Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baharuddin Lopa: Sang Pendekar Keadilan yang Tak Tergantikan

12 Januari 2025   18:03 Diperbarui: 12 Januari 2025   18:03 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Baharuddin Lopa: Sang Pendekar Keadilan yang Tak Tergantikan

Oleh Karnita

"Malam ini salah satu tiang langit Indonesia telah runtuh," ujar Gus Dur dengan nada sedih, saat mendengar kabar duka meninggalnya Baharuddin Lopa pada 3 Juli 2001. Begitu berat kehilangan seorang pejuang keadilan yang selama hidupnya telah mengorbankan segalanya untuk menegakkan hukum. Kompas dalam tajuk rencananya menggambarkan Lopa sebagai "cahaya di tengah gelap gulitanya penegakan hukum" yang telah padam, meninggalkan kegelapan yang sulit untuk diterangi kembali.

Baharuddin Lopa lahir di Mandar, Sulawesi Selatan, pada 27 Agustus 1935. Ia menempuh pendidikan hukum dan mulai berkarir di dunia penegakan hukum dengan berbagai jabatan di Kejaksaan. Sebagai seorang jaksa, Lopa dikenal karena keteguhan prinsip dan integritasnya. Bahkan ketika ia dilantik sebagai Jaksa Agung pada 6 Juni 2001, ia langsung memulai langkah berani untuk membongkar kasus korupsi besar, termasuk terhadap nama-nama besar seperti Syamsul Nursalim dan Prajogo Pangestu. Namun, takdir berkata lain. Hanya 28 hari setelah dilantik, Lopa meninggal dunia, meninggalkan kesedihan mendalam bagi bangsa ini.

Lopa bukanlah sosok yang takut untuk menghadapi tantangan. Ia lebih takut kepada Tuhan daripada segala bentuk kekuasaan atau ancaman yang datang dari mereka yang berkuasa. Dalam setiap langkahnya, Lopa mengutamakan prinsip keadilan dan kebersihan hati. Ia tak gentar menghadapi korupsi dan praktek-praktek yang merugikan rakyat, meskipun pada akhirnya, banyak pihak yang merasa terancam dengan tindakannya. Di tengah segala kekosongan yang ditinggalkan, warisan moral dan keberanian yang dimiliki Lopa tetap menginspirasi generasi yang mengikutinya.

Adapun warisan keteladanan yang bisa kita ambil dari sosok Baharuddin Lopa antara lain:

Pertama, Kepemimpinan yang Berani dan Teguh. Baharuddin Lopa menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah tentang mempertahankan kenyamanan diri sendiri, melainkan tentang berani mengambil keputusan yang sulit, meskipun itu berarti menghadapi banyak tantangan. Keteguhan prinsip dan keberanian untuk menghadapi para penguasa yang tidak adil menjadi hal yang patut dicontoh. Lopa membuktikan bahwa pemimpin sejati adalah yang berani menegakkan keadilan meski harus berhadapan dengan kekuatan besar.

Kedua, Integritas Tanpa Kompromi. Sepanjang hidupnya, Lopa tidak pernah tunduk pada tekanan atau tawaran imbalan yang dapat mengorbankan integritasnya. Ia hidup sederhana dan tidak tergoda oleh kekayaan atau kekuasaan. Ia tahu betul bahwa penegakan hukum yang baik hanya dapat dicapai dengan hati yang bersih dan niat yang murni. Sebuah pelajaran yang sangat relevan untuk para pejabat negara dan penegak hukum saat ini, yang terkadang terjebak pada praktek-praktek korupsi dan kolusi.

Ketiga, Keadilan yang Tidak Pandang Bulu. Bagi Lopa, keadilan adalah segalanya. Ia menegakkan hukum tanpa pandang bulu, baik itu orang biasa maupun penguasa, tanpa ada diskriminasi. Lopa menjadikan prinsip "hukum tajam ke atas dan tumpul ke bawah" sebagai musuh utamanya. Ia memastikan bahwa hukum diterapkan secara adil untuk siapa saja, tidak peduli status sosial atau politik. Ini adalah contoh yang sangat penting bagi negara yang ingin menegakkan hukum dengan tegas dan adil.

Keempat, Pengabdian yang Ikhlas untuk Bangsa dan Negara. Lopa mengabdikan seluruh hidupnya untuk negara. Ia bekerja tanpa pamrih, hanya demi kebenaran dan keadilan. Ia juga percaya bahwa jabatan yang diembannya bukan untuk keuntungan pribadi, melainkan untuk melayani rakyat. Ketika Lopa dilantik sebagai Jaksa Agung, ia langsung bergerak untuk memberantas korupsi, tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditanggungnya. Kegigihannya dalam melaksanakan tugas negara harus menjadi teladan bagi siapa saja yang mengemban amanah sebagai pemimpin.

Kepergian Baharuddin Lopa meninggalkan ruang kosong yang sulit untuk diisi. Kita yang masih hidup harus terus meneladani semangat dan prinsip yang ia pegang teguh. Di tengah tantangan dan godaan yang semakin besar, kita perlu menegakkan keadilan dengan hati yang tulus dan sikap yang tegas. Lopa menunjukkan bahwa meskipun hidup di tengah lingkungan yang tidak mendukung, dengan tekad dan keberanian, seorang individu bisa membawa perubahan yang besar.

Oleh karena itu, bagi para penegak hukum dan pejabat negara, sudah saatnya kita mencontoh sosok seperti Lopa dalam setiap keputusan yang kita ambil. Keadilan, integritas, dan pengabdian yang ikhlas harus menjadi pedoman utama dalam menjalankan tugas negara. Jangan biarkan kenyamanan pribadi atau kekuasaan menghalangi langkah kita dalam menegakkan hukum dan kebenaran. Dalam dunia yang seringkali gelap oleh ketidakadilan, mari kita jadikan Baharuddin Lopa sebagai cahaya yang menerangi jalan kita.

Satu hal yang perlu kita renungkan adalah bahwa tidak ada yang lebih mulia daripada memimpin dengan hati yang bersih dan keteguhan dalam kebenaran. Baharuddin Lopa telah membuktikan bahwa pengabdian sejati untuk negara adalah pengabdian yang dilakukan tanpa mengharapkan balasan, namun hanya demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

Marilah kita semua, sebagai warga negara yang baik, bersama-sama menjaga dan menegakkan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh Lopa. Jangan biarkan perjuangannya sia-sia, tetapi teruskan dengan cara kita masing-masing, dengan penuh tanggung jawab dan keyakinan bahwa keadilan pasti akan menang, selama kita tetap memegang teguh prinsip-prinsip yang benar. Jangan biarkan "cahaya" yang telah padam itu terus menghilang, mari kita hidupkan kembali dalam setiap langkah kita untuk sebuah Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.Wallahu a'lam.

Penulis adalah guru SMA negeri 13 Bandung 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun