Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menularkan Virus Kejujuran Susu Kambing

14 Januari 2025   22:57 Diperbarui: 14 Januari 2025   22:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pendidikan antikorupsi

Apa relevansi pendidikan antikorupsi? Bercermin dari uraian di atas, tujuan pendidikan antikorupsi adalah pembentukan kesadaran peserta didik akan bahaya korupsi untuk kemudian bangkit melawannya. Menginspirasi masyarakat untuk aktif melawan korupsi. Untuk menghindari internalisasi sikap permisif terhadap tindakan koruptif. Pendidikan antikorupsi juga berguna untuk mempromosikan nilai-nilai kejujuran.

Pendidikan antikorupsi didasarkan pertimbangan, pemberantasan korupsi mesti dilakukan secara integratif dan simultan. Pendidikan antikorupsi harus berjalan beriringan dengan tindakan represif terhadap koruptor. Karena itulah, pendidikan antikorupsi mesti didukung. Jangan sampai timbul keawaman terhadap korupsi dan perilaku koruptif.

"Kantin kejujuran"

Kantin kejujuran sesungguhnya tak berbeda dengan kantin pada umumnya. Hanya saja, pola pembayarannya menitikberatkan pada kesadaran pembeli. Di sini pembeli bersifat swalayan, melayani diri sendiri, dan  asas kejujuran sangat dipertaruhkan. Praktik Program ini seyogianya dapat diterapkan di lingkungan instansi atau pranata lainnya. Upaya ini sedikit banyak telah  menghembuskan bunga-bunga harapan. Kelak para pelajar dihrapkan akan menjadi penerus bangsa yang jujur dan menyukseskan pemberantasan korupsi di masa yang akan datang.

Ikhtiar tersebut, menjadi salah satu cara mengimplementasikan pendidikan antikorupsi di lingkungan para siswa. Namun juga perlu digarisbawahi, bangsa Indonesia dipadati jutaan manusia, ribuan bahasa, dan ratusan budaya. Tentu penuh kultur yang beragam. Multikultur. Pertanyaan yang timbul, perlukah pendidikan antikorupsi hirau terhadap keragaman budaya ini? Pertanyaan ini patut diajukan, mengingat keragaman kultur akan menciptakan persepsi yang berbeda. Kealpaan memasukkan perspektif multikultur berakibat penyimpangan tujuan pendidikan antikorupsi. Stimulus yang sama bisa direspons berbeda oleh masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda. Ada tanggapan beragam terhadap rangsangan yang serupa.

Korupsi memang telah menggejala, mengakar, dan menggurita dalam kehidupan kita.  Betapun sulitnya memberantas korupsi, pantang kita menyerah, "Selangkah berpantang surut, setapak berpantang mundur".  Dan  kejujuran mesti dipupuk dan ditegakkan demi anak cucu kita, demi masa depan bangsa, dan demi keselamatan hidup. Wallahu a'lam.

 Penulis adalah guru SMAN 13 Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun