Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bisakah Kita Menyentuh Hati Los Angeles Lewat Doa dan Bantuan Kemanusiaan?

18 Januari 2025   17:49 Diperbarui: 18 Januari 2025   17:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Kebakaran Los Angeles (SumberL Freepik)

Bisakah Kita Menyentuh Hati Los Angeles Lewat Doa dan Bantuan Kemanusiaan?
Oleh Karnita

Los Angeles, kota yang dikenal dengan pesona alamnya yang memikat dan kilau gemerlap dunia hiburan, kini sedang menghadapi bencana yang menyayat hati. Kebakaran dahsyat yang melanda berbagai kawasan di kota ini—Palisades, Eaton, San Gabriel, Hurst, Lembah San Fernando, Kenneth, hingga Malibu—telah merenggut 27 nyawa, sebagaimana dilaporkan oleh Departemen Pemeriksa Medis (DME) pada Kamis, 16 Januari 2025. Sepuluh korban tewas berasal dari kebakaran di Palisades, sementara tujuh lainnya dari kawasan Eaton.

Kebakaran ini menghanguskan lebih dari 16.000 hektar wilayah, luasnya bahkan melebihi Paris dan Jakarta Selatan, dengan lebih dari 150.000 orang terpaksa mengungsi. Api yang terus menyala di beberapa titik menandakan bahwa upaya pemadaman masih berlanjut hingga kini. Angin Santa Ana yang kering dan suhu panas yang ekstrem menjadi faktor penyebab semakin sulitnya pengendalian api, yang semakin meluas, memperburuk situasi yang sudah sangat genting.

Bencana Alam dan Los Angeles

Los Angeles, dengan geografi yang rentan terhadap kebakaran dan bencana alam lainnya, kini tengah menghadapi tantangan terberat. Angin Santa Ana yang kuat dan kering, serta suhu panas yang ekstrem, menyulut api dengan sangat cepat. Kebakaran ini merusak segala yang ada di jalurnya—rumah-rumah, hutan-hutan, ladang-ladang, bahkan merenggut nyawa manusia. Kota yang selama ini kita kenal sebagai pusat kemewahan, kini harus menghadapi kenyataan pahit di tengah bencana besar.

Bencana alam ini mengingatkan kita bahwa tak ada yang kebal dari kehendak Tuhan. Tidak ada tempat yang sepenuhnya aman, tak peduli seberapa berkembang atau makmurnya sebuah kota. Los Angeles, dengan segala kemewahan yang dimilikinya, harus berhadapan dengan realitas bahwa bencana alam bisa meruntuhkan segala-galanya dalam sekejap.

Gambar: Luluh lantak bekas kebakaran Los Angeles (Sumber: Freepik)
Gambar: Luluh lantak bekas kebakaran Los Angeles (Sumber: Freepik)

Memisahkan Politik, Agama,  dari Kemanusiaan

Meski kebakaran ini terjadi di kota yang kaya dan maju, kita tidak boleh melupakan bahwa di balik kemewahan Los Angeles, ada jutaan orang yang terhimpit oleh bencana ini. Mereka yang terpaksa mengungsi dan kehilangan tempat tinggal, mereka yang sedang berjuang untuk tetap hidup. Kini saatnya kita mengedepankan kemanusiaan, melepaskan segala kebencian atau kecaman terhadap kebijakan pemerintahan, dan memberi dukungan tanpa syarat.

Kita mungkin merasa marah, kecewa, atau bahkan muak dengan kebijakan luar negeri yang seringkali tidak berpihak pada perjuangan rakyat Palestina, atau dengan intervensi yang dilakukan oleh pemimpin negara adi daya yang kerap mengintimidasi negara-negara Muslim dan memperburuk ketegangan dunia. Perasaan ini sangat wajar, namun dalam menghadapi bencana kemanusiaan seperti kebakaran yang melanda Los Angeles, kita harus berusaha melepaskan diri dari sentimen politik. Dalam situasi ini, kemanusiaan adalah hal yang lebih utama. Rasa empati dan kepedulian kepada sesama harus lebih besar daripada rasa benci terhadap kebijakan mereka. Sebab, yang kita bantu adalah manusia, tanpa memandang latar belakang politik atau kebangsaan mereka. Inilah saatnya untuk melihat segala sesuatunya dengan hati yang lebih luas, demi kebaikan bersama.

Ajaran Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menolong sesama tanpa memandang latar belakang sosial, politik, atau kebangsaan. Ketika bencana datang, seperti yang tengah terjadi di Los Angeles, kita harus mengutamakan solidaritas dan empati. Tindakan membantu sesama bukanlah soal siapa yang memimpin, tetapi tentang bagaimana kita sebagai umat manusia saling berbuat baik.

Rasulullah SAW selalu berusaha untuk membantu tetangganya dengan cara yang tidak membedakan agama. Suatu ketika, ada seorang wanita yang dikenal sebagai penyapu jalanan di Madinah yang merupakan seorang non-Muslim. Suatu waktu wanita itu jatuh sakit dan tidak dapat melaksanakan pekerjaannya. Melihat hal itu, Rasulullah merasa terpanggil untuk membantu. Beliau mengirimkan beberapa sahabat untuk membantu wanita itu dan memastikan bahwa kebutuhan sehari-harinya terpenuhi selama masa pemulihan.

Rasulullah tidak pernah membedakan perlakuan terhadap orang yang membutuhkan pertolongan berdasarkan agama atau kepercayaan mereka. Beliau meyakini bahwa setiap manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki hak untuk diperlakukan dengan adil, dihargai, dan dibantu ketika menghadapi kesulitan. Hal ini tercermin dalam banyak hadis yang menekankan pentingnya berbuat baik kepada tetangga dan semua orang, tidak hanya kepada sesama Muslim.

Perilaku Rasulullah ini mengajarkan kita untuk menebar kebaikan tanpa syarat. Beliau memberikan contoh yang sangat jelas bahwa menolong bukanlah soal apa yang kita dapatkan, tetapi soal apa yang bisa kita beri. Salah satu sabda beliau yang terkenal adalah, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim).

Dari perilaku Rasulullah yang menolong tetangga non-Islam, kita belajar bahwa kemanusiaan harus lebih diutamakan daripada perbedaan agama atau keyakinan. Membantu sesama adalah kewajiban setiap Muslim, dan menebar kebaikan kepada siapa saja yang membutuhkan adalah perbuatan yang mulia di mata Allah. Mari kita meneladani Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam hal ibadah, tetapi juga dalam berinteraksi dengan sesama. Tanpa melihat perbedaan, kita bisa membangun dunia yang lebih penuh dengan kasih sayang dan perdamaian.

Gambar: Warga yang menatap pilu di area bekas kebakaran Los Angeles (Sumber: Freepik)
Gambar: Warga yang menatap pilu di area bekas kebakaran Los Angeles (Sumber: Freepik)

Solidaritas yang Diperlukan: Membantu Mereka yang Terdampak

Kebakaran yang melanda Los Angeles mengingatkan kita pada pentingnya rasa solidaritas di tengah kesulitan. Ketika kebakaran melalap ribuan hektar tanah, kita harus berdiri bersama mereka yang kehilangan tempat tinggal, harta benda, dan bahkan keluarga. Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa tolong-menolong itu adalah bagian dari ajaran agama yang luhur.

Bantuan kita tak hanya berupa materi, namun juga doa, dukungan moral, dan semangat untuk bersama-sama pulih. Ketika kita saling memberikan dukungan, memberikan harapan, kita turut memberi kekuatan pada mereka yang sedang terpuruk. Kita bisa berbagi informasi, mengedukasi orang untuk berkontribusi, atau menyebarkan semangat untuk menumbuhkan rasa kebersamaan.

Di tengah kehancuran yang dibawa kebakaran, kita harus mengingat bahwa doa adalah kekuatan yang mampu memberi harapan. "Ya Allah, lindungilah mereka yang terdampak kebakaran ini, berikanlah ketabahan, dan semoga mereka dapat menemukan jalan untuk pulih," demikianlah doa yang patut kita panjatkan dengan penuh harapan.

Doa tidak hanya untuk keselamatan fisik mereka, tetapi juga untuk ketenangan jiwa mereka yang tengah berjuang di tengah derita. Dengan doa, kita mengirimkan energi positif dan semangat yang akan menumbuhkan harapan untuk masa depan yang lebih cerah. Mari kita berdoa agar para korban diberi kekuatan dan petugas pemadam kebakaran diberikan daya untuk memadamkan api yang masih berkobar.

Mengulurkan Tangan: Tindakan Nyata dalam Solidaritas

Mengulurkan tangan untuk membantu mereka yang terdampak bencana ini adalah bentuk nyata dari solidaritas kita. Tindakan sekecil apapun sangat berarti bagi mereka yang sedang membutuhkan. Donasi, penyebaran informasi, atau bahkan sekadar berbagi semangat bisa sangat membantu mereka yang kesulitan.

Ketika kita mengulurkan tangan, kita bukan hanya memberikan bantuan materi, tetapi kita memberi kepedulian dan cinta kasih yang tulus. Kebaikan itu tak terbatas oleh jarak atau status. Mari kita bersama-sama mendukung, mengulurkan tangan, dan membantu mereka dalam menghadapi masa-masa sulit ini.

Menunjukkan Kemanusiaan yang Sejati

Kebakaran yang melanda Los Angeles ini mengingatkan kita pada esensi kemanusiaan yang sesungguhnya. Tanpa memandang perbedaan, kita harus saling membantu dan menguatkan mereka yang terdampak. Kita tak hanya memberikan bantuan fisik, tetapi juga memberi dukungan psikologis yang bisa memberikan semangat dan harapan baru bagi mereka.

Sebagai umat manusia, kita memiliki kewajiban untuk menjaga rasa empati dan solidaritas. Jangan biarkan perbedaan politik atau status sosial menjadi penghalang untuk berbuat baik. Di tengah kebakaran ini, mari kita sama-sama menunjukkan bahwa kemanusiaan tetap menjadi yang utama. Semoga doa dan bantuan kita bisa membantu Los Angeles pulih, dan agar mereka yang terdampak bisa bangkit kembali dengan semangat yang lebih kuat. Wallahu a’lam.

Penulis adalah pengamat sosial dan kebijakan publik, dengan fokus pada isu-isu kemanusiaan dan solidaritas global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun