Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dakon Sang Lorong Waktu, a Time Tunnel 20

28 Februari 2017   20:58 Diperbarui: 1 Maret 2017   06:00 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tidak berapa lama bayangan seseorang telah berlalu dengan tergesa gesamasuk kedalam pendopo akuwuan, menuju tempat peraduan tanpa kesulitan. Tanpajerit dan tangis karena tuah dari keris itu sang Akuwu Tunggul Ametung tewasdengan keris menancap di dada. Jerit dan tangis Ken Dedes memberikan tanda seisi pendopo geger melihat terbunuhnya sang Akuwu serta melihat keris yang masih menancap di dada adalah keris yang siang tadi dipamerkan kesana kemarioleh pemiliknya, si Kebo Ijo. Tanpa ampun malam itu juga atas perintah Ken Angrok sebagai pengawal sang Akuwu yang terpercaya, memerintahkan dengan segera agar Kebo Ijo ditangkap dan dibawa ke Akuwon Tumapel untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Dalam keadaan masih setengah mabuk Kebo Ijo ditangkap dan digiring ke Akuwon Tumapel tanpa mengetahui kesalahannya, tanpa ditanya bu bi bu Kebo Ijo langsung ditusuk perutnya oleh Ken Angrok, maka tewaslah si Kebo Ijo yang memiliki kegemaran tukang pamer dan suka mabuk mabukan.

Malam itu juga seisi Akuwonan Tumapel disibukkan oleh mangkatnya sang Akuwu Tumapel Tunggul Ametung, kesempatan ini dapat mempertemukan ketiga mahasiswa dan seekor lutung untuk bisa saling bertemu tanpa ada pengawasan.

Walau pertemuan hanya sesaat namun memiliki makna yang dalam bagi mereka, mereka bisa berbincang bahwa ternyata Ken Angrok sangat mirip 99,99% dengan dosen mata kuliah Akutansi DR. Santoso Brotoadmodjo MBA, bedanya hanya terletak pada cambang yang sudah dicukur saja, kumis yang menjadi keperkasaannya masih ada.

Segera Danu Subroto memberi kode kepada Jose Eko dan Boy Gatot bersama lutung agar mendekat, sembari berkata :” Usahakan kita bisa bertemu agar Sunaringsasi dapat memainkan gilirannya di depan Ken Angrok. Jose kini giliranmu agar hanya kita bertiga yang tidak percaya kalau pelakunya adalah SI Kebo Ijo, jalankan rolemu melalui paman Joyo Kuntet.” Mereka pada mengangguk termasuk lutung tanda setuju, kemudian terus membubarkan diri.

Esuk harinya segera Ken Angrok mengangkat dirinya sendiri menjadi Akuwu Tumapel menggantikan Akuwu Tunggul Ametung yang terbunuh dan beberapa hari kemudian setelah pemakaman Tunggul Ametung, Ken Angrok mengawini Ken Dedes dan mengangkat dirinya sebagai Raja Tumapel yang kelak akan dikenal dengan nama Kerajaan Singosari.

Tidak seorangpun rakyat yang menyangka pembunuh Tunggul Ametung selain Kebo Ijo pemilik keris yang beberapa hari belakangan ini memamerkan kepada khalayak Tumapel sehingga keris itu merupakan bukti yang jelas siapa pelakunya, pemikiran yang sangat sederhana hanya berdasarkan barang bukti.

Sambil tetap membentuk tanaman perdu menjadi angsa, Jose Eko :” Paman Joyo Kuntet, apakah paman dapat membaca situasi siapa pembunuh sebenarnya
sang akuwu?”

Ki Rekso Taman :” Adi Jose sepertinya tidak ada kata lain selain Kebo Ijo pemilik keris yang tiap hari memamerkan kerisnya kesana kemari sambil mabuk dan berbicara tidak karuan.”

Jose Eko :” Paman mampukah seorang pemabuk melakukan pembunuhan ketika seluruh tenaganya tidak berdaya? Ada seseorang yang memanfaatkan keadaan tersebut paman, seperti apa yang aku katakan kemarin, ada yang menunggangi.”

Ki Rekso Taman :” Benar juga adi Jose apa yang kamu utarakan, pada mulanya aku juga berpikiran begitu, tetapi siapa?”

Jose Eko :” Gampang ditebak kok paman, gak usah jauh jauh berpikir, pikiran
sederhana saja mampu menemukan jawabnya siapa. Paman Joyo Kuntet tahu siapa
yang membunuh Si Kebo Ijo?”

Ki Rekso Taman :” Ya tahulah, siapa lagi kalau bukan pengawal setia Akuwu Tunggul Ametung, Ken Angrok. Masak dia sih adi Jose?”

Jose Eko :” Paman ketika Kebo Ijo diseret di Akuwon Tumapel dalam keadaan teler, lemas tak berdaya, mampukah dia melakukan pembunuhan melewati penjagaan yang ketat. Tidak pernah diadili atau ditanya langsung ditusuk perutnya oleh Ken Angrok, itulah paman yang melakukan pembunuhan, langsung ditusuk untuk menghilangkan jejaknya. Memberikan kesan kepada seluruh penduduk Tumapel bahwa pembunuhnya sudah diadili, hutang nyawa dibayar dengan nyawa. Pemilik keris sesungguhnya bukan Kebo Ijo, dia hanya dipinjami, Kebo Ijo hanya dijadikan kambing hitam, artinya Kebo Ijo adalah biang keladinya atau pelakunya.” 

Ki Rekso Taman :” Uraianmu bagus adi Jose, aku tidak pernah berpikiran demikian, mungkin juga rakyat Tumapel berpikiran sepertia aku, pelakunya sudah diadili, selesai.”

Jose Eko :” Benar paman, pemikiran yang sangat sederhana. Paman masih setia dengan pekerjaan sebagai Rekso Taman ini?"

Ki Rekso Taman :” Masih, ada apa adi Jose?”

Jose Eko :” Kalau paman Joyo Kuntet masih menyayangi pekerjaan ini paman harus mampu bersandiwara untuk membeci dan memfitnahku paman. Karena sebentar lagi tentu orang terdekat atau orang kepercayaan Tunggul Ametung disapu bersih oleh penggantinya, Ken Angrok. Kalau paman dekat denganku pasti paman akan kehilangan pekerjaan bahkan bisa terbunuh, maka jalan satu satunya bila paman ditanya oleh penguasa baru atau kaki tangannya, katakan bahwa Jose Eko tidak percaya pembunuh sang Akuwu adalah Kebo Ijo. Biar kami bertiga semua ditangkap paman.”

Ki Rekso Taman :” Aku tidak bisa melakukan fitnah keji itu adi Jose, fitnah adalah lebih kejam dari pembunuhan.”

Joese Eko :” Paman harus bisa demi menghidupi keluarga paman, kalau paman tidak mampu berarti paman tidak sayang dengan keluarga, bahkan paman bisa dihukum, paman harus mendukung akuwu yang baru walau hati paman berat, lama lama dapat menyesuaikan. Paman harus sadar kami berempat serta seekor lutung yang sangat dipercaya sang Akuwu bukan orang Tumapel, kami hanya ingin
menyaksikan jalannya sejarah sesuai dengan yang tertulis di Kekawin Pararaton
paman.”

Ki Rekso Taman berkata sembari matanya berkaca kaca :” Adi Jose aku tidak sampai hati berbuat demikian, biarlah aku terbunuh asalkan aku tidak memfitnah.”

Jose Eko :” Fitnah atas permintaanku paman, paman memiliki anak anak yang masih kecil, jangan dibiarkan anak anak menjadi yatim, mereka masih memerlukan orang tua. Paman hanya mengatakan aku mendukung pemerintahan yang baru, mereka bertiga adalah orang yang tidak mau mengakui si Kebo Ijo pelakunya. Itu saja paman. Tanpa paman mengatakan itu kami bertiga tidak akan bertemu, kami siap menghadapi resikonya paman.”

Beberapa saat kemudian kedua orang itu terdiam, Jose masih saja asyik membentuk tanaman perdu menjadi seekor angsa, sementara Joyo Kuntet asyik
mengambil rerumputan agar tidak menyebar kesana kemari, Beberapa saat kemudian ketika matahari beberapa tonggak naik seluruh rakyat, punggawa akuwonan dan para prajurit dikumpulkan di depan Akuwonan Tumapel untuk mendengarkan penjelasan sang Akuwu Baru Ken Angrok dan sekaligus Ken Angrok memberi penjelasan bahwa dirinya adalah Raja Tumapelbukan lagi Akuwu Tumapel, tidak lagi menjadi bawahan Kerajaan Kadiri yang lemah. Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun