Paulo Coelho seperti menjawab dan bisa dijadikan pertahanan diri agar tidak jatuh bahwa saat ada pembenci sebenarnya tidak benar-benar membenci diri kita, sejatinya mereka membenci diri mereka sendiri karena kita menjadi apa yang sebenarnya mereka ingin capai. Jika seperti itu kita tidak usah sedih kalau sedang berada situasi disasar hater tapi tentu dengan catatan selama kita selalu melakukan sesuatu untuk kebaikan dan dijalan yang benar -- ukuran benarnya ada dalam wadah norma terutama agama -- apalagi selalu melakukan hal untuk kemaslahatan banyak orang.
Saya jadi ingat obrolan dengan teman yang saat itu sedang dalam kondisi bertemu orang yang negatif cenderung ke hater, dan akhir obrolannya menghasilkan beberapa kesimpulan diantaranya bahwa keberadaan seseorang itu bisa untuk dua hal yaitu jadi berkah atau jadi pelajaran bagi orang lain.
Keberadaan seseorang menjadi berkah jika seseorang itu bisa memberikan kebermanfaat bagi orang yang bertemu dengannya. Orang lain menjadi bahagia, tercerahkan, terbebaskan, mendapat banyak pelajaran, bahkan bisa meningkatkan keimanan. Dengan kata lain bahwa orang yang dengan keberadaannya menjadi berkah untuk orang lain adalah orang baik dan positif.
Kalau keberadaan seseorang menjadi pelajaran bagi orang lain karena apa yang dilakukannya seringkali menimbulkan keburukan sehingga kita bisa mengambil pelajaran agar tidak berlaku seperti dirinya. Dengan kata lain bahwa orang yang dengan keberadaannya menjadi pelajaran untuk orang lain adalah orang buruk bahkan mungkin saja orang beracun (toxic people) dan negatif. Jika bertemu orang seperti ini tinggal kitanya saja menyikapi dengan sebaiknya agar bisa mengambil pelajaran untuk diri agar bisa jadi manusia yang lebih baik.
Hater masuknya kategori yang mana, apakah keberadaannya menjadi berkah atau sebagai pelajaran ? Jawabannya pasti beragam sesuai dengan sudut pandang mana yang mau dipilih, dan sah-sah saja kalau menurut saya.
Yang terpenting kalau menurut saya bagaimana menunggangi apa yang terjadi untuk perbaikan diri karena hidup hanya sekali lalu kalau yang sekali itu tidak digunakan untuk torehan kebaikan akan sangat merugikan kalau warisan hidup yang kita tinggalkan tidak berarti, sia-sia atau malah keburukan.
Menjadi manusia yang selalu memperbaiki diri buat saya adalah perjuangan seumur hidup. Selamat berakhir pekan untuk Kompasianer semoga selalu dalam kebaikan.
Karla Wulaniyati untuk Konpasiana
Karawang, Sabtu 16 Februari 2019