Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Film

Semua Orang Sempurna Jika Benar Posisi Melihatnya

22 Juni 2019   10:28 Diperbarui: 22 Juni 2019   10:41 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran yang dijadikan judul saya dapatkan setelah melihat film Five Feet Apart. Film yang selalu dibicarakan si sulung dengan si bungsu. Yang membuat saya jatuh hati pada soundtrack nya Don't Give Up On Me yang dinyanyikan Andy Grammer.

Ceritanya memang sederhana tentang dua anak remaja usia 18 tahun bernama Will Newman (Cole Sprouse) dan usia 17 tahun Stella Grant (Haley Lu Richardson).

Keduanya bertemu di rumah sakit karena menderita CF alias Cystic Fibrosis. Jenis CF yang diderita Will lebih berbahaya sehingga keduanya tidak bisa berdekatan karena bakteri akan saling berpindah dan menginfeksi sehingga memperburuk kondisi masing-masing.

Mereka bisa saling bertemu dengan jarak minimal six feet walau akhirnya mereka buat hanya five feet. Tongkat billiar dijadikan jarak oleh mereka jika bertemu, Will memegang ujung tongkat disatu sisi, Stella memegang di ujung yang lain jika mereka sedang berjalan berdua.

Banyak pelajaran yang didapat setelah melihat film itu. Bagaimana bagi manusia yang dianugrahi sehat agar selalu banyak bersyukur dengan menjaga sebaiknya dan menggunakan sesuai fitrahnya.

Saya juga jadi tahu ada penyakit bernama CF atau Cystic Fibrosis merupakan penyakit genetika karena kelainan pada produksi lendir. Kalau lendir pada manusia normal untuk pelicin, lendir pada penderita CF justru akan menyumbat organ vital dalam tubuh, seperti paru-paru, pankreas, hati, ginjal, dan usus. Ternyata tidak sedikit yang menderita CF di dunia ini.

Kesedihan yang ditimpakan tentu tidak mudah banyak sisi kekurangan kualitas hidup secara umum -- menurut pandangan manusia -- yang harus dilewati.

Seperti Stella yang memiliki sahabat sejak kecil bernama Poe yang juga penderita CF, melewati dirawat sejak mereka berusia 7 tahun tetapi Stella tidak bisa mendekati sahabatnya saat sedang kesusahan bahkan saat Poe akhirnya meninggal penyesalan terbesarnya karena tidak bisa mengungkapkan bahwa Stella menyanginya.

Keterbatasan dan berkurangnya kualitas hidup bagi mereka membuat mereka jauh dari keumuman anak seusia mereka yang sedang masa aktif dan masa untuk bersenang-senang. Stella merasa bahwa diri dan hidupnya tidaklah sempurna.

Sampai akhirnya Will menyadarkan Stella bahwa dirinya adalah seorang gadis yang sempurna. Stella adalah orang yang sangat optimis, positif dan bersemangat membagikan pengalaman hidupnya di channel Youtube miliknya untuk menularkan semangat yang dimiliki untuk orang bernasib seperti dirinya. Bahkan sampai bisa membuat aplikasi untuk membantu pengerjaan treatment pengobatan.

"Di mataku engkau sempurna." Kata Will kepada Stella yang menyadarkan bahwa hidup Stella juga sempurna jika benar melihat dari sisi yang benar. 


Dalam kehidupan nyata seringkali saya menemukan -- bahkan sepertinya termasuk saya baik yang disadari atau tidak -- mengeluhkan banyak hal yang (tidak) terjadi pada diri sehingga merasa menjadi manusia yang paling sial dan tidak beruntung dalam hidup.

Padahal perasaan menjadi manusia tidak beruntung hanya karena (kurang) tidak bersyukur dengan banyaknya nikmat dibanding sedikitnya kesulitan yang didapat sehingga yang dilihatnya kesulitan saja.

Ibaratnya kertas putih yang ada satu titik hitam tinta. Maka yang dijadikan pusat perhatian pasti titik hitam tintanya bukan luasnya kertas putih. Kertas putih ibarat nikmat yang banyak dan bahkan tak bertepi sedang noda tinta yang hanya setitik ibarat kesulitan yang sedang mendera. Bukannya mensyukuri nikmat tetapi malah mengeluhkan kesulitan yang hanya senilai setitik noda tinta lalu memanggap bahwa kehidupan yang menimpa begitu buruk.

Salahnya posisi saat melihat satu kesulitan sehingga yang dilihat bukannya keindahan tetapi kerusakan dan kemuraman dari kesulitan yang menghadang. Sejatinya dalam kesulitan juga terkandung keindahan jika kita betul posisi melihatnya. Syaratnya saat melihat harus dalam posisi rasa syukur bukan kesengsaraan dan kemuraman. Tidak ada kata menyerah dalam menjalani hidup sesulit apapun yang sedang dihadapi. 


Perasaan hidup sengsara juga karena selalu ingin mendapatkan kesempurnaan padahal hidup akan tertempa saat apa yang dihadapi melewati kesalahan dan ketidaksempurnaan.

Sebenarnya kesempurnaan terjadi bukan karena melakukan sesuatu dengan luarbiasa tetapi justru melakukan sesuatu yang biasa dengan pelaksanaan sebaiknya.

Perfection consist not in doing extraordinary things, but in doing ordinary things extraordinarily well.  (Arnauld, Angelique)

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang,  Sabtu 22 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun