"Iyah sih, dirumah juga udah gak ada siapapun, aku cuman sendirian, tapi yah om bukan perubahan itu loh, perubahan drastis yang membuat kita kaya bummmmmm jadi orang lain dalam sekejap." Sanggahku padanya dengan Gerakan tangan seolah ada sesuatu yang meledak.
"Kata mamahmu saja, hidup itu adalah sekumpulan perbaikan, kamu gak bisa berubah dengan hanya satu perbaikan, kerusakan yang timbul karena ditinggalkan memang besar, seperti sebuah rumah yang tekena gempa, tapi rumah terkena gempapun tidak semuanya membutuhkan perbaikan extream karena kerusakannya tidak selalu sama. Mungkin rumah yang dibangun oleh mamahmu, yaitu kamu keluarganya satu-satunya itu adalah sebuah rumah tahan gempa, jadi meski kerusakan rumah lain akibat gempa sangat dasyat kerusakan yang kamu alami tidak begitu dasyat, jadi yah gak berubah banyak." Dia kembali menatap mataku, seolah berkata sok kuat banget jadi anak kecil, mentang-mentang udah beres persiapan mamahnya.
Asumsiku pada Om Prans memang sedikit aga negative soal maksud sebenarnya, karena dia memang sebenaranya berkata seprontal yang aku jelaskan. Dia hanya menempatkan pada siapa dia berbicara, pembicarannya dengan mamah tidak sesopan perbicaranya denganku, mereka sering kali mengucapkan kata-kata yang sebenaranya jika tidak saling mengenal akan saling menyakiti.
Aku kembali terdiam memikirkan apa yang Om Prans katakana, seolah benar tapi aku belum menangkap maknannya. Setelah diam cukup lama aku menyadari satu hal, mamah adalah seseorang dengan pendokumentasian yang sangat mutakhir, dia menuliskan semuanya, bahkan ada buku harian yang seolah ditulis olehku, dia menulis semua yang terjadi padaku, semua obrolan kamu, semua hal penting yang terjadi, mengelompoknya dalam sebuah folder yang diberi nama dengan namaku.
Begitupun perjalanannya dia menuliskan semuanya, merekam semuanya dan menyimpanya dalam area pribadi di youtube, sebagai server yang tidak akan kehilangan data dengan mudah, kemudian dia juga menyiapkan semua keuanganku, membuka bisnis yang sudah tak perlu aku awasi dan menginfestasikan banyak uang dalam reksadana dan emas.
Aku memang kehilangan dirinya dalam bentuk tubuh seorang manusia, tapi ceritanya, pemikiranya bahkan tanggung jawabnya tidak hilang. Ini adalah sebuah perbaikan yang dia lalukan setiap hari untuk mempersiapan rumah tahan gempa, mungkin karena terlahir dari keluarga dengan harapan hidup cukup rendahlah yang membuat dia memutuskan melakukan semua ini.
Perubahan besar memang terjadi pada diriku, aku harus mulai melakukan perbaikan kecil untuk masih bisa tetap hidup di dunia ini, aku mulai berbicara dengan Om Prans untuk menanyakan pertanyaan yang biasa aku tanyakan pada mamah, aku mulai  berbicara dengan para penanggung jawab bisnis untuk mengetahui sampai mana dan bagaimana bisnis berkembang, aku mulai belajar cara berinvestasi dan satu lagi aku mulai belajar caranya mendokumentasikan momen, meskipun saat ini belum ada keluarga yang akan mencariku saat aku pergi.
Aku mulai berpikir untuk hidup, aku juga mulai berpikir untuk melakukan perbaikan. Perbaikan yang membawaku pada sebuah ketenangan karena bahagia adalah sesuatu yang sangat samar, tapi ketenangan hidup adalah sesuatu yang cukup jelas untuk diperjuangkan.
Tidak ada tanggapan atau pertanyaan kembali setelah jawaban Om Prans, aku kembali meminum kopi yang diikuti oleh Om Prans, kami menutup pembicaraan dengan sebuah tradisi yang biasa dilakukan bersama mamah, diakhir dengan diam dan kopi yang habis, setelah kopi dan diam cukup aku berpamitan pada Om Prans karena hari minggu cukup cepat berlalu, aku harus bekerja senin paginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H