Saya senang membaca quotes, seringkali quotes yang saya baca disimpan agar bisa dibaca berulang. Penyimpanan quote dilakukan baik dalam bentuk screenshoot, ditulis dalam sebuah buku kecil yang saya bawa untuk menuliskan catatan jika tiba-tiba saya menemukan sebuah konsep, atau sering juga saya tulis dalam selembar kertas.
Saya menemukan selembar kertas yang terselip diantara buku berisi beragam quote yang saya tulis dan ada yang menarik perhatian saya tapi sayang tidak ada keterangan siapa yang menulisnya.
People say you don't know what you've got till it's gone. Truth is, you knew what you had, you just never thought you'd lose it.
Quote nya memang bisa secara melebar membicarakan dan membahas apapun yang berkaitan dengan pernyataan itu bahwa kita akan sadar apa yang kita miliki pada saat hal yang dimiliki itu sudah beranjak hilang atau pergi, yang pada kenyataannya bahwa kita sebenarnya mengerti apa yang kita miliki tetapi suka mengingkari -- saya lebih suka menerjemahkan dengan mengingkari dibandingkan merasa atau memikirkan -- bahwa kita akan kehilangan.
Kalimat quote itu bisa luas disematkan diberbagai situasi, kalau bucin -- budak cinta kalau kata si bungsu saya sih -- ini kata-kata yang pas sekali buat yang menyia-nyiakan seseorang yang sangat mencintai tapi disia-siakan.
Kalau disematkan pada kehidupan sehari-hari maka kalimat ini pas untuk pengingat agar selalu mensyukuri apapun yang kita miliki saat ini.
Karena saat ini saya sedang mengajekkan perjalanan dan pondasi kepenulisan maka saya ingin menyematkan kalimat dari quote tersebut pada proses kepenulisan.
Ada tiga hal dalam kalimat quote tersebut, yang dimiliki, hilang, mengingkari kehilangan. Saya akan menghubungkan ketiganya pada proses kepenulisan.
Dimiliki
Saat menulis sudah menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam kehidupan maka kita memiliki menulis. Beragam alasan yang dimiliki orang mengapa menulis bisa menjadi kegiatan manis -- manis bukan berarti tanpa kesulitan, seringnya malah membuat bingung sih iya, tapi disitulah letak kenapa menulis tergolong kegiatan yang manis -- dalam menapaki kehidupan keseharian. Terlepas dari tulisannya baik atau buruk, mencerahkan atau tidak berguna, serius atau sekedar iseng karena kesenangan, menghasilkan uang atau malah menghabiskan uang maka menulis bisa menjadi sesuatu yang dimiliki dan menjadi bagian dari hidup.
Hilang
Saat menulis sudah menjadi hal yang kita miliki maka menulis pun bisa hilang jika kita tidak merawatnya dengan sebaiknya.
Saya habis membaca ada Kompasianer yang awalnya sangat rajin menulis secara konsisten, malah karena ikut satu komunitas yang terdiri dari Kompasianer sampai ada jargon kalau tidak headline tidak usah menulis artikel.
