Judul artikel kali ini bukan pencapaian kepenulisan saya tetapi tujuan yang ingin saya incar. Saat orang lain sudah sampai pada menulis sebagai hal yang alami layaknya bernapas sedangkan saya masih bingung bagaimana cara agar bisa alami.Â
Write until it becomes as natural as breathing.Â
Apalagi bagi orang yang sudah menemukan jati diri dalam kegiatannya jika tidak menulis pasti akan merasa gelisah. Karena sejatinya kalau menurut Paulo Coelho,"Inti dari menulis adalah menemukan diri sendiri." Sayangnya saya pun masih jauh untuk tahapan ini.
Write until not writing makes you anxious.Â
Walau pencapaian menulis saya belum jauh tetapi saya mendapat banyak pelajaran dari para Kompasianer tentang seluk beluk kepenulisan sehingga memberikan bahan bakar agar saya tidak berhenti menulis. Apalagi kalau artikel yang ditulis diapresiasi oleh Kompasianer sehingga memberikan mood buster agar saya selalu menulis seperti yang dilakukan pak Bobby dalam artikelnya.
Berdasarkan apa yang sudah saya baca di beberapa artikel kata kunci untuk menulis adalah lakukan saat ini. Maksudnya adalah menulis itu hal yang harus diwujudkan. Upaya untuk mewujudkannya adalah dengan menulis sekarang juga.
Start writing no matter what. The water doesn't flow  until the faucet  is turned on. (Lois L'Amour)
Ada hal yang bisa melatih diri agar bisa menjadi penulis yang tidak bisa dihentikan dan pantang menyerah berikut 6 diantaranya:Â
 1. Tulislah ide apapun yang muncul.
Ide itu kadang muncul kapan saja, beragam dari yang remeh sampai yang rumit sering datang tanpa mengenal waktu dan tempat. Di dalam tas saya membawa buku kecil salah satunya untuk menulis jika ada ide yang muncul.Â
Tidak cukup hanya dengan muncul lalu selesai, jika sudah ada ide tuangkan menjadi sebuah tulisan lalu tayangkan agar bisa dibaca oleh banyak orang.
 2. Menulis setiap hari, manfaatkan jika sudah terbentuk branding maka tinggallah, dan berkembang.
Bulan Ramadan ini adalah Ramadan pertama bagi saya di Kompasiana. Ternyata ada event Tebar Hikmah Ramadan. Ada program Samber THR dimana saya harus menulis tanpa putus selama periode event sekitar 33 hari. Tema sudah ditentukan dan berbeda setiap harinya.Â
Saya memutuskan ikut event ini untuk melatih menulis setiap hari. Jangan ditanya kesulitannya berkali-kali saya ingin menyerah dengan tidak mengirimkan artikel dengan berbagai alasan.Â
Pilihannya saya tidak mengirimkan artikel dan latihan menulis setiap harinya gagal atau mengirimkan artikel tetapi tidak maksimal. Sampai hari ini saya memilih mengirimkan artikel walau seadanya. Terbukti dengan beberapa artikel saya meleset tidak menjadi Pilihan Editor.Â
Latihan yang sudah 24 hari ini memang belum membentuk kepenulisan apalagi personal branding. Latihan ini mengasah saya menghadapi kesulitan dan mencari pemecahan dalam proses kepenulisan.
 3. Buat agenda untuk mencatat pencapaian menulis.
Catat pencapaian yang sudah didapat kalau perlu dengan kesulitan, kegagalan yang diperoleh dalam menulis sebagai bahan evaluasi bahkan semangat agar bisa melanjutkan proses pembentukan kepenulisan.
Pencapaian yang sudah saya dapatkan memang belum sehebat Kompasianer lain tetapi cukup memberikan bahan bakar apalagi jika keinginan berhenti menulis itu muncul. Begitu juga kegagalan yang saya dapat harus menjadi hal pengingat saat pencapaian kepenulisan saya sedang baik agar tidak berhenti untuk selalu belajar dan memperbaiki kekurangan dalam kepenulisan.
 4. Jika sudah mencapai satu tujuan, buat tujuan yang baru.
Tujuan harus ditetapkan agar terarah dan terukur. Saat tujuan tercapai bukan berarti harus berhenti tetapi harus membuat tujuan yang baru.
Karenanya tujuan dibuat bertahap dari yang termudah hingga terus naik ke tahap yang paling tinggi.
Tujuan tertinggi saya dalam menulis ingin memiliki karya abadi yang menjadi perpanjangan amalan sholih walau nanti jasad sudah tidak ada di dunia lagi. Mudah-mudan tercapai.
 5. Sangat baik memiliki ide yang banyak dan akan lebih baik kalau direalisasikan.
Ide yang banyak bahkan tidak berhenti seperti air mengalir adalah kelebihan dan anugrah bagi seorang penulis. Tetapi akan menjadi sia-sia jika hanya sebagai ide maka yang terbaik adalah realisasikan dengan menuliskan lalu bagikan agar bisa dinikmati khalayak ramai.
 6. Jaga terus percobaan karena lebih  baik belajar daripada hanya menerka.
Dalam menulis sama seperti percobaan dalam ilmu pengetahuan lain. Saat ada ide yang muncul lalu tuangkan dalam bentuk tulisan sebagai percobaan dalam penyampaian idenya jika gagal dengan kurang diterimanya oleh pembaca maka cari lagi percobaan lain atau penulisan  dalam bentuk dan pendekatan yang lain. Akan lebih baik dicoba daripada hanya menerka bahwa ide yang dimiliki baik atau buruk.
Jika memang serius ingin menjadi penulis jangan patah semangat dalam menjejaki perjalanan kepenulisannya. Bekali diri dengan senjata para penulis yaitu banyak membaca dan banyak menulis, karena tidak ada jalan pintas seperti yang dikatakan Stephen King.Â
If you  want to be writer  you must do two things above all others, read alot write alot. There's no way around  these two things that I am aware of, no shortcut. (Stephen King)
Banyak keindahan dari menulis karena menulis tidak hanya merangkaikan kata yang indah tetapi sejatinya berbagi bagian dari jiwa kita pada dunia.
To write means more than putting pretty words on a page, the act of writting  is to share a part of your soul  with the world.
Menjadi penulis memang tidak mudah karena penulis yang mengispirasi berusaha mendengarkan apa yang orang lain tidak ucapkan dan menulis tentang kesunyian karena dalam kesunyian banyak yang dijelaskan.
As a writer you try to listen to what others aren't saying, and write about silence. (N.R Hart)
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Rabu 29 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H