Hari ini ada rekan guru yang berbincang tentang kesulitan yang ditemui saat melakukan kegiatan di sekolah. Saya pernah mendengar pemaparan seorang ustadz bahwa hidup itu bersanding dengan kesulitan dengan maksud meningkatkan derajat dan kualitas hidup seseorang bukan agar hidup menjadi sulit.
Saya jadi ingat kalau saya pun sedang mendapat kesulitan dalam menulis. Kompasianer lain selalu menayangkan artikel bahkan artikelnya masuk berulang kali di headline, sedangkan saya sedang berada dalam tahapan writer's block.
Sudah dua hari belakang ini saya tidak menayangkan artikel. Bukan saya tidak menulis, saya menulis beberapa tulisan tetapi tidak ada satupun artikel yang selesai.
Tahapan writer's block pasti pernah dialami penulis dari jenjang pemula sampai profesional. Buat saya tahapan ini tidak menyenangkan, buntu, bikin kesal karena jangankan merampungkan artikel untuk memilih kata yang akan dirangkai membentuk kalimat, Â membangun paragraf, dan menghasilkan sebuah artikel saja gagal.
Istilah writer's block pertama kali diperkenalkan oleh psikoanalisis Amerika kelahiran Austria Edmund Bergler, "a neurotic inhibition of productivity in creative writers."
Writer's block adalah keadaan dimana seorang penulis tidak dapat menuangkan segala ide ke dalam tulisan. Penyebab umum writer's block setidaknya ada tiga hal : waktu, takut, dan kesempurnaan. (goinswriter.com)
Waktu: tidak jarang waktu bisa menjadi writer's block. Saat menulis di waktu yang tidak tepat bisa jadi karena ide yang akan dituangkan masih belum matang, kurang data, kurang informasi, dan kekurangan yang lain. Jika menunggu sedikit waktu untuk memperbanyak data, informasi, dan bahan pembangun artikel lainnya maka akan terhindar dari writer's block.
Takut: penyebab paling umum yang membuat seseorang gagal menjadi penulis. Banyak penulis yang berjuang menghadapi rasa takut dalam membuat satu tulisan. Takut ide yang akan dituangkan tidak jelas malah buruk, tidak bermanfaat, dan ketakutan lainnya.
Kesempurnaan: sebelum menulis sudah menginginkan segala sesuatunya baik dan sempurna. Namun kesempurnaan tulisan hanya berada dalam pikiran, tidak pernah dituangkan sehingga tidak pernah dimulai penulisan artikelnya.
Banyak artikel yang bisa dicari di search engine tentang menghadapi dan mengatasi kesulitan writer's block. Diantara yang bisa dilakukan adalah beristirahat jika otak terlalu penat dan merasa penuh, membaca untuk menyimpan dan mendapatkan ide, mencari tempat yang nyaman, menemukan waktu yang tepat untuk menulis, dan cara lainnya lagi.
Dari sekian banyak hal yang bisa dilakukan ada satu obat mujarab mengatasi writer's block yaitu tetap menulis bahkan jika hasil tulisan yang dihasilkan jelek sekalipun. Bahkan ada ungkapan izinkan diri untuk menulis dengan hasil tulisan yang buruk.
Ketika banyak artikel gagal diselesaikan, terus saja memulai dengan membuat artikel baru lagi. Tulis saja apapun yang ada di pikiran, keresahan, kebingungan, ketidak mengertian, pokoknya yang penting menulis saja, tulisan yang baik biar menyusul.
Get it done first, get it right later. (Millman and Prasada)
Saya berkesimpulan writer's block adalah tahapan yang tidak menyenangkan tetapi tahapan ini tidak boleh dihindari namun harus dihadapi dan diatasi. Ada ungkapan yang menurut saya cocok dan setuju dengan yang disampaikan Charles Bukowski bahwa menulis tentang writer's block lebih baik dibanding tidak menulis sama sekali.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, 27 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H