Mohon tunggu...
karlina oktaviyana
karlina oktaviyana Mohon Tunggu... Teknisi - Teknis Kalibrasi

Saya suka bercerita dan berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Usaha Berubah

3 Juli 2023   20:52 Diperbarui: 3 Juli 2023   20:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa hal dalam hidup memang perlu diperbaiki, karena sejatinya menjalani hidup berarti melakukan perbaikan kecil yang terus menerus, entah perbaikan karena rusak atau memang sedang ingin memodifikasi. Kalau kata mamahku sih gitu, tapi gua belum menyadarinya waktu dia masih ada, kaya apaan sih, pandangan hidup yang aneh, hidup itu yang sekumpulan waktu yang dilewati entah dengan penyesalah atau dengan kebanggaan.

Akan tetapi suatu waktu aku bertemu denganOm Prans, dia kawan mamah waktu masih kerja di Bandung, katanya sih sempet suka sama mamah, tapi mamahnya malah nikah sama papa. Kalau kata orang mah telat mengungkapkan berujung merelakan, begitulah kisah Om Prans dengan percintaanya.

Semenjak tahu Om Prans pernah suka, mamah pernah bilang "kenapa dulu gak gercep bilang sih, gua udah terlanjur nerima lamaran, lu baru bilang kalau suka sama gua, lu pikir gua gak nyesek apa?" ucap mamahku pada Om Prans di suatu sore di atap rumah kami, karena yah mamah juga tahunya bukan dari Om Prans tapi tari teman mereka Diana.

Sekelumit kisah yang jika mungkin terjadi mungkin aku tidak lahir kedunia ini, tapi jika lahir dan jadi anak mereka berdua , sepertinya aku belum sanggup, karena akan banyak mata yang memandang dan membandingkanku dengan pencapaianku dengan percapain mereka berdua.

Oke kembali ke obrolan ku dengan cinta tak sampainya mamah, yang sebenernya sampai sih, orang suka sama suka cuman gak bilang aja. Obrolan kami sore itu tentang berubah, kami ngobrol gak sampai direkam karena kalau direkam ada sebuah kewajiban untuk membagikan, lah orang ada dokumentasinya masa dipendem sendiri, begitu pikirku.

Obrolan dibuka dengan pertanyaan kabar dan segelas kopi yang disuguhkan Om Prans untukku, aku menyesap kopi yang sebenarnya masih panas, tapi setelah panas tuh selalu ada dingin jika berbicara tentang kopi yang diminum, mungkin para penikmat kopi lebih mengetahuinya.

"Kenapa pertanyaanya gak bilang, kamu udah besar yah, padahal dulu ketemu om masih kecil banget, atau ih sekarang kamu kurusan padahal dulu gendut." Ucapku pada Om Prans yang masih sibuk dengan kopi yang ditanganya.

"Karena itu adalah sebuah pertanyaan yang bisa dicari pertanyanya bukan cuman lewat bertanya, apalagi sekarang sudah banyak anak muda yang berpikir basa basi seperti itu terkadang menyakitkan, aku hanya ikuti alur saja jika yang ditanya tidak ingin ditanya atau dibahas itu yah aku tanyakan kabar saja, itu pertanyaan paling masuk akan saat bertemu orang kembali setelah sekian lama, kalau kata generasi kalian, karena bukan berbicara tentang keingin tahuan diriku saja tapi tentang apa yang terjadi pada pihak yang ditanya." Jawabnya, aku tak pernah berekpetasi akan dijawab dengan jawaban sepanjang itu untuk pertanyaan yang aku lontarkan, karena kebanyakan orang tua hanya akan menjawab, "Yah mau saja."

"katanya mau nanya soal berubah, apa yang berubah?" tanya nyah dengan Gerakan tangan meletakan kopi seolah percakapan serius akan segera dimulai tanpa distraksi secangkir kopi.

"Kata orang banyak hal yang semestinya berubah ketika sesorang ditinggalkan, aku sendiri merasa semenjak ditinggal  mamah pergi kondisiku gini-gini aja yah om." Sepertinya ini lebih ke pernyataan daripada pertanyaan, karena memang aku merasa tidak ada yang berubah pada diriku.

"Ada kok yang berubah, biasanya kamu ngobrol depan teras rumah atau di baklon sama mamah kamu sambil ngopi kan, sekarang malah jauh-jauh ke Bandung." Jawabnya dengan mata menerawang seolah bertanya, mamahmu pergi bodo, masa itu bukan perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun