Mohon tunggu...
Mbedah Alam
Mbedah Alam Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Kutubut Turost

Mbedah Alam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kenapa Menyerah?

15 Juni 2022   23:59 Diperbarui: 16 Juni 2022   00:26 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Biarkan seluruh mahluk bumi mencelamu, tak menghiraukanmu, menghardikmu dan bahkan mengucilkanmu sampai ke ujung bumi.

Patah harap hanya akan semakin menjadikanmu kerdil, sirna dan musnah dari peradaban manusia.

Toh bukan hanya kamu yang mengalami hal ini, jutaan bahkan milyaran manusia di segala belahan dunia ini pasti mengalami pasang surut kehidupan, dari bullyan, fitnahan, celaan dan bahkan ancaman jiwa.

Manusia hanya harus bergerak, maju menjalani garis hidupnya, tak akan ada yang mampu menilai kebenaran niatmu, keihlasanmu, kesungguhan hatimu.

Manusia hanya mampu melihat kelemahan dan kekuranganmu, tanpa peduli dan empati dengan nasibmu. Mereka hanya akan mencemoohmu jika kau gagal dan akan mencurigaimu saat kau sukses.

Biarkan dirimu tenggelam dan berasik masyuk dengan aktifitasmu, pekerjaanmu dan dengan cita dan ambisimu.

Hanya Tuhan yang berhak menilaimu, kau tak butuh penilaian manusia, tak butuh pujian ataupun sanjungan apalagi cemoohan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun