Formulasi SDI, pada prinsipnya mencoba mengedepankan prinsip defensive dalam aktivitas mengemudi. Artinya, dengan mempertimbangkan berbagai ancaman yang ada di jalan saat ini, seorang pengemudi justru dituntut bersikap defensive dan bukan sebaliknya, offensive.
Defensive, dalam prakteknya adalah sikap atau perilaku mengemudi yang mengedepankan prinsip menghindari insiden yang lebih sering berakhir dengan accident. Secara sederhana, bisa digambarkan bahwa bila seorang yang bermaksud menyerobot atau memaksa masuk ke lajur Anda, maka langkah pertama yang Anda harus pikirkan adalah bahwa lajur itu memang bukan milik Anda sendiri. Dengan pemikiran seperti itu, Anda dengan mudah memberi kesempatan atau waktu kepada pengemudi yang menyerobot dimaksud untuk menggunakan lajur Anda.
Apakah Anda lantas merugi dengan sikap mengalah itu, padahal Anda merasa di lajur yang benar dan bisa saja terus merangsek menghalangi si penyerobot? Jawabannya, Anda justru jauh lebih merugi bila keinginan mempertahankan prinsip ‘saya benar’ itu Anda lakukan dan berakhir dengan insiden atau bahkan accident. Selain kerusakan property berupa mobil yang ringsek, Anda juga akan kehilangan waktu dengan sia-sia. Bahkan lebih jauh lagi, Anda kemungkinan terlibat konfrontasi fisik.
Sebaliknya, dengan memberi jalan kepada si penyerobot, Anda mungkin hanya akan kehilangan waktu 1 detik. Waktu yang singkat ini, sangat tidak berarti dibandingkan dengan sisa 86.399 detik yang masih Anda miliki dalam sehari. Kesimpulannya, prinsip benar atau salah itu harus dijauhkan dari aktivitas di jalan. Sebaliknya, mulailah dengan paradigma bahwa setiap yang insiden di jalan, maka pihak yang terlibat akan merugi. Be smart before you drive.
salam,
@karman_mustamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H