Mohon tunggu...
Mia
Mia Mohon Tunggu... Bankir - My Self, Only Mine

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

3 x 1

28 Juli 2019   16:21 Diperbarui: 28 Juli 2019   16:38 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada apa ini?" Tanyaku setengah panik kepada teman-teman yang lain ketika tiba-tiba mendengar suara ribut diluar.

"Anak fakultas sebelah menyerang lagi!" Tiba-tiba Rina masuk dengan napas terputus-putus dan langsung menutup pintu.

"APA?" Spontan saja kami berlima yang dari tadi sibuk tertawa sambil membersihkan ruang himpunan membelalakkan mata.

"Iya, mereka sedang mencari seseorang yang katanya bersembunyi disekitar fakultas kita!" Sambungnya sambil mengatur nafas.

"Memangnya ada masalah apa lagi?" Tanyaku dengan nada penasaran.

"Jiahhh.., mana saya tahu, gak sempat nanya tadi ke mereka!" Jawab Rina sambil senyum kecut.

BRAKKK! Tiba-tiba pintu ruangan kami didobrak. Tempat sampah yang berisi kertas-kertas dan debu yang kami kumpul  di depan pintu tadi ditendangnya kembali kedalam ruangan yang menyebabkan semua sampahnya terhambur ke lantai.

Mengingat perjuangan kami tadi berlima yang dengan susah payah membersihkan ruangan ini sementara mereka dengan mudahnya mengotorinya kembali, membuat darahku naik ke ubun-ubun.

"Eh, mau apa kalian!" Teriakku sambil mendorong mereka keluar. "Sembarangan saja masuk ke dalam ruangan orang!" Bentakku.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka yang berambut gondrong, tinggi, kurus dan hmmm.., lumayan cakep sih tapi galak maju didepanku sambil berkata "Kami mau memeriksa, siapa tahu dia bersembunyi didalam!" Katanya dengan nada cool.

"Apa? Memeriksa? Kalian dari polsekta mana? Ada surat perintah tidak?" Kataku dengan nada sinis yang membuat mereka semakin siap gebukin saya.

"Eh, jangan macam-macam yach. Suruh Saro keluar, jangan seperti anak perempuan bersembunyi di dalam!" Katanya sambil bertolak pinggang dan menatapku sinis. Oh, rupanya Si Gondrong ini pemimpinnya.

"Saro? Siapa tuch? Itu nama orang atau nama makanan? Nama seaneh itu tidak pernah beredar di himpunan kami!" Kataku sambil ikut-ikutan bertolak pinggang.

"Eh, perempuan jangan ikut campur yach!" Katanya mengancamku sambil mengacungkan telunjuknya. "Kami hanya mau mengecek, apa dia ada bersembunyi di ruangan ini atau tidak!" Lanjutnya

"Apa tidak salah! Ini kan himpunanku, daerahku. Saya mau ikut campur, mau jungkir balik, mau ngusir orang-orang jelek seperti kalian, itu urusan saya!" Kataku dengan nada menantang.

"Banyak bacot neh cewek!" Katanya sambil menoleh ke teman dibelakangnya.

 "Sudah Ver, cuekin saja. Langsung saja geledah ruangannya!" Kata teman dibelakangnya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi tiba-tiba si gondrong ini langsung memaksa masuk sambil mendorong badanku ke belakang yang membuat kepalaku terantuk di daun pintu.

"BUKKK!" tiba-tiba tinjuku mendarat dengan sempurna dimukanya. Sesaat setelah itu dia balas menampar pipiku. Lumayan sakit juga sich. Untuk kedua kalinya kuhadiahkan tinjuku dimukanya yang membuat darah segar keluar dari hidungnya.

Aku agak kaget sich, tapi... ach biarkan saja, siapa suruh cari gara-gara. Dia berusaha membalas kembali tapi dicegah oleh teman-temannya.

"Sudahlah Ver, kamu mau berkelahi sama perempuan?" Kata mereka.

"Dia tuch bukan perempuan tapi nenek sihir. Seenaknya saja main pukul!" Katanya dengan nada emosi sambil memegang hidungnya yang berdarah.

"Lepaskan dia. Kau pikir saya tidak bisa berkelahi dengan katak gondrong ini?" kataku dengan nada emosi sambil menahan rasa sakit akibat tamparannya.

"Wan, lepaskan biar saya kasih pelajaran ke nenek sihir yang satu ini!" Katanya dengan geram.

Melihat suasana yang semakin memanas, teman-temanku yang lain ikutan maju dan membela saya.

"Hey, rambut kalau gondrong, seharusnya cari lawan yang sangar juga, jangan beraninya sama cewek!" Kata Shinta

"Jangan sembarang nuduh yach. Ini nenek sihir yang duluan main pukul!" Kata teman si Gondrong ini sambil menunjukku.

"Tidak akan ada insiden pemukulan kalau kalian tidak datang kesini. Kalian sendiri yang cari masalah!" Lanjut Shinta dengan nada tinggi.

"Kami kan tadi sudah bilang hanya mau memeriksa. Salahnya kalian yang menghalangi kami!" Lanjut teman si Gondrong ini dengan nada sewot. Ini kok malah Shinta dan temannya si Gondrong ini yang lanjut bertengkar.

"Pak Dekan datang, ayo pergi!" Teriak salah seorang dari mereka. Spontan saja mereka lari terbirit-birit dan tiba-tiba menghilang di ujung koridor. Kak Andy yang menjabat sebagai ketua senat sedang berusaha menjelaskan kejadian ini ke pihak Dekan dan memastikan ini hanya salah paham saja dan tidak akan ada insiden lanjutan. Ahh..., anak fakultas sebelah itu  memang selalu membuat sensasi di kampus ini.

###

img-20111228-00953-5d3d6cfc0d8230207e073fb4.jpg
img-20111228-00953-5d3d6cfc0d8230207e073fb4.jpg
Waktu menunjukkan pukul 13.20, ketika kuliah siang ini berakhir. Buru-buru kumasukkan semua buku dan peralatan menulisku ke dalam tas. Segera ke kantin untuk makan siangku yang telat dan langsung capcus. Saya harus cepat datang, tidak boleh terlambat. Hari ini merupakan hari pertamaku kursus TOEFL demi mendapatkan beasiswa untuk lanjut S2.

Setelah berpamitan sama teman-teman yang lain yang masih sibuk bercerita tentang "agresi" anak fakultas sebelah tadi pagi, saya langsung melompat ke atas motorku dan tanpa balik kiri-kanan saya langsung melaju dengan kecepatan tinggi.

Setibanya di tempat kursus, saya langsung masuk ke dalam ruanganku. Kupalingkan mukaku ke sudut ruangan mencari tempat duduk yang kosong. Rupanya saya peserta terakhir. Banyak juga yang datang kursus dihari pertama ini. Saya langsung menuju ke kursi yang masih kosong dan tidak lupa menebar senyum paling manis. Lima menit kemudian pengajar kami pun datang dan bersiap-siap untuk memulai kursus sore ini.

"Hello Everyone. Nice to meet you and You can call me Mr. Randy!" Katanya memperkenalkan diri.

"Hello Mr. Randy. Nice to meet you too!" Jawab kami serentak.

"So, how's your day? And what ..!" Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan di pintu ruangan yang membuat Mr Randy menghentikan pertanyaannya. "Please come in!" Kata Mr. Randy

"I'm sorry Sir, I'm late!" Kata orang itu setelah membuka pintu.

"It's Ok. Please have a sit!" Lanjut Mr. Randy.

HAAA!!! Sesaat saya terperanjat melihat cowok itu. Tinggi, kurus dan ... gondrong. Dia kan yang tadi pagi ngamuk di fakultasku. Kok bisa dia juga kursus di tempat ini. Apakah tidak ada tempat kursus TOEFL yang lain di kota sebesar ini? Tanyaku dalam hati sambil menutup muka dengan tas. Ekspresi yang sama pun terpancar dari wajah sangarnya waktu melihat siapa cewek kalem yang duduk disampingnya.

"Gak salah masuk tempat kursus kamu? Coba cek lagi deh siapa tahu ruanganmu di kelas anak-anak!" Katanya dengan nada memancing emosi.

"Gimana hidungnya? Gak sampai bonyok kan?" Tanyaku juga tidak mau kalah.

"Itu pipi merah sebelah kenapa? Blush on habis yah? Tapi kok pake blush on motifnya bentuk lima jari?" lanjutnya dengan nada provokator.

"Grrrrrrrr!" Saya hanya bisa menggerutu dalam hati.

Belum sempat memikirkan balasan jawabannya, Mr. Randy langsung melanjutkan perkenalan dirinya. Dikarenakan ini adalah pertemuan pertama kami, maka sebelum memulai pelajaran Mr. Randy memberi tugas kepada kami untuk saling berkenalan secara berpasang-pasangan. Dan bisa ditebak siapa yang jadi pasanganku. Ya, betul. Si Gondrong ini yang jadi pasanganku. Bakalan terjadi agresi kedua dehh!

###

Setibanya di rumah sehabis kursus TOEFL, saya langsung mandi dan bersiap-siap dandan yang cantik untuk temenin papa menghadiri pesta pernikahan mba Vivi, sepupu dari pihak keluarga almarhumah mama.

Ya, enam tahun yang lalu mama meninggalkan kami karena kecelakaan lalu lintas. Orang yang menabrak lari mama hingga saat ini belum didapat pelakunya. Polisi juga sangat susah mengidentifikasikan pelaku tersebut dikarenakan tidak adanya saksi yang melihat kejadian tersebut. Sepertinya kasusnya mama sudah di close. Kami juga tidak tahu harus berbuat apa lagi selain berserah dan menerima takdir yang sudah digariskan pada keluarga kami.

Saya merupakan anak tunggal dan dirumah hanya berdua saja dengan papa. Hingga saat ini pun papa sama sekali tidak ada niat untuk menikah lagi. Saya sudah beberapa kali menanyakan hal ini ke papa, namun cinta beliau kepada mama begitu besar dan sama sekali tidak pernah menghilang.

"Papa sudah memiliki tiga wanita super didalam hidup papa. Nenek kamu, Ibu kamu dan kamu putri papa satu-satunya!" Katanya waktu itu. "Apakah masih kurang repot menghadapi ketiga wanita itu?" Lanjutnya dengan nada bercanda. "Mama kamu tetap hidup disini!" Kata papa sambil menempelkan telapak tangan kanannya didadanya.

Setibanya di gedung, kulihat tamu belum banyak yang berdatangan, sebagian besar baru dari pihak keluarga dekat saja yang ada di situ. Papa sibuk mengajakku untuk menyalami satu persatu keluarga yang ada disitu. Sejak mama meninggal, kami memang sudah jarang sekali bertemu dengan pihak keluarga almarhumah mama.

"Mbak Sandra!" Dengan spontan papa menyapa wanita setengah baya yang ada di depannya.

"Kapan datang? Mas Harno suami mbak mana?" Lanjut papa.

"Saya baru tiba pagi ini, Mas Harno tidak bisa datang karena ada urusan kantor yang tidak bisa ditinggal!" Katanya.

"Ini Vira yach?" Tanyanya.

"Iya mbak!" Kata papa. "Vir, masih ingat tante Sandra kan?" Tanya papa.

" Tante Vira, sepupunya mama kan?" Tanyaku tidak yakin.

"Ternyata kamu masih ingat juga sama tante!" Katanya.

"Ennggh nggak juga sich tante. Lupa-lupa ingat!" Kataku sambil bercanda.

"Huusss, Vir. Kamu kok ngomong gitu sama tante Sandra?" Tanya papa sambil mencubit lenganku.

"Mbak sekarang menginap dimana?" Lanjut papa.

"Kebetulan anak saya yang pertama kuliah disini, dia ngontrak rumah. Jadi saya menginap disitu saja!" Katanya. "Besok sore juga saya sudah balik ke Jogja!".

"Jadi, anak mbak ada yang kuliah disini? Kok, nggak pernah jalan-jalan ke rumah?" Tanya papa kembali.

"Iya, si Very itu memang anaknya pemalu!" Kata tante Sandra.

"Sudah sering saya bilang sama dia untuk mengunjungi keluarganya yang ada disini, tapi dia nggak mau!" Lanjutnya.

"Ma, kunci motor Very tadi mana?" Tiba-tiba dari arah belakang kudengar suara yang kayaknya sudah tidak asing lagi digendang telingaku.

"HAAAAA! Kamu lagi?" Spontan kalimat itu keluar dari mulut kami berdua. Selama satu hari ini, baru kali ini kami bisa kompak seperti itu.

"Jadi kalian sudah saling kenal?" Tanya papa dan tante Sandra keheranan.

Jadi, Si Gondrong ini anaknya tante Sandra. Tante Sandra kan sepupu satu kalinya mama. Itu berarti saya dan si gondrong ini sepupu dua kali. Ya, ampun, mengapa kami harus babak belur terlebih dahulu sebelum tahu kalau kami ini keluarga.

Minggu, 04 Juli 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun