Mohon tunggu...
Karmila P. Lamadang
Karmila P. Lamadang Mohon Tunggu... Dosen - seorang ibu

dosen di universitas Muhammadiyah Luwuk

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fenomena Generasi Strawberry

14 Juli 2022   22:19 Diperbarui: 14 Juli 2022   22:24 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FENOMENA GENERASI STRAWBERRY 

Generasi Strawberry adalah istilah dari Tionghoa yang disematkan pada generasi yang lahir setelah tahun 1981. (wikipedia). Analogi strawberry diambil karena generasi ini adalah generasi yang mudah menyerah, putus asa, tidak mandiri, manja, gampang stres, artinya generasi ini tidak dapat menerima tekanan sosial.  Secara filosofis strawberry adalah buah yang terlihat segar, indah namun rapuh tidak mampu untuk bertahan di suhu tertentu.

Berikut ini ciri dari generasi stawberry adalah;  

  • Generasi ini adalah generasi yang kreatif, inovatif tetapi mudah menyerah, baperan, dan mudah sakit hati.
  • Generasi ini adalah generasi yang lahir dari strata tertentu atau biasa disebut dari kalangan sultan. Oleh karena semuanya terbiasa dilayani, dimanjakan, maka mereka tidak mampu menghadapi tekanan hidup sosial diluar rumah yang penuh dengan tantangan.

  • Memiliki ide yang cemerlang namun kurang gigih. Oleh karena,generasi ini adalah generasi yang melek teknologi dan informasi, maka gmereka banyak melahirkan ide-ide cemerlang  meskipun kurang gigih. Untuk itu ketika mereka masuk kedunia kerja perlu adanya pelatihan mental khusus sehingga mereka bisa survive .

  • Fenomena generasi stawberi ini bukan tidak mungkin akan melanda anak kita jika kita tidak mempersiapkan mental anak sejak dini. dimulai dari hal kecil misalnya, mengajarkan kemandirian. 

  • Kita adalah orang tua yang mungkin terkadang tidak tegaan terhadap anak, sehingga ketika anak mengeluh kepayahan, kesusahan tanpa pamrih kita langsung menyelesaikan tugasnya. Tanpa sadar kita telah menciptakan kerapuhan dalam dirinya yang tidak mampu meyelesaiakan masalahnya sendiri.

  • Tahun ajaran baru, sebagian orang tua memiliki pengalaman pertama untuk mengantarkan anak masuk kejenjang sekolah yang lebih tinggi, semisal dari Taman Kanak-Kanak ke Sekolah Dasar. sehingga terkadang momentum ini sering diabadikan. 

  • Dengan mengikuti anak sampai ke kelas bahkan tidak jarang ditemukan ada orang tua yang ikut duduk bersama anak untuk sekedar menemani anak karena anak merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru. Hal ini tidak salah namun tidak tepat. Sebab anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang sudah melewati satu fase yakni fase dilayani. 

  • Dalam islam kita mengenal pola asuh ala  Ali Bin Abi Thalib yakni menyebutkan bahwa, fase usia dini usia 0-6 atau 0-7 tahun adalah adalah fase pelayanan. Fase in, anak diperlakukan sebagai raja semua kebutuhannya dipenuhi namun 7-14 tahun diperlakukan sebagai tawanan. 

  • Tawanan yang dimaksud adalah bahwa anak harus diberikan tanggungjawab, diberikan pemahaman tentang sebab akibat. Sehingga anak memahami bahwa setiap tindakan memiliki resikonya.  

  • Orang tua harus memberikan kepercayaan kepada anak sehingga anak mandiri mampu beradaptasi di lingkungan baru dan tidak bergantung pada orang tua.  


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun