Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Remehkan Ulat Daun

20 Februari 2018   00:38 Diperbarui: 20 Februari 2018   14:33 2458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kangen juga lama tidak menulis di Kompasiana, untuk itu aku ingin berbagi pengalaman dahsyat yang hampir merenggut nyawa sang isteri, untuk kali ini yang baru kami alami adalah tentang ulat, sesuai dengan judul diatas. Selanjutnya akan kusajikan Katarak sembuh dengan tetesan bunga Kitolot selama 3 bulan, setelah menunggu lebih dari setahun kesembuhan itu tanpa gangguan lagi sebagai bukti.

Nah aku mulai, Ulat mahkluk kecil yg tidak berdaya terhadap predator, maka kupu maupun kupu kupu kebanyakan menaruh telurnya pada daun yang tidak tinggi agar tidak dimangsa oleh predator, burung umpamanya. Burung terlindung oleh bulunya sehingga sulit terkena bulu bulu ulat.

Walau sekecil itu ulat memiliki senjata bulu bulu halus berbisa. Bulu bulu kecil nan halus itu lebih kecil dari lubang pori pori manusia, maka kalau manusia terkena bulu ulat berasa gatal bagaikan tertusuk duri, gatal kemudian membengkak. 

Bukan tidak mungkin jenis ulat tertentu memiliki bisa yang sangat membahayakan bagi siapapun yang terkena apabila ulat merasa terganggu. Ulat akan mengeluarkan racun tergantung dari seberapa kuat gangguan itu datang, semakin terancam ulat akan mengeluarkan racun semakin banyak utk melindungi dirinya dari gangguan.

Pengalaman yang tidak mengenakkan ini sengaja aku tulis agar dapat berbagi kepada sesama supaya tidak meremehkan ulat dalam arti tidak mengganggu keberadaannya.

Rabu 10 Jan 2017, halaman rumahku kotor sekali, setelah beberapa hari tidak kusapu karena sibuk menterjemah naskah novel "the Dakon, a Time Tunnel, the adventure of 8 students" yang ingin aku kirimkan ke Amazon KDP yang sudah lama terbengkelai,  yang kini tinggal merancang covernya. 

Banyak daun mangga berjatuhan tertiup angin kencang  maka pagi itu aku sapu, kotoran daun kumasukkan ke karung. Ada beberapa daun yg tidak bisa tersapu karena pangkal tangkai daun terjepit di antara sela batako, maka kuambil menggunakan tangan kanan; saat aku membungkuk mengambil daun itulah siku tangan kiriku menyentuh daun Rambutan tingginya kira kira 50cm yang baru tumbuh dari biji yang dibuang begitu saja, tumbuh di bawah pohon mangga. 

Saat menyentuh itu tiba tiba sikuku sakit luar biasa, bagaikan tertusuk benda runcing , aku panik, pasti ulat pikirku karena masa kecilku di tahun 1950 sangat memgenali ulat seperti ulat kedondong yg sangat menakutkan karena bulu bulunya panjang.

Namun setelah menjadi kepompong atau entung malah dicari karena enak bila digoreng, uler geni atau ulat api hitam bercak kuning yang tidak hidup di daun kalau berjalan naik turun punggungnya membuat anak anak merasa miris tetapi tetap saja mengganggu ulat itu, maklum semasa kecil tidak ada mainan seperti saat anak anak jaman sekarang. Tetapi kali ini sakit luar biasa, bukan rasa gatal seperti terena ulat pada umumnya.

Kulihat ulat hijau kecil lagi makan daun rambutan, segera aku masuk rumah mencari minyak penawar bisa bulu bulu ulat. Sambil berteriak memberitahukan isteri kalau aku terkena ulat bulu, bahkan isteriku mengingatkan agar berhati hati akan bisa ulat sambil menonton TV.

Kutemukan Obat Arak Gosok pemberian tetangga orang Cina sebelah kanan rumah beberapa bulan lalu, kemudian aku tuang ke telapak tangan kusapukan di bagian siku kiri. Rasa panas menjalar pada rasa sakit yg luar biasa pada sikuku, kini yang terasa panas dan sakit karena bisa ulat plus sapuan arak menjadi satu. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Seiring dengan berkurangnya rasa panas arak, rasa sakit juga agak berkurang dan berangsur angsur sembuh. Sedikit lega, namun selang beberapa saat aku terkejut merasakan apa yg terjadi, sepanjang lengan kiriku mati rasa tidak bisa digerakkan dan tidak merasakan memilki lengan, tetapi aku tetap bersih-bersih meneruskan sampai selesai sambil menunggu pulihnya lengan kiri. 

Setelah kira kira 30 menit lengan kiri kembali dapat kugerakkan dan tidak mati rasa lagi, ke 2 ulat kemudian aku matikan dg mengadu dengan dua sandal. Matilah kedua ulat itu. 

Tetapi aku masih khawatir terhadap lengan kiriku walau sudah mampu kugerakkan lagi; dapat sembuh kemungkinan tubuhku memiliki daya tahan terhadap bisa ulat karena semasa kanak kanak sampai remaja seringnya terkena bulu ulat, bulu bambu, bulu tebu yang hanya ditangkal dengan rambut dengan digosok gosokkan kepala kita sambil berdendang "glugut glugut dadiya dadiya rambut" maksudnya menyuruh bulu bulu bambu atau bulu tebu agar menjadi rambut.

Belum lagi disengat tawon madu sudah biasa, disengat kumbang pula. Namun saat terkena ulat ini aku sudah tidak ingat lagi untuk menggosok gosokkan dengan rambut kepala karena sakit yang luar biasa. Sengatan kumbang aku tulis dalam novel Tiga Sekawan Tak Terpatahkan. 

Lagi pula aku kan hanya menyentuh daun sehingga ulat tidak banyak mengeluarkan racun, anggapan demikian sesungguhnya hanya untuk tidak gelisah.

12 Jan 2018, Jumat isteri mengeluh badannya tak bertenaga,  kepalanya pusing, walau  tengah hari masih mampu membeli lauk ke Warung Padang dan ketika kutanya kok kuat berjalan tadi, isteri menjawab ya dikuat kuatkan sambil tidur lagi, dan kutawarkan masuk RSUD dekat rumah saja. 

Isteri menjawab tidak usah paling besuk sembuh. Mungkin isteti terlalu sering badannya panas sehabis minum air dengan ditambah es batu, tetapi beberapa saat kemudian panas turun. Tetapi kali ini isteri juga kurang enak badan karena gangguan pencernaan akibat konsumsi makanan terlalu pedas.

Sabtu, 13 Jan 2018  isteri bilang, mas aku sudah tidak kuat lagi, sementara tangan kanan tidak mampu digerakkan, panas tubuh tidak seperti biasanya, kali ini lebih panas. Mendengar ini tentu aku panik,  strook pikirku. Sejak 14 Oktober 1974 setelah melahirkan anak kedua, isteri tidak pernah masuk RS, sekarang mengatakan tidak kuat bertahan, tetapi masih menyuruhku ke masjid untuk sholat lohor.

Sepulang sholat lhohor,  jam 13.00 baru aku antar ke RSUD Kembangan, 300 mtr dari rumah. Turun dari mobil dibantu security ke UGD,  smtr aku mendaftar ke admin dengan membayar 35.000 ke kasir, mengisi formulir mengenai biaya, yaitu biaya mandiri, aku sengaja ingin membayar sendiri.

Kemudian aku ditanya oleh admin apa isteri memiliki BPJS, aku jawab kalau isteri tidak memiliki BPJS tetapi memiliki KJS,  Kartu Jakarta Sehat. KJS ini diterbitkan ketika Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI yang membebaskan penduduk DKI dari biaya berobat ketika sakit; sebelum terbitnya BPJS. 

Kemudiab uangku 35.000 dikembalikan dengan catatan aku diminta menyerakan copy KTP dan KJS milik isteri yang sengaja tidak aku bawa karena kalau dengan KJS konon harus meminta rujukan dulu ke Pukesmas, ini yang aku enggan mengingat isteri keadaannya sudah sangat mengkhawatirkan, ditambah lagi hari Sabtu siang tentu Pukesmas sudah tutup pikirku,  lagi pula sesumgguhnya aku belum tahu dimana alamat kepindahan Pukesmas Kembangan yang baru sesudah pindah dari Jalan Saba.

Ternyata isteri harus opname, dan akan dilakukan pemeriksaan Laboratorium, Ronsen dan Injeksi untuk menurunkan panas tubuh 39,5°C. Aku menunggu di luar,  sementara isteri dirawat di kamar UGD sekian lamanya semakin gelisah, strook sudah kebayang di depan mata. Jam 17.00 aku bersama anak dan cucu perempuanku dipanggil oleh dokter, dijelaskan dengan sangat rinci dari hasil lab dan ronsen. 

Dokter muda nan cantik menjelaskan hasil ronsen dengan sinar khusus dan hasil lab yg intinya sbb:

  1. Sel darah putih, leucosit meningkat 2½ x krn ada infeksi.
  2. Kadar Gula Darah meninggi 232,  seharusnya dibawah 200.
  3. Paru paru kurang bersih ada titik titik flek tentu sudah berlangsung lama akibat terpapar asap rokok.
  4. Jantung membengkak. Ini tidak mungkin terjadi tiba tiba, pasti sudah lama.
  5. Garam Elektolit menurun,  akibatnya tubuh lemas.
  6. Tangan kanan tidak bisa digerakkan, tetapi hasil ronsen tidak menunjuklan adanya gangguan.

Sesudah memperikan penjelasan secara detil menurut kemampuannya yang seumur umur baru sekarang dokter mau menjelaskan secara detil dan memberikan kesempatan utk bertanya. Kemudian aku ajukan beberapa pertanyaan:

  • Melihat leucosit dmkn tingginya krn infeksi, dari mana infeksi tersebut,  dokter agak kebingungan karena memang tak ada yg terluka dan tidak ada yang sakit, hanya panas tubuh yg meninggi disertai lemas. Krn itu perlu observasi lebih lanjut.
  • Kalau GD tinggi aku tidak menanyakan karena isteri beberapa hari belakangan minum es manis, makan buah rambutan dan sarapan bubur ayam hampir tiap hari.
  • Paru paru aku juga tak menanyakan kenapa, karena dirumah tak ada perokok, tidak membuat aku risau.
  • Jantung bengkak atau membesar, terus aku tanyakan, logikanya kalau jantung membesar tentu akan menekan paru2 pasti nafasnya sesak, tetapi isteti tidak pernah mengeluh nafasnya sesak. 

Juga bilang dokter jantung membesar akibat TD tinggi, nyatanya TD isteri normal 120/80 dari dulu. Dokter juga heran bagaimana bisa terjadi. Ini akan dikonsultasikan dengan dokter ahli jantung.

  • Garam elektrolit menurun ini yang menyebabkan tubuh lemas, aku tidak bertanya karena sudah dilakukan infus
  • Tangan tidak bisa digerakkan, tetapi hasil ronsen tidak ada kelainan. Ini akan konsultadi dengan dokter Internist.

Akhirnya isteri masuk kamar jam 23.00 dalam keadaan kurang sadar,  aku nunggu hampir 8 jam tentu sangat kelah. Isteri dikasih oksigen dan infus utk menambah garam elektrolit dan utk melawan infeksi. 

Kemudian aku pulang utk rehat dengan pikiran yg tak menentu, penuh tanda tanya, isteri yang fisiknya demikian kuat harus terkapar karena panas tubuh yang tinggi, padahal dua hari lalu masih mengingatkan bahayanya ulat bulu sambil menonton TV. Itulah peribahasa mujur tak dapat diraih, malangpun tak dapat ditolak.

Bisa dibayangkan, Alhamdulillahisteri hampir 43 tahun tak pernah sakit dalam arti masuk RS opnam sekarang keadaannya mengkhawatirkan. Tentu aku panik.

Minggu 14/1/2018 setiap pulang dari mesjid aku selalu mampir bezuk di RSUD karena letak masjid bersebelahan dengan RSUD Kembangan. Keadaan isteri masih blm ada perubahan hanya suhu tubuh sdh normal kembali, rasa mual krn pengaruh antibiotika utk mengatasi infeksi yang blm ketahuan dari mana datangnya.

Senin 15/1/2017, sepulang dari sholat subuh aku bezuk isteri, yang kini sudah dapat mengeluh merasakan sakit pada siku tangan kanan. Saat aku lihat di sekitar siku kanan bengkaj dan bercak merah kalau diraba sakit, kemudian aku bilang sama isteri, bercak merah dan  bengkak ini sepertinya terkena ulat. 

Pasti ulat bulu daun rambutan di bawah pohon mangga mungkin di hari kamis atau jumat pagi saat membuang sampah sebelum diangkut oleh petugas sampah. Mungkin isteri tak menyadari saat terkena ulat itu, karena tak mengenali bagaimana rasanya terkena bulu ulat dan saat itu badan rasa kurang enak karena gangguan makanan pedas.

Menurutku ini yang menyebabkan tangan tak dapat digerakkan alias lumpuh, menjalar ke jantung dan menyebabkan infeksi sehingga leucosit naik tinggi sekali, 2,5 kali.

Jadi jantung bengkak tentu baru saja karena daya tahan tubuh lemah terhadap bisa ulat bulu, kalau bengkak lama tentu isteri tidak mampu membawa beras dua bungkus @5 kg dari pasar sampai ke jalan aku parkir dan tentu nafas tersengal tetapi isteri biasa saja, karena isteri memiliki tulang besar. 

Sayang saat itu aku tidak membawa handphone utk mengambil gambar bengkaknya siku kanan.

Menjelang tengah hari aku cari ulat kalau kalau masih ada yg tersisa. Ternyata ulat masih tersisa 2 yang lagi makan daun, maka aku ambil gambarnya bila kuperlukan nanti.

Sepulang dari sholat lohor aku bezuk isteri dan kuberitahukan tentang ulat itu. Juga aku sampaikan analisaku kepada perawat serta kutunjukkan gambar ulat bulu hijau yg berhasil aku foto.

Sorenya kutunjukkan gambar ulat itu kepada anakku, malam harinya tanpa sepengetahuanku dua daun bersama ulat digunting kemudian dibakar dan diberikan kepada semut hitam besar yang disebut copet yang juga berbisa kalau menggigit bila terganggu.

Selasa 16 Jan 2018, dokter baru berkunjung melihat lengan isteri, kemudian isteri bilang kalau bengkak itu kemungkinan terkena ulat bulu. Sorenya dikasih salep utk dioleskan, Rabu pagi tangan baru dapat digerakkan namun hanya sampai 90°, belum maximal, tetapi aku sudah lega.

Selama dirawat di RS tiap malam hari sesudah Sholat Ishak aku membawa termos untuk merebus air Denpo kapasitas 6 liter guna memandikan isteri, 2 ember lebih dari cukup, maklum tangan kanan masih ada infus. Tujuannya agar badsn segar cepat sembuh.

Rasanya menjalani opname sudah cukup, isteri ingin pulang, tetapi dokter belum memberi ijin. Baru pada tanggal 22 Januari 2018 isteri diperbolehkan pulang setelah aku menandatangani segala sesuatunya utk keperluan BPJS.

Setelah diperbolehkan pulang dengan dibekali beberapa macam obat, tentu saja pikiranku penuh berandai andai.

Seandainya saja saat itu isteri mengatakan lengan kanannya mati rasa bukan lumpuh tak dapat digerakkan tentu aku cepat berprasangka pasti terkena ulat bulu seperti yang sudah kurasakan. Mati rasa menurutku lumpuh tidak dapat digerakkan tetapi juga merasakan tidak merasa memiliki lengan.

Saat aku tulus ini per 17 Feb 2018, isteri sdh dapat datang di pengajian dan arisan lansia walau tangan kanan masih blm dapat bergerak maximal dan kedua lutut serasa ada gangguan. 

Berjalan tidak seperti biasanya sebelum sakit, berjalan diterik matahari seperti yang aku ajarkan agar tubuh terbiasa dengan sinar matahari siang sambil membaya payung tertutup berjaga kaga kalau hujan belum dapat dilakukan, maklum masa recovery perlu waktu.

Bersama ini pula aku mengucapkan terima kasih kepada RSUD Kembangan, para dokter dan para perawat yang ramah ramah yang telah merawat isteriku selama sakit.

Demikian pengalaman kami suami isteri yg merasakan betapa dasyatnya bisa atau racun ulat daun rambutan yg hampir saja merenggut nyawa sang isteri kalsu saja terlambat membawa ke RS.

Semoga pengalaman ini menambah wawasan anda pembaca setia

Kompasiana. Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun