti Nama, Lalu Apa?
Oke, penggantian nama jadi TKA memang bisa jadi langkah awal yang baik, tapi mari kita pikirkan lebih dalam lagi. Apakah hanya mengganti nama sudah cukup untuk mengurangi beban psikologis siswa? Tentu saja tidak. Kita butuh sistem penilaian yang lebih komprehensif dan menyeluruh. Ujian tidak bisa lagi jadi satu-satunya alat untuk mengukur kemampuan siswa. Di dunia yang semakin kompleks ini, kita butuh penilaian yang bisa mencakup berbagai aspek: keterampilan praktis, kemampuan berpikir kritis, dan bagaimana siswa berkontribusi dalam pembelajaran mereka.
Alternatif Penilaian yang Lebih Menyeluruh
Kenapa kita masih terjebak dengan sistem ujian yang itu-itu saja? Kenapa tidak mencoba sistem penilaian yang lebih variatif, seperti portofolio, yang bisa menggambarkan seluruh potensi siswa? Portofolio bisa mencakup proyek, keterampilan, kontribusi dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan tentu saja, keterampilan hidup yang lebih berguna di dunia nyata. Dengan sistem ini, kita bisa melihat siswa secara lebih holistik, bukan cuma dari hasil ujian yang terbatas.
Jangan Lupakan Suara Guru
Dalam merancang sistem TKA ini, penting banget untuk melibatkan guru dan praktisi pendidikan yang terjun langsung di lapangan. Mereka yang tahu betul tantangan yang dihadapi siswa setiap hari. Jika kebijakan ini dibuat tanpa melibatkan mereka, bisa jadi solusi yang ditawarkan malah bertentangan dengan kenyataan yang ada. Mendengarkan suara guru bukan hanya soal memberi feedback, tapi juga memastikan bahwa kebijakan yang diambil bisa mempermudah proses belajar-mengajar, bukan malah menambah beban.
Pendidikan Harus Lebih dari Sekadar Ujian
Pendidikan bukan hanya soal lulus ujian. Pendidikan yang baik seharusnya melibatkan pengembangan karakter, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Ujian itu cuma sebagian kecil dari proses pendidikan. Jika kita terlalu fokus pada ujian, kita akan kehilangan gambaran besar tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan siswa untuk sukses di dunia nyata. Inilah alasan kenapa perubahan sistem penilaian yang lebih holistik dan beragam sangat penting.
TKA: Langkah Menuju Perubahan yang Lebih Besar?
Jadi, apakah TKA ini akan jadi solusi atau hanya perubahan kosmetik? Itu tergantung pada implementasinya. Kalau hanya mengganti nama tanpa adanya perubahan mendalam dalam cara kita menilai siswa, ya tetap saja kita akan terjebak dalam sistem yang sama. Namun, jika perubahan ini diiringi dengan reformasi sistem penilaian yang lebih baik dan relevan dengan kebutuhan masa depan, TKA bisa jadi langkah positif untuk pendidikan Indonesia.
Pendidikan yang Menantang Masa Depan
Pendidikan harus terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sebagaimana John F. Kennedy pernah bilang, "Perubahan adalah hukum kehidupan." Jangan sampai kita terjebak dalam cara-cara lama yang tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan dan dunia kerja. Perubahan yang kita buat harus bisa membuka jalan bagi sistem pendidikan yang lebih relevan, adil, dan menyeluruh. Jika itu bisa dicapai, maka TKA 2025 bisa menjadi langkah awal menuju sistem pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia.
Penulis adalah seorang pendidik
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI