Mohon tunggu...
Karlina Diah Indriasari
Karlina Diah Indriasari Mohon Tunggu... -

Karlina a.k.a naken is an island addict. She believes that her truly home is a small island surrounded by sea. It is on the top list of her favorite place where she can find almost everything she needs such as supports, motivations, ideas and dreams. Her loving to it helps her to shape the life she wants and help other to grow the loving she has.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Five Days for Forever, Karimunjawa

10 Juni 2010   15:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:37 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_163813" align="aligncenter" width="500" caption="Photo by Ekaputra Aditya"][/caption] Hari Ke-0 Karimunjawa! Here I come! Semangatku meluap-luap menyambut liburan singkatku ke salah satu titik wisata bahari yang banyak diperbincangkan orang. Betapa tidak, ketika aku pertama kali googling menggunakan kata kunci Karimunjawa, beratus-ratus bahkan ribuan hasil temuan memenuhi layar komputerku. Dari tulisan di berbagai blog hingga website-website resmi yang mendeskripsikan keindahan dan keelokan Karimunjawa, I call it paradise getaway, sungguh menggiurkan. Hasil temuan foto Karimunjawa juga sama menggodanya dengan testimoni-testimoni pelancong yang pernah merambah kesana. Pasir putih, pantai dengan air yang sangat jernih bahkan transparan sehingga dari atas kapal kita dapat melihat ganggang laut dan berbagai spesies ikan yang ada, serta terumbu karang dengan puluhan warna yang berbeda-beda dipercantik dengan ratusan ikan yang meliuk-liuk melintasi terumbu karang. Feel so excited! Semakin aku membayangkan suguhan yang akan kudapatkan di Karimunjawa, aku semakin merasa butuh untuk segera menuju kesana. Menghampiri aktualisasi akan imajinasiku yang bermula dari kekagumanku melalui televisi. Sebelumnya aku hanya bisa terkagum-kagum melihat kecantikan bahari di Indonesia. Setiap acara televisi yang memuat kekayaan bahari Indonesia tidak pernah terlewatkan, bagaimanapun caranya aku selalu menyempatkan diri untuk “screen-holiday”, ungkapan yang berarti melakukan perjalanan melalui televisi. Terdengar sangat unik namun juga memprihatinkan, menyadari ketidakberdayaanku untuk melakukan liburan yang riil. Menyedihkan sekali. But that ‘screen-holiday’ won’t last long, coz in days I will experience my paradise getaway. Aku bertekad. Bukan hanya rasa ingin tahu yang mendasari keputusanku untuk mengunjungi Karimunjawa, namun juga kebutuhan. Kebutuhan akan jalan keluar dari kebuntuan yang akhir-akhir ini muncul dalam hidupku.  Merasa semakin muak dengan segala sesuatu yang ada. Merasa aku tidak mendapatkan ruang dan kebebasan yang cukup untuk berekspresi. Sementara aku butuh dua hal itu untuk terus merasa hidup dan menghasilkan karya, dalam bentuk apapun. Aku hanya punya dua pilihan, pasrah dan menuju kematian suri atau berontak dan hidup kembali. Dua pilihan yang cukup kontradiktif, tentu ketika aku memutuskan untuk pasrah akan keadaan yang ada berarti aku memilih cara paling aman untuk melarikan diri dari situasi yang ada. Entah apakah keputusan itu disebut bijak atau pengecut. Dan ketika aku memutuskan untuk mengambil pilihan kedua yakni berontak dan hidup kembali, besar kemungkinan aku akan bertemu dengan resiko yang cukup besar, bahwa aku akan masuk ke alam liar yang sarat dengan tantangan dan ujian yang cukup menyita daya. Terdengar sangat menakutkan namun juga sangat menarik. Tiap kali aku membayangkan diriku mengambil keputusan kedua, aku mendapati diriku berada dalam suatu fase hidup yang memang aku butuhkan saat ini. Akhirnya aku mampu mendobrak tembok yang selama ini mengukungku dan menikmati sengatan matahari entah setelah berapa lama. Pikiran-pikiran itu selalu berkecamuk dalam otakku, di satu sisi aku memaksa diriku untuk segera mengambil keputusan, namun di sisi lain aku masih merasakan kebimbangan. Mungkin keadaan di ambang batas itu yang semakin membuatku merasa harus pergi ke Karimunjawa, berharap aku sejenak bisa melepaskan diri dari cengkeraman dua pilihan tersebut dan sekembalinya dari Karimunjawa daya pikirku akan cukup jernih dan kuat untuk mengambil keputusan. Again, I call Karimunjawa as a paradise getaway and never thought that it would be more than just that. Huuffff, masih 12 jam lagi menuju keberangkatan, pikirku. Lalu aku berpaling ke Sanne, menyunggingkan senyum dan kemudian berkata “I can’t wait to go to Karimunjawa”. Dia membalas senyumku, “Yeah, I know, me too” balasnya. How funny! Sebelumnya aku memang berencana untuk pergi ke Karimunjawa, namun aku tidak menyangka kesempatan datang secepat ini. Sanne Slijkerman bisa dibilang salah satu trigger yang mendorongku untuk harus dan segera pergi ke Karimunjawa, otherwise I will regret it. Sanne adalah seorang mahasiswi Belanda yang datang ke Indonesia terkait dengan practical placement yang harus ditempuh dalam studinya. Ketertarikannya untuk melakukan kerja social mendasari keputusannya untuk memilih studi yang dijalaninya sekarang termasuk menjadi sukarelawan selama 4 bulan di Kenya dan Uganda dua tahun silam. Pertemuanku dengan Sanne bermula dari kedatangannya di Indonesia dan keputusannya untuk memilih organisasi tempat aku magang sekarang sebagai tempat pembelajarannya. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang lingkungan di Solo, pertanian organic tidak luput dari salah satu proyek yang tengah dilakukan dan hal itulah yang menjadi focus perhatian Sanne. Namun, setibanya dia di Indonesia, dia mengeluh bahwa tempat tinggal yang dipilihkan oleh organisasi-ku terlalu mahal untuk dia sebab dia memang telah menyiapkan diri untuk berlaku layaknya backpacker selama di Indonesia. Alhasil, aku menawarkan diri untuk menampungnya di rumahku selama di Solo yang diterimanya dengan senang hati. Tentu menarik baginya untuk tinggal bersama dengan keluarga Indonesia, dan sudah tentu menarik bagiku untuk berteman dengan orang asing. Paling tidak dia bisa membantuku untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisku dan juga lawan main untuk bertukar pikiran mengingat kami dibesarkan di dua lingkungan yang sangat berbeda. Perbincangan kami mengenai spot-spot liburan terbaik di Indonesia berujung pada perbincangan Karimunjawa. Aku menularkan ketertarikan Karimunjawa padanya dan ternyata usahaku membuahkan hasil. Berkali-kali dia selalu bertanya kapan kami bisa berkunjung ke Karimunjawa sebelum dia kembali ke Belanda. Bisa dibilang rencana kami sempat akan gagal mengingat aku menemui kesulitan untuk berdalih apa agar bisa mendapatkan cuti 3 hari dari kantor. Kalau aku mengatakan yang sebenarnya pada kantor, mereka pasti tidak akan memberikanku ijin, dan kalaupun pada akhirnya aku bersikeras untuk mendapatkan cuti, pasti aku akan digunjingkan di belakang. Jadi, demi kelancaran liburanku, akhirnya aku melakukan suatu kebohongan, ijin ke Jakarta dengan alasan mengurusi beberapa dokumen penting. Yah, terlalu klise memang, tapi tidak apalah asal aku dapat pergi ke Karimunjawa. Skenario awal liburan ke Karimunjawa mulanya hanya aku dan Sanne, namun tiga hari menjelang keberangkatan, dua orang teman kuliahku semasa di Bandung berniat untuk ikut serta. Satu perempuan dan satu laki-laki. Aku menyambutnya dengan senang hati, semakin banyak yang ikut pasti akan semakin seru. So, hari ini jam 18.00 WIB aku berencana menjemput mereka di stasiun kereta api Solo-Balapan, yup, stasiun yang sama seperti pada lagunya Didi Kempot. Di kantor, belasan kali aku melirik jam dinding, jam 15.15 – jam 15.35 – jam 15.50 – jam 16.10 – dan akhirnya yaks!jam 16.30. Time to go home!. Aku segera bergegas membenahi tas, merogoh kunci motor di dalam kantong belakang, memasukkannya ke lubang kunci dan memacu motorku pada kecepatan lumayan tinggi menuju rumah. 10 hours left to Karimunjawa! Aku mengingatkan diriku terus menerus. *to be continued*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun