Selesai pembicaraan, santri kirom berpamitan keluar rumah dengan sebelumnya bersalaman sambil mencium tangan kyai.
Ia pergi menuju pusat pasar desa yang banyak berjualan oleh-oleh khas desa Brabo. Pasar yang terletak di perempatan desa, sehingga orang-orang yang hendak berbelanja mudah mengakksesnya.Â
Selain letaknya yang strategis, luas, bersih, juga beraneka ragam makanan yang dijual di sana.Â
Pasar ini menjadi tempat belanja favorit para orang tua santri yang sedang berkunjung ke pesantren, sekedar beli oleh-oleh buat anaknya di pesantren atau buat bingkisan saat sowan ke kyai.
Menjelang siang hari, santri kirom berjalan menuju pasar desa untuk memborong oleh-oleh khas desa Brabo.Â
Di pasar sudah berkerumun para pedagang yang menjajakan dagangannya, para pembeli hilir mudik memilih kebutuhan yang mau dibeli. Selain para pedagang dan pembeli, pasar desa brbao juga selalu dipenuhi para santri buat sekedar beli makanan ringan atau kebutuhan lainnya.Â
Menjelang hari kamis sore sampai jumat pagi, suasana akan semakin ramai penuh dengan para santri yang berbelanja, karena hari itu santri di berikan waktu keluar untuk berziarah ke makam para masayikh dan tokoh pesantren desa brabo.Â
pulang dari ziarah makam biasa digunakan para santri untuk mampir membeli kebutuhannya. Nampak asri dan sejuk suasananya, semua serba putih, berpeci hitam, baju santri warna putih, bersarung.
Santri kirom masih berjalan menuju pasar sambil menghitung-hitung oleh-oleh dan jajanan yang mau di beli buat para tamu kyai. Kebetulan hari itu adalah hari kamis, biasanya penjual kue khas oleh-oleh akan membawa dagangan lebih banyak dari biasanya, karena hari kamis sore dan jumat adalah hari belanja bagi santri.
Sampai di warung penjual kue Klenyem, santri Kirom segera memesan kue klenyem ke pedagangnya, pak Sodri, nama pedagangnya. Keduanya nampak sudah akrab walaupun selisih usia begitu jauh.Â
"Assalamu Alaikum kang Kirom". Sapa pak Sodri penjual kue klenyem.Â