Mulanya sebelum 15 Maret 2014, blm pernah aku melepas kaos dalam yang memang pakaian wajibku sejak kanak kanak, kecuali saat mandi. Kenapa? Bila melepas kaos itu beberapa menit saja pasti sore hari pada hari yang sama aku masuk angin dan sulitnya lagi tidak sembuh kalau tidak kerikan.
Anehnya sehabis olah ragapun kalau melepas kaos singlet itu juga masuk angin di hari yg sama. Masuk angin itu kalau datang pada hari yang sama aku tanggap, tetapi kalau masuk angin karena sebab lain aku tidak mengerti ini yang membahayakan diriku, sembuh agak lama dan sangat menyiksa.
Padahal ketika aku mendapat pelajaran Kesehatan sewaktu SMA klas II 1963, menurut guruku ilmu kedokteran tidak mengenal masuk angin itu. Tetapi masuk ingin disebabkan oleh panas tubuh yang tidak merata. Oleh karena itu saat aku tidur tidak pernah berselimut agar suhu tubuh merata.
Klimaknya ketika aku ke bank, harus berjalan dulu ke depan sejauh 700 meteran guna seterusnya naik mikrolet yg jauhnya tidak seberapa, lebih jauh aku berjalan kaki mencarinya. Dalam perjalanan itulah aku terterpa cahaya matahari jam 10-an yg sangat panas. Aku sdh memakai topi untuk melindungi kepalaku dari sengatan langsung cahaya matahari, takut kalau cahaya itu menerpa kepalaku tanpa topi, esuk atau lusa akan vertigo, seperti kejadian2 sebelumnya.
Seberapa penting mengenali sakit diri sendiri. Bagiku sangat penting agar solusinya mudah tidak harus ke dokter. Pernah aku vertigo segera mengetahui penyebabnya karena setiap sakit pasti aku menganalisis apa saja aktivitas yang aku lakukan paling tidak 12 jam - 24 jam sebelum vertigo. Aktivitas yang sangat terkait dengan kepala. Ketemu, bahwa kemarin aku mengikuti seminar business UFO di tahun 2007an di salah satu hotel di Jakarta Pusat, aku duduk tepat dibawah AC dari jam 8.00 spi 18.00. Karena aku tahu penyebabnya maka aku tidak gelisah mencari solusinya. Aku harus cepat sembuh karena sore hari aku harus mengikuti pertandingan bowling di Plaza Senayan.
Seperti yang sudah sudah obatnya hanya ember agar nanti saat muntah bagian muka aku masukkan ember agar muntah tidak tercecer. Tetapi muntah harus dicari saat yang paling tepat, yaitu saat vertigo atau putaran pandangan terhadap suatu titik cepat sekali, pasti terjadi mual dan muntahlah aku. Jangan terjadi putaran kayak naik dermolen di dunia fantasi itu, sudah muntah, tubuh lemas belum tentu sembuh. Vertigo sungguh tidak enak setiap kita menggerakkan kepala dunia rasa berputar, mencari saat yang tepat utk muntah juga sangat perhitungan. Hasilnya vertigo sembuh dalam hitungan jam.
Muntahlah aku tepat jam 12.00, lega hatiku, pelan pelan tapi pasti, aku buat bersenandung untuk melupakan vertigo sambil beraktivitas. Tepat tam 15.00 aku setir sendiri ke Plaza Senayan guna mengikuti pertandingan bowling. Menurut hematku yang menyebabkan vertigo thd diriku saat umurku diatas 50 tahun adalah:
• Benturan terhadap kepala betapapun ringannya, misalnya anak berumur 1-2 tahun pasti senang menggosok gosokkan kepanya ke kepala kita saat bercengkerama, lama lama terjadi benturan ringan.
• Mandi dengan shower air panas kemudian berganti dengan air dingin dengan membahasahi kepala, atau sebaliknya dari air panas ke air dingin.
• Terkena hujan gerimis yang tidak membasahi tubuh, biasanya pada kepala. Kalau hal ini terjadi sebaiknya bagian kepala langsung disiram dengan air dingin sekalian.
• Terpaan cahaya matahari langsung beberapa menit saja mengenai kepala tanpa tutup kepala. Kalau aku dalam hitungan detik, bukan menit.
Nah kembali kepada aktivitasku ke bank tadi, sepulang dari bank jam 13an, sesampainya dirumah badanku mriyang panas sekali. Rasa terbakar, Dehidrasi. Perlu 3 hari utk mengembalikan kondisi normal dengan minum garam Oralit. Aku sadar bahwa selama ini aku jarang sekali tertepa cahaya matahari.
Setelah sembuh baru aku berpikir bagaimana mengembalikan kondisi tubuhku tahan terhadap terpaan cahaya matahari, sementara umur bertambah sudah tidak muda lagi. Itulah kenyataan dalam hidup yg menjadi tantanganku.
Kenapa MATAHARI aku tulis dengan huruf kapital? Karena matahari adalah sumber kehidupan. Tiada mahkluk di planet bumi ini yang bisa hidup dengan tanpa sinar matahari. Karena itu aku ingin manfaatkan sinarnya guna hidup lebih sehat.
Sejak 15 Maret 2014 itulah agar menjadi wajib tiap hari bersamaan waktu sholat lohor dan ashar aku berjalan diterik matahari ke masjid kurang lebih kira 400 meter dari rumah, sementara pulang mengambil jalan memutar kurang lebih 600 meteran. Pada mulanya badan basah oleh keringat, panas. Sebelum masuk rumah kubiarkan dingin dulu tubuhku dengan berteduh dibawah pohon mangga yg kutanam 27 tahun lalu. Sengaja kutanam guna menyerap panasnya matahari dan ketersediaan Oxigen gratis. Satu hari dua hari badan masih rasa panas terbakar matahari tetapi tidak mengalami dehidrasi karena terpaan matahari itu kira2 hanya 10 menit saja, terputus karena sholat. Berjalan seminggu dengan terpaksa aku melepas baju, kaos oblong dan kaos singlet saking panasnya. Demikian berulang ulang.
Apa yang aku takutkan masuk angin karena bertelanjang dada itu tidak terjadi. Juga bila terterpa sinar matahari langsung tanpa penutup kepala sudah tidak vertigo lagi. Hatiku berbunga bunga, masuk angin sekaligus vertigo bisa aku atasi, alhamdulillah, aku bersujud mengucap syukur. Lama lama aku mampu bertelanjang dada sampai 2 jam dan sebelum 6 bulan terterpa sinar matahari siang aku mampu bertelanjang dada selama 6 jam, alhamdulillah, dengan tidak lupa aku menyebut nama-Nya.
Setelah 6 bulan berjalan dengan terpaan matahari hampir 20 menit dan kadang kadang masih aku tambah 10 menit dengan bertelanjang dada dan tanpa tutup kepala, berjemur diatas dag, aku merasakan diriku labih sehat, tidak nampak perubahan warna pada kulit. Kejadian selama 6 bulan itu membuat aku penasaran, maka aku mencari artikel dengan browsing di internet kalau kalau ada yang menyebutkan cahaya matahari siang hari tidak membahayakan bagi manusia.
Pucuk dicinta ulampun tiba, kutemukan artikel berbunyi demikian:
Media massa dan sekolah kedokteran mengajarkan kepada Anda bahwa sinar matahari di siang hari adalah tidak baik untuk kesehatan, dan berjemur yang sehat adalah di pagi atau sore hari. Tapi tahukah Anda bahwa penelitian sains holistik modern justru menyatakan hal yang beda? Sains holistik modern menyatakan bahwa sinar matahari yang baik untuk kesehatan adalah di siang hari dan justru sinar matahari di pagi dan sore harilah yang tidak baik untuk kesehatan!Â
[caption caption="Matahari"][/caption]
Sinar matahari atau ultraviolet terbagi menjadi 3 macam, yaitu UVA (ultraviolet A), UVB (ultraviolet B), dan UVC (ultraviolet C). Tapi yang paling utama adalah UVA dan UVB. Sinar UVA dan UVC adalah jenis sinar matahari yang bisa menembus kaca dan awan tipis serta merupakan sinar penyebab mutasi sel kanker. UVB adalah jenis sinar matahari yang tidak bisa menembus kaca tapi merupakan sinar yang membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh kita walaupun membuat kulit jadi lebih gelap. Untuk lebih jelasnya silahkan klik URL dibawah ini.
http://yofeisefoy2.blogspot.co.id/2013/01/sinar-matahari-yang-sehat-adalah-siang.html
Nah ternyata sinar matahari yang baik itu adalah di siang hari. Sinar matahari pagi dan sore hari adalah utk menyejukkan dan sinar matahari siang hari adalah utk menyehatkan.
Di saat aku terterpa sinar matahari siang itu tubuh rasa panas sampai sore hari, suhu badan turun ketika aku mandi disore hari menjelang sholat magrib, tentu saja lama kelamaan aku sudah terbiasa. Dan sampai saat ini terpaan sinar matahari siang hari itu sdh kujalani selama 23 bulan tiap hari paling tidak 20 menit sambil berjalan santai sejauh 2 Km, terkecuali kalau hujan.
Kalau dulu sebelum aku baca artikel itu, tiap jalan sajadah aku gunakan untuk menutupi kepala serta dengan baju koko agar kulit tidak menjadi gelap. Tetapi setelah aku baca artikel ini tidak pernah sekalipun kepala aku tutup dengan sajadah dan aku selalu nenggunakan kaos lengan pendek utk menerima terpaan cahaya matahari siang. Akhirnya selama itu pula hanya sekali aku kerikan masuk angin, karena tertidur badan masih berkeringat dan bertelanjang dada sementara AC diset ke suhu 18°C, masuk angin terasa di esuk sore hari setelah tanda2 cekit cekit di dada sebelah kiri, yang membuatku gelisah, jangan2 gejala awal serangan jantung.
Sekarang aku mulai berpikir bagaimana sinar matahari siang bisa membuatku lebih sehat sambil mencari clue atau contoh nyata disekitar kita.
Contoh 1. Kita menjadi penonton di negeri sendiri mana kala orang2 bule itu berjemur di pantai (Kuta misalnya) dengan bertelanjang dada saat siang hari (bukan saat pagi hari), saat panas panasnya sinar matahari, padahal mereka itu bermandi cahaya matahari yang di negeranya tidak memiliki cahaya matahari seperti negara tropis. Kita salah mengartikan.
Contoh 2. Pak Tani bekerja di sawah saat siang hari, saat matahari memancarkan sinarnya yang paling panas. Mereka lebih sehat dari pada kita yang bekerja di kantor yang jarang terkena sinar matahari.
Nah berdasarkan pengalaman itu sekarang sebaiknya anda tidak memiliki alasan kenapa takut dengan cahaya matahari siang yang menyehatkan. Silahkan mencoba. Salam sehat untuk semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H