Tema Satu Ramadan Bercerita (Saber) untuk hari ini adalah Memberi Sedekah di Jalan. Saya tidak akan mengaitkan yang namanya sedekah di jalan itu artinya hanya memberi kepada pengemis. Karena bentuk dan pemberian sedekah di jalan itu beragam.
Sedekah menurut KBBI memiliki makna : se*de*kah n  pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi; derma.
Jadi berdasarkan makna KBBI sedekah diberikan kepada yang membutuhkan tidak hanya kepada pengemis saja. Ini sesuai dengan apa yang akan saya ceritakan dan bahas.
Untuk tema hari ini yang menjadi pusat cerita dan pembelajaran atau peran utamanya adalah anak-anak saya. Sedangkan peranan saya hanya sebagai pengamat, orang yang belajar dari apa yang disampaikan anak-anak lewat apa yang mereka perlihatkan, terlihat oleh saya, kemudian saya mendapat pelajaran dari itu.
Saya akan menuliskan tentang syarat sedekah di jalan yang ditentukan oleh anak-anak saya bahkan sejak mereka masih kecil. Aturan tidak tertulis tetapi alurnya mereka lakukan dengan sendirinya jadi saya pikir itu seperti syarat yang mereka tetapkan lalu diterapkan oleh mereka sendiri.
Sedekah di jalan sudah menjadi perbincangan yang tidak pernah selesai antara saya dan anak-anak bahkan sejak mereka masih kecil sekitar usia di bawah 10 tahun, kini usia mereka 20 tahun dan 16 tahun bahkan perbincangan ini dimulai sejak mereka mengerti berbagi dan berempati pada sesama.
Sejak kecil seingat saya keduanya memiliki kebiasaan memberi sesuatu kepada orang yang membutuhkan dan itu tidak saya ajarkan. Ada beberapa cerita tentang itu saat mereka kecil dan akan saya tuliskan beberapa diantaranya.
Saat saya bersama si sulung ada bapak tua berjualan kerupuk yang dibungkus plastik, terlihat bungkus plastiknya sudah lusuh memperlihatkan kerupuknya sudah lama tidak laku.Â
Si sulung meminta saya untuk membeli walau tidak perlu lalu saya beri uang dan si sulung menghampiri si bapak dengan memberikan uang yang cukup untuk membeli sekitar lima bungkus tetapi si sulung mengambil hanya satu kerupuk hanya sebagai syarat membeli kerupuk.
Saya pikir urusan membeli kerupuk selesai ternyata si sulung merasa kurang dengan apa yang sudah dilakukannya dan ingin memberi uang lagi kepada si bapak tua penjual kerupuk. Setelah diberi berkali-kali si bapak mengucapkan terima kasih dan menawarkan kerupuk yang ditolak secara halus oleh si sulung.
Cerita si bungsu lain lagi saat ke satu tempat ada tukang becak sudah tua terlihat duduk menunggu penumpang. Si bungsu menghampiri bukan untuk naik becaknya tetapi memberikan uang katanya untuk makan si bapak.Â
![shutterstock.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/05/14/becak-driver-ride-find-passenger-260nw-1318786175-5cdaaaf095760e09005021d7.jpg?t=o&v=770)
Saat main ke pasar kaget yang ada hanya di hari Minggu. Anak-anak senang memberi saat bertemu pemulung yang terlihat beda menurut mereka, penyapu jalan, yang berdagang tapi sepi pembeli, pernah juga memberi seorang bapak tua penjual mainan tidur di emperan toko karena rumah yang jauh, dan sebagainya.Â
Mereka tidak akan memberi untuk peminta-minta yang masih muda dengan alasan mereka masih bisa bekerja. Pernah ada peminta-minta setelah berlalu mereka berkomentar harusnya peminta-minta itu bisa bekerja membabat rumput mungkin maksudnya tukang kebun kalau laki-laki, atau bisa membantu orang mencuci atau membersihkan rumah kalau perempuan. Selalu begitu kalau ada peminta-minta apalagi masih muda mereka tidak respek karena menurut mereka para peminta itu masih bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Ciri yang bisa saya tandai anak-anak saya akan menghampiri lalu memberi sedekah di jalan dengan syarat mereka adalah pejuang bagi keluarga dan pejuang menaklukan kesulitan hidup. Orang-orang yang diberi sedekah adalah orang yang tidak berpangku tangan, usia bukan jadi halangan untuk bekerja, kriteria bekerja dan sudah tua pasti yang jadi sasaran anak-anak saya.
![pixabay.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/05/14/men-1779820-480-5cdaab487506573759034cb4.jpg?t=o&v=770)
![pixabay.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/05/14/emoticon-25532-480-5cdaab6f7506571ab3558914.png?t=o&v=770)
Kalau saya tanya kenapa mereka suka memberi orang-orang yang membutuhkan terutama saat di jalan mereka pernah menjawab senang melihat wajah bahagia saat diberi sedekah dan memang benar kalau saya melihat senyum orang yang diberi sedekah anak-anak saya melihat senyum yang bahagia dan tulus. Di wajah mereka yang tersenyum kita bisa melihat surga. Pantas saja anak-anak saya suka melakukannya.
Sekarang anak-anak saya sudah besar dan saya tidak tahu apakah anak-anak masih melakukan kebaikan seperti saat mereka kecil. Doa saya semoga pelajaran sedekah di jalan yang mereka berikan pada saya saat mereka kecil juga memberikan pelajaran dan kebaikan untuk diri mereka. Harapan saya setiap kebaikan yang mereka punya tidak akan hilang tetap dilakukan karena sejatinya kebaikan diberikan bukan untuk orang lain tetapi untuk diri sendiri.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Selasa 14 Mei 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI