Gagal melakukan aksinya, sulton bukanya merasa bersalah, malah menjadi makin penasaran dan gusar, norma-norma dan nilai kebaiakan dalam dirinya seakan sudah punah terkubur di hadapan mertuanya. Kini sulton merencanakan tindakan yang akan lebih membahayakan mertuanya, "Santet", ya, sulton berencana menyantet mertuanya yang arogan menurutnya.Â
Segala keperluan sudah disiapkan dan amalan yang dibaca juga tidak tanggung-tanggung, sebuah surat alquran, ayat-ayat suci kalam illahi, yang digunakan untuk menyantet.Â
Malam jumat kliwon, mulailah sulton melakukan wiridnya, sehari, seminggu, sebulan, dan hampir tiga bulan ia mengamalkan wiridnya. Tidak ada reaksi ataupun akibat yang terjadi pada diri pak haji Romli, semua normal seolah tidak ada sesuatu.
Pak haji Romli masih segar bugar dan sehat seperti sedia kala, entah ia tahu atau tidak tentang perlakuan menantunya tersebut karena pak haji romli, selain sebagai pengusaha, ia juga tokoh agama di maayarakatnya, alumni pesantren yang menjadi panutan kaumnya.Â
Melihat kondisi yang biasa saja, sulton makin beresemangat untuk memperbanyak wiridnya suapaya dengan cepat bisa mencelakai mertuanya. Tiga bulan berlalu, belum nampak hasil dari usaha nyantet oleh Sulton pada mertuanya.Â
Pagi yang cerah setelah hujan semalaman, rumah sulton rusak gentingnya diterjang angin dan hujan lebat, ia sedang naik tangga memperbaiki gentingnya, tidak begitu tinggi naiknya, sambil dibantu istrinya, ia memindah dan memilah genting yang masih baik dan rusak untuk mempermudah menghitung dan memperbaikinya. Angin mulai agak memanas, karena terik matahari yang mulai meninggi, dan wuuuusssss......Â
"Aduuuuhhhh"...
Teriak sulton dengan kencang, tangganya roboh, ia terjerambab ke bawah tiang di bagian depan rumahnya. Istrinya yang terkejut, segera lari menghampiri suaminya yang masih mengerang keras karena jatuh.Â
"Masyaallah"....Â
"ada apa mas?"Â
"Gmn bisa begini?"...Â