Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Belajar dari Sang Alkemis: Review Novel "Sang Alkemis" Paulo Coelho

18 Februari 2019   19:49 Diperbarui: 23 April 2021   08:23 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya suka penulis Paulo Coelho, tapi saya belum pernah membaca buku novelnya padahal Coelho banyak menulis novel.

Hingga hari Sabtu kemarin akhirnya saya membeli satu buku novelnya gegara serial film A Discovery of Witches (lagi). Diana Bishop sang penyihir di serial A Discovery of Witches adalah Doktor di bidang sejarah yang mempelajari Alchemy.

Saya jadi ingat Coelho menulis novel yang judulnya Sang Alkemis. Hanya karena alasan itu saya jadi ingin membaca novel Coelho hingga akhirnya memutuskan untuk membeli dan jadi bacaan di akhir pekan kemarin.

Selanjutnya saya jadi asyik hingga buku setebal 215 selesai hanya dalam sehari, biasanya saya menghabiskan waktu lama untuk menyelesaikan membaca walau hanya satu buku saja. Saya baru mendapatkan kembali buku yang memberikan petualangan membaca yang kaya makna.

Sang Alkemis adalah novel fiksi pertama kali diterbitkan di Brasil tahun 1988. Novel ini menjadi buku best seller karya Coelho yang paling terkenal.

Di prolog saja buat saya sudah cukup menarik dimana membahas tentang kisah Narcissus. Seorang pemuda yang setiap hari berlutut di tepi telaga untuk memandangi keelokannya sendiri. Dia begitu terpesona oleh dirinya, hingga suatu pagi terjatuhlah dia ke dalam telaga itu dan tenggelam. Di tempat dia jatuh, tumbuh sekuntum bunga, yang dinamai narcissus. (Sang Alkemis)

Dalam novel Sang Alkemis ini diantara hal yang menarik adalah karakter yang diceritakan jarang memiliki nama.

Seperti yang menjadi sentral cerita adalah anak lelaki bernama Santiago. Kalau saya tidak salah ingat nama Santiago hanya ada di awal cerita kalimat pertama bagian satu. "Anak laki-laki itu bernama Santiago." Selanjutnya tokoh disebutkan dengan anak lelaki atau anak itu atau si anak lelaki atau anak gembala (karena pekerjaan Santiago sebagai pengembala kambing).

Tokoh yang lain ada perempuan gipsi, orang Inggris, pedagang kristal, kepala suku dan sang alkemis. Walau tetap ada tokoh yang ditulis namanya yaitu Melkisedek raja Salem dan Fatima wanita gurun yang dicintai Santiago.

Saya jadi ingat kalau ingin menulis cerita salah satu kesulitan yang ditemui itu memilih nama. Jangankan kerangka ceritanya memilih nama yang tepat untuk tokoh saja saya sering kehabisan ide.

Setelah membaca novel Sang Alkemis  yang minim nama tokoh saya jadi terpacu kalau akan membuat cerita saya tidak akan sibuk.dan menghabiskan waktu mencari nama yang cocok. Saya malah merasa terbantu dengan gaya menulis Coelho yang minim nama karena walau tidak disematkan nama saya mengingat baik tokohnya karena dijelaskan peranan tokoh saat diceritakan.

Kisahnya menceritakan seorang pengembala kambing yang mendapatkan mimpi berkali-kali sehingga mendorong dirinya  berkelana dari Spanyol ke  Mesir untuk mencari harta karun yang terpendam di piramida.

Perjalanan yang panjang hingga bertemu sang alkemis yang menuntun hingga mendekati tempat harta karun. Sepanjang perjalanan Santiago malah mendapat pelajaran hidup dari orang-orang yang ditemuinya.

Diantara pelajaran yang diterima Santiago yang didapat dari raja Salem adalah, " Saat menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantu meraihnya."

Ada juga pelajaran hidup yang diberikan Sang Alkemis untuk Santiagop, " Dengarkan suara hatimu. Sebab dimana hatimu berada, disitulah hartamu berada."

Selain minim nama di buku Sang Alkemis ini ada juga hal yang buat saya menarik bahwa jawaban perjalanannya dan akhir dari cerita novel Coelho ini ternyata ada di awal cerita.

Buku yang sarat makna dan menginspirasi walaupun ditulis lewat kisah yang sederhana. Mudah-mudahan saya bisa membuat karya seperti ini walau tidak tahu kapan, tapi saya akan mengejar dan berusaha mewujudkannya, bukankah saat menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantu meraihnya.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Senin 18 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun