Bentrokan Antar-Ormas: Mengapa Terus Terjadi dan Apa Solusinya?
Oleh Karnita
Lagi, lagi, dan lagi. Bentrokan antar organisasi masyarakat (ormas) kembali terjadi.. Kali ini, insiden kekerasan itu melibatkan Ormas Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya dan Pemuda Pancasila (PP) di Blora, Jawa Tengah, pada Selasa (14/1/2025). Dua lokasi berbeda di Blora menjadi saksi keganasan bentrokan yang menewaskan ketenangan itu: Kelurahan Karangjati dan Jalan Ngawen-Kunduran. Sebanyak 12 orang terluka dalam insiden tersebut. Bukan hanya fisik mereka yang terluka, tetapi juga rasa aman masyarakat yang terusik. Ini jelas bukan yang pertama kali, dan mungkin tidak akan menjadi yang terakhir.
Sungguh, kita sudah muak dengan kisah ini. Setiap beberapa bulan sekali, kita mendengar pemberitaan serupa. Konflik antar ormas yang seharusnya menjadi penyelenggara atau pendamping masyarakat justru berakhir dengan kekerasan dan chaos. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Mengapa bentrokan seperti ini terus berulang tanpa ada solusi jangka panjang? Bentrokan antar ormas telah menjadi siklus yang terasa tak berujung. Kita bertanya-tanya, sampai kapan hal ini harus terus terjadi?
Latar Belakang Berdirinya Ormas: Tujuan Mulia yang Berbelok
Pada awalnya, ormas-ormas di Indonesia lahir dengan tujuan yang mulia. Mereka dibentuk untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, membangun solidaritas sosial, dan menjadi pengayom bagi kelompok-kelompok yang merasa terpinggirkan. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, banyak ormas yang menyimpang dari tujuan dasar mereka. Alih-alih fokus pada pemberdayaan masyarakat, banyak ormas yang terjebak dalam kompetisi kekuasaan dan politik.
Di banyak daerah, ormas kini sering terlibat dalam persaingan yang tidak sehat, terutama di bidang politik. Pilpres atau Pilkada sering kali menjadi ajang "perang" antar ormas untuk menunjukkan siapa yang lebih berkuasa, yang lebih bisa mengerahkan massa, dan siapa yang lebih "terlihat". Dalam hal ini, ormas bukan lagi menjadi penyambung lidah rakyat, melainkan mesin politik yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Tak jarang, ormas ini juga digunakan sebagai alat untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan lokal yang justru merusak keharmonisan masyarakat.
Bentrokan: Konflik yang Terus Berulang
Bentrokan antara GRIB Jaya dan Pemuda Pancasila di Blora adalah contoh nyata dari kegagalan pengelolaan ormas. Seperti biasa, penyebabnya tidak jauh dari persaingan politik dan perebutan wilayah kekuasaan. Ketika ormas yang awalnya berfungsi untuk mendukung kegiatan sosial dan budaya justru terlibat dalam persaingan kekuasaan, bentrokan pun tak terhindarkan. Selain faktor politik, konflik ekonomi dan perebutan pengaruh di tingkat lokal juga menjadi pemicu.
Namun yang lebih memprihatinkan, bentrokan ini bukanlah kejadian pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir jika situasi ini dibiarkan begitu saja. Setiap kali ormas merasa kekuasaannya terancam, mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mempertahankan posisinya. Dan yang menjadi korban bukan hanya mereka yang terlibat dalam konflik, tetapi juga masyarakat yang tidak tahu menahu. Ketidakpastian dan ketidakamanan yang ditimbulkan sangat merugikan kehidupan sosial.