Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Maria Debora Siagian: Mengabdi dengan Hati di Setiap Langkah

20 Januari 2025   20:38 Diperbarui: 20 Januari 2025   22:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Maria Debora dan Siswanya (Sumber: Freepik)

Maria Debora Siagian: Mengabdi dengan Hati di Setiap Langkah

Oleh Karnita

"Menjadi guru adalah panggilan jiwa. Kita akan sangat kesulitan memajukan pendidikan jika seseorang ingin menjadi guru sekadar untuk mencari nafkah." - Andrea Hirata

Maria Debora Siagian, biasa dipanggil Maria, adalah sosok guru yang menyelami kedalaman profesi dengan penuh dedikasi. Nama Maria mengalir lembut, namun penuh makna yang tak terucapkan. Lahir di Bengkulu, tumbuh di Payakumbuh, dan menapak di berbagai kota—Tanjung Balai, Bogor, hingga Ambon—setiap tempat yang disinggahinya menambahkan warna pada perjalanan hidupnya yang sarat dengan pembelajaran. Sejak kecil, Maria telah dibentuk oleh kekayaan budaya yang memperkaya cara pandangnya, menumbuhkan rasa percaya diri, dan mempersiapkannya untuk menghadapi segala tantangan hidup. Dari setiap kota, ia membawa lebih dari sekadar ilmu, tetapi juga pengalaman yang membentuknya menjadi seorang guru dengan dedikasi tanpa batas.

Di balik setiap kata yang ia sampaikan di kelas, Maria menanamkan lebih dari pengetahuan. Ia percaya bahwa mengajar adalah sebuah panggilan hidup, bukan sekadar profesi. Sebagai guru, ia mengajarkan lebih dari sekadar teori atau rumus, ia membentuk karakter, membuka cakrawala, dan menanamkan semangat untuk terus belajar. "Saya belajar banyak dari berbagai tempat, setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri. Itu membentuk cara saya mengajar," ujar Maria, mengungkapkan bahwa mengajar bukan hanya soal kurikulum, melainkan juga tentang membentuk manusia yang siap menghadapi dunia yang penuh tantangan.

Mengajar adalah Karya yang Tak Pernah Berhenti

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Mengajar adalah seni yang terus berkembang, sebuah karya yang tak pernah selesai. Maria, yang sejak 2022 memutuskan untuk mengabdi di Ambon, menggambarkan dengan penuh keyakinan bahwa tantangan adalah bagian dari perjalanan hidup yang tak terelakkan. “Pindah ke Ambon itu bukan keputusan yang mudah, tapi saya tahu, saya harus berkarya di sini,” ungkapnya, menunjukkan keteguhan hatinya dalam menjalani profesi yang ia pilih. Keputusan itu bukan sekadar tentang berpindah tempat, tetapi lebih tentang keputusan untuk tetap memberi yang terbaik meski di tengah keterbatasan.

Bekerja sebagai guru Biologi  (IPA) di SMP 1 Kairatu, Pulau Kairatu, Ambon, Maria menunjukkan bahwa fasilitas bukanlah penghalang bagi seorang guru untuk mengajar dengan sepenuh hati. "Saya bisa mengajar dengan peralatan sederhana, yang penting tujuannya tetap tercapai," kata Maria, mengingatkan kita bahwa yang terpenting dalam pendidikan bukanlah fasilitas yang melimpah, tetapi bagaimana kita menyampaikan ilmu dengan ketulusan dan semangat yang tak kenal lelah.

"Teknologi hanyalah alat. Dalam hal membuat anak-anak bekerja sama dan memotivasi mereka, guru adalah yang paling penting." - Bill Gates

Sebagai guru, kita harus memahami bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengisi kepala siswa dengan pengetahuan, tetapi juga tentang memberi mereka kesempatan untuk berpikir kritis, kreatif, dan mencintai ilmu sepanjang hidup.

Bersyukur atas Setiap Langkah yang Ditempuh

"Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)

Salah satu pesan penting yang dapat kita petik dari perjalanan hidup Maria adalah pentingnya rasa syukur. Dalam setiap langkahnya, meskipun penuh tantangan, Maria selalu berusaha melihat sisi positif dan bersyukur atas kesempatan yang diberikan. "Dengan menjadi guru, saya belajar untuk bersyukur," ujarnya, mengenang bahwa setiap momen adalah pelajaran untuk tumbuh dan berkembang.

Sebagai guru, kita sering kali terjebak dalam rutinitas atau perasaan tidak puas dengan keadaan sekitar. Kita sering kali lupa untuk mensyukuri apa yang sudah ada. Maria mengingatkan kita untuk merenung: Apakah kita sudah cukup bersyukur dengan kesempatan yang diberikan untuk mengajar? Apakah kita sudah cukup menghargai setiap peralatan yang kita miliki untuk mendukung proses belajar mengajar? Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu." (QS. Ibrahim: 7) Ini adalah pengingat bahwa dengan bersyukur, kita tidak hanya memperoleh lebih banyak, tetapi juga memperkaya jiwa kita dengan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.

Mengambil Pelajaran dari Setiap Perjalanan

Sebagai seorang guru, Maria mengajarkan kita untuk melihat setiap tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang. Keputusan untuk mengajar di Ambon, dengan segala keterbatasannya, bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, Maria memandangnya sebagai kesempatan untuk menciptakan perubahan dan memberi dampak yang lebih besar. "Pindah ke Ambon adalah keputusan yang penuh pertimbangan, tetapi saya tahu saya harus berkarya di sini," tambahnya. Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa sebagai guru, kita harus siap untuk menghadapi tantangan baru dengan semangat dan hati yang tulus.

Maria juga mengajarkan kita bahwa menjadi guru bukan sekadar tentang mendidik di dalam kelas, tetapi tentang membentuk karakter dan memberikan contoh. Seorang guru yang baik tidak hanya memberi ilmu, tetapi juga memberikan teladan dalam sikap dan perilaku. Dalam perjalanan hidupnya, Maria terus berusaha menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada setiap muridnya, karena ia menyadari bahwa sebagai guru, ia adalah salah satu teladan yang akan diingat oleh murid-muridnya sepanjang hidup. Sebagaimana kata-kata bijak, "Guru yang hebat tidak hanya membantu kita mendapatkan nilai terbaik, tetapi juga membantu kita mendapatkan nilai kehidupan."

Gambar: Maria Debora sedang melaksanakan pembelajarn(Sumber: Freepik)
Gambar: Maria Debora sedang melaksanakan pembelajarn(Sumber: Freepik)

Jadilah Laskar Pendidikan, Menjadi Cahaya bagi Generasi

"Jadilah laskar-laskar pendidikan Indonesia, karena jika bukan kita, siapa lagi?" — Maria Debora Siagian

Kata-kata ini adalah panggilan bagi setiap guru untuk tidak hanya menjalani profesinya sebagai rutinitas, tetapi untuk menganggapnya sebagai sebuah perjuangan yang mulia. Bagi Maria, mengajar adalah tentang memberi cahaya kepada setiap anak didik, tentang membuka cakrawala dan memberikan harapan yang tak terbatas. Sebagai guru, kita harus selalu ingat bahwa setiap murid yang kita ajar adalah harapan masa depan bangsa.

Mengajar bukanlah pekerjaan yang dapat diukur hanya dengan materi atau fasilitas. Sebagaimana Maria mengajarkan kita, mengajar adalah karya yang melibatkan hati, jiwa, dan semangat yang tak pernah padam. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan bentuk kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian." (HR. Muslim). Dengan kata lain, niat kita dalam mengajar adalah yang paling utama. Jika kita mengajar dengan penuh niat baik, semangat, dan ketulusan, maka keberkahan akan mengikuti langkah kita.

Sebagai Penutup: Menginspirasi dan Terus Berkarya

Maria Debora Siagian adalah wujud nyata dari semangat pengabdian yang tak mengenal batas. Baginya, mengabdi sebagai guru bukanlah sekadar profesi yang harus dijalani, melainkan sebuah karya yang terus bergulir, tak pernah berhenti. Dari tanah Ambon yang penuh tantangan hingga Payakumbuh yang sejuk, dari Tanjung Balai yang hangat hingga Bogor yang ramai, Maria mengajarkan kita bahwa pengabdian sejati tak tergantung pada kemewahan atau kenyamanan, melainkan pada ketulusan hati yang senantiasa memberi yang terbaik, meski dalam keterbatasan yang ada. Sebagai seorang guru, kita adalah pahlawan yang mungkin tak tampak, namun pengaruh kita akan terus mengalir dalam kehidupan setiap murid yang kita sentuh, membentuk masa depan bangsa dengan pelajaran yang lebih dari sekadar kata-kata.

Sebagai pendidik, marilah kita merenung dalam hening, mensyukuri setiap kesempatan yang diberikan untuk menginspirasi dan membimbing. Setiap langkah yang kita ambil, setiap kata yang kita ucapkan di kelas, adalah investasi berharga untuk masa depan yang lebih cerah. Kita bukan hanya mengajarkan ilmu, tetapi membangun karakter bangsa, menanamkan harapan yang tak terhingga, dan menciptakan generasi yang siap menghadapi dunia dengan kepala tegak dan hati penuh keyakinan. Mari kita menjadi laskar pendidikan, penyuluh cahaya bagi setiap jiwa yang kita bimbing, tak hanya memberi ilmu, tetapi juga menghidupkan semangat untuk terus belajar, berkembang, dan melangkah maju.

"Jika bukan kita, siapa lagi?" Begitulah panggilan hati yang seharusnya menggema dalam jiwa setiap pendidik. Karena, dalam setiap pengabdian kita, kita membentuk masa depan yang lebih baik.

Penulis adalah guru di SMAN 13 Bandung

Sumber:

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2023/03/kisah-inspiratif-maria-debora-yang-menjadi-guru-berkat-guru-biologi-semasa-kecilnya diakses 19 Februari 2025

https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6622480/cerita-maria-debora-menghadapi-lika-liku-menjadi-guru-untuk-anak-anak-di-kepulauan-ri diakses 19 Februari 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun