Lagi-lagi membahas efek pandemi, kali ini tentang kegiatan belajar dan mengajar yang masih terkena imbas hingga saat ini.
Pelajar di seluruh Indonesia sudah berbulan-bulan tidak lagi melakukan pembelajaran langsung secara tatap muka di sekolah. Kegiatan belajar dan mengajar digantikan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang berlangsung secara online.
Efek samping dari PJJ tidak sedikit kalau tidak mau dikatakan banyak namun kali ini saya tidak akan menuliskan tentang efek yang terjadi dari PJJ tetapi tentang  pelajaran dan ilmu yang hilang selama kegiatan PJJ.
Saat menyebutkan tatanan kehidupan baru pasti ada yang hilang dari tatanan hidup yang lama. Hal ini juga berlaku dalam dunia kependidikan.
PJJ menjadi tatanan kehidupan baru bagi dunia pendidikan. Sebelum pandemi pendidikan formal dijalani dengan tatap muka di sekolah, sekarang sudah berbulan-bulan pendidikan formal dijalani dengan online.
Tatanan belajar baru ini menyebabkan hilangnya banyak pelajaran yang didapat saat tatanan belajar lama secara tatap muka langsung di sekolah dilakukan.
Pelajaran di sini tidak melulu dari saya sebagai guru ke siswa tetapi juga sebaliknya karena saya ternyata banyak belajar dari siswa.
Saya banyak menemukan konsep menjalani hidup selama berinteraksi dengan mereka. Jadi antara saya dan siswa tidak jarang bertukar posisi.
Saat saya menyampaikan pembelajaran maka saya yang menjadi guru mereka yang menjadi siswa, tetapi saat mereka memperlihatkan konsep menjalani hidup maka saat itu mereka yang menjadi guru sedangkan saya yang menjadi siswanya.
Pelajaran dan ilmu lain disini dimaksudkan sebagai selain pelajaran wajib sebagai tuntutan kurikulum.
Pelajaran dan ilmu lain yang saya sampaikan di kelas tidak jarang lebih melekat kuat pada benak siswa bahkan saat mereka sudah lama menyandang gelar sebagai alumnus.