Saya pernah mengalami banjir besar sekitar tahun 1987. Saya dan keluarga sampai harus mengungsi ke kebun tempat dimana biasanya akhir pekan dihabiskan. Ada rumah gubuk tempat kami menginap.
Walau kalau sekarang ini karena pindah rumah kami jadi jarang terkena banjir karena berada di area lebih tinggi dibanding yang lain.
Kalau rumah saya banjir, dimana air sampai masuk ke dalam rumah maka berarti rumah yang lain sudah terendam cukup tinggi.
Banjir ternyata seperti manusia memiliki sahabat atau sekutu bahkan sebagai penuntun kedatangan banjir. Banjir akan mudah datang kalau sahabatnya terikat erat.
Walau banyak penyebab terjadinya banjir setidaknya ada dua yang ingin saya soroti sebagai sahabat banjir yaitu kemalasan dan keserakahan.
Dua sahabat banjir yang negatif justru berasal dan pencetus keberadaannya adalah manusia walau pada akhirnya manusia sendiri yang akan merugi karena menerima hasil yang ditanamnya.
Laziness produces bad luck and failure. (Dr. T.P. Chia)
Laziness is dangerous thing. Laziness will destroy you if you don't destroy it. (Dr. T.P. Chia)
Kemalasan yang menjadi munculnya banjir disini berkaitan dengan sampah.
Bukan hal aneh lagi jika sampah jadi penyebab besar terjadinya banjir. Saat banjir sampah -- jika barang-barang yang hanyut terbawa banjir tidak dimasukkan ke dalam hitungan sampah -- akan terlihat tumpukan sampah bahkan menyumbat saluran air yang harusnya lancar mengalirkan air apalagi air dengan kapasitas besar.
Sampah bisa jadi penyebab banjir jadi susah surut karena sampah menghalangi aliran air atau menghalangi pompa yang digunakan untuk menyedot air banjir.
Sampah bisa berasal dari berbagai tempat juga termasuk sampah rumah tangga. Kebiasaan membuang sampah sembarangan karena malas hanya untuk sekadar mencari tempat sampah, bahkan saking malas dan ingin cepat ada yang sengaja membuang sampah ke kali atau aliran air lainnya.
Masalahnya kemalasan membuang sampah berdampak justru tidak langsung kepada pelaku tetapi malah kepada orang yang bahkan tinggalnya jauh dari orang yang membuang sampah sembarangan.
Solusi kemalasan ini ternyata tidak mudah. Perlu edukasi bahkan sejak dini baik secara formal di sekolah maupun informal seperti di lingkungan rumah atau sekitar.
Selain edukasi pembiasaan membuang sampah pada tempatnya harus dibangun hingga sudah menjadi budaya dan terpenting konsisten menerapkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, bukan di kali atau aliran air lainnya.
Contoh sederhananya jangan tergiur membuang sampah sembarangan bungkus permen yang hanya seuprit jika tidak menemukan tempat sampah, bawa atau kantongi dan buang saat menemukan tempat sampah adalah pembiasaan sepele yang akan berdampak akan terbangun kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
Pantas saja kutipan di atas dibuat dan menurut saya cocok dengan bahasan kali ini bahwa kemalasan (membuang sampah pada tempatnya) adalah hal yang membahayakan karena akan menghancurkan (berakibat banjir) karena itu kemalasan harus dihancurkan (dengan tertib membuang sampah pada tempatnya).
Saya pun menemukan kutipan tentang keserakahan yang cocok dengan bahasan kali ini. Kutipan yang saya ambil memang bisa memiliki cakupan luas, bisa jadi tidak masuk dengan apa yang saya maksudkan, tetapi saya menilai cukup mewakili apa yang saya ingin sampaikan.
Greed makes man blind and foolish, and makes him an easy prey for death. (Rumi)
Keserakahan di sini adalah keserakah manusia yang tidak selalu merasa cukup. Selalu ingin lagi, ingin lagi.
Jika dikaitkan dengan banjir adalah keserakahan manusia yang menghilangkan serapan air semata-mata untuk mendapat limpahan materi.
Kemarin di IG saya melihat ada gambar tiga botol berjejer. Botolnya dipotong, lalu ketiganya diberi tanah. Botol pertama hanya berisi tanah, botol kedua tanah dan sedikit tanaman, botol ketiga penuh dengan tanaman.
Ketiga botol dialiri air yang hasilnya ditampung oleh wadah. Dari ketiga botol tersebut memberikan hasil berbeda.
Jika diilustrasikan maka memberikan hasil untuk botol pertama air mengalir cepat dan langsung serta air yang dihasilkan sangat kotor. Botol kedua air agak lambat mengalir dan dihasilkan air yang agak bersih. Botol ketiga air lambat mengalir dan dihasilkan air yang jernih.
Adanya tanaman seperti ilustrasi botol ketiga memberikan peluang air terserap oleh tanaman, juga memberikan hasil air yang jernih.
Jika dilihat kondisi sekarang banyak hutan, lahan luas penuh pohon dan tanaman, sawah-sawah yang bisa jadi tempat menyerapnya air dan tempat berlalunya air saat hujan berkurang bahkan hilang.
Pohon ditebang dan digunduli untuk diambil kayunya, lahan luas dipakai untuk perumahan dan pengembangan dengan didirikannya banyak bangunan hingga mau tidak mau air hujan akan melalui daerah yang menjadi bangunan dan sudah dipastikan menggenangi daerah yang dilalui belum lagi saluran air yang tidak dibangun dengan baik akan memperparah banjir jika hujan deras tiba.
Greed is not financial issue. It's a hearts issue. (Andy Stanley)
Jika nurani lebih dominan maka keserakahan tidak akan muncul karena keserakahan seringkali mengakibatkan kebodohan yang memancing kemusnahan.
Greed makes man blind and foolish, and makes him an easy prey for death. (Rumi)
Ternyata untuk menjadi manusia yang berguna tidak usah yang muluk-muluk. Bisa dimulai dengan memusnahkan kemalasan dan keserakahan.
Jika malas dan serakah musnah maka berkuranglah masalah penyebab munculnya banjir dan itu diwujudkan tidak oleh satu dua orang tetapi oleh semua manusia yang merasa hidup.
Bersahabat baik dan damai dengan alam maka alam akan membalasnya dengan persahabatan yang baik dan damai pula.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 5 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H